( 17 )

8.2K 638 1
                                    


Saat sampai dekat pintu, tangan kecil itu akan meraih kenop pintu namun tiba-tiba tubuh kecil itu menegang.

Jlebb

*******

Tak Tak

Suara yang berasal dari High Heels seorang wanita yang sedang terburu-buru memasuki Mansion dengan tujuan utama yaitu kamar Adra.

Pagi-pagi sekali Elena tiba di kediaman utama Seidner setelah tau bahwa putranya di pindahkan dia pun langsung bergegas menemui putranya setelah 2 hari tak bertemu akibat pekerjaan yang mendesak.

Namun setibanya di kamar Adra, Elena tak mendapati anak itu berada disana. Saat akan berbalik Elena melihat seorang pelayan yang sedang membawa botol susu.

"Dimana putraku?."

Pelayan itu terlihat terkejut, dia adalah Sera.

"Maaf anda siapa?." Sera bertanya karena baru pertama kali ia melihat Elena.

"Elena." Elena menjawab singkat.

Sera terkejut mendengar jawaban Elena. "Maaf nyonya Elena, saya tidak tahu." Elena sangat terkejut, bagaimana tidak? Wanita di hadapannya ini terlihat seumuran dengannya.

"Hmm. Katakan, dimana putraku." Elena menatap datar Sera.

"Tuan kecil berada di ruang makan nyonya."

Elena mengangguk dan melenggang pergi. Sera menatap kepergian Elena dengan intens, dirinya harap nyonya nya yang sekarang bersikap baik, setidaknya tidak berprilaku kasar dan dapat menjadi seorang ibu yang baik. Ia jadi teringat kepada mantan nyonya-nya yang sudah meninggal yaitu ibu dari Stefon.

Elena sudah sampai di depan pintu ruang makan, ketika ia membuka pintu yang pertama ia lihat adalah Adra yang sedang berdiri dengan mata yang berkaca-kaca.

Kejadian saat Henry melempar pisau ke arah samping Adra dengan pisau itu yang tertancap di ujung pintu. Adra yang semakin ketakutan pun hanya mampu terdiam di tempat.

'hiks.. mau lari takut, diem juga takut sialan!' Adra mengepalkan tangannya kuat untuk menghilangkan rasa takut yang semakin menjadi-jadi. Henry yang sedari awal memperhatikan dan mengawasi menyeringai lebar.

Namun ibaratkan sebuah cahaya datang di tempat yang sangat gelap menolong kegelapannya, ia merasa senang saat melihat pintu di depannya terbuka.

Saat melihat siapa yang datang, Adra langsung memeluk Elena dengan kuat.

"Hey, apa putra mami ini merindukan mami?." Elena yang terkejut sekaligus senang saat mendapat pelukan tiba-tiba dari Adra membalas pelukan anak itu tak kalah erat.

"Hiks mami...." Adra hanya bisa menangis, ntahlah ia juga tak tau mengapa.

"Ya sayang mami disini..." Elena bingung, mengapa putranya tiba-tiba menangis. Namun ia menyadari sesuatu saat matanya melirik ke arah meja makan terlihat Henry yang sedang menatap nya dengan datar andalan khas keluarga Seidner.

'Hahh ternyata begitu' elena pun bergegas pergi menggendong Adra menuju ruang tengah.

"Sudah tenang lahh." Elena mengusap punggung Adra yang masih bergetar.

Adra's Life Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang