Selamat membaca ~
°
°
°
"Hahh!!" Adra terbangun dengan keringat yang membanjiri di sekitar wajahnya.
"Hah... Ternyata di kamar." Ntah mengapa ia sudah berada di kamar padahal tadi ia bersama Sera di ruang tengah. Tunggu?! Bukannya tadi dengan Henry juga?
"Haish bodo amat lah." Kakinya ia langkahkan menuju kamar mandi berniat membersihkan badan.
Setelah selesai Adra merebahkan tubuhnya dengan wajah yang ia tutupi dengan tangannya.
'kabar ibu gimana ya? Si Zeno nyariin Adra ga ya' anak itu terlihat melamun dengan alis yang mengerut.
"Tau ah pusing!" Adra berlari menuju arah pintu.
Dapat ia lihat ruangan luas yang megah dan mewah namun sunyi. Hanya ada beberapa penjaga yang berjaga.
Saat asik berjalan sambil bersenandung ria, hampir saja dirinya berpapasan dengan Henry dengan seseorang yang tak asing. Mereka berdua mengenakan pakaian rapi dan terlihat sedang terburu-buru.
"Eh bukannya itu si Saxon ya" Adra mengintip di balik tiang dengan telinga yang ia tajam kan guna menguping pembicaraan mereka.
"Hiih kok ga kedengaran si! Bodo amat lah" Ia melanjutkan langkahnya menuju ke taman guna mencari kelinci kemarin yang ia beri nama Emok.
Saat asik berjalan, tiba-tiba kerah belakang bajunya terasa tertarik. Membuat anak itu kaget dengan segera membalikkan badannya.
"Papa?" Mata Adra membola mendapati pelaku yang menarik bajunya.
Aaron yang awalnya bermuka datar tak mampu menutupi ekspresi wajahnya ketika mendengar panggilan Adra untuknya. Pria itu menyeringai dengan mata terfokus pada putra bungsunya.
"Hmm, ikutlah dengan papa." Aaron mengangkat Adra pada gendongannya.
'ya tuhan.. aku pasrahkan kejadian selanjutnya padamu' mood Adra yang awalnya ceria menjadi bad mood akibat ulah manusia yang bernama Aaron. Bagaimana tidak? Sepertinya tuhan tak ingin membiarkannya hidup tenang dan damai.
"Kau pergi buatkan susu dan antar ke taman." Aaron menyuruh Zack asistennya.
"Baik tuan."
Sesampainya di taman, Aaron membawa Adra berkeliling dengan Adra yang masih di gendongan pria itu di tambah mulutnya yang sudah tersumpal dengan dot.
10 menit berlalu dan masih belum ada percakapan di antara keduanya.
Adra melirik melihat Aaron yang terlihat tenang. Wajah pria itu terlihat berkali-kali lipat lebih tampan ketika menampilkan wajah tenang dan sedikit teduh.
Hingga saat ini Adra masih tak percaya bahwa ia masih memiliki seorang ayah. Tanpa sadar tangannya bergerak memegang wajah seseorang yang menjadi ayahnya itu.
Aaron menghentikan langkahnya saat merasakan sesuatu yang menyentuh wajahnya. Dilihatnya sang pelaku, terlihatlah wajah bulat dengan pipi mengembung bergerak naik turun dengan mata jernih yang menatapnya polos.
KAMU SEDANG MEMBACA
Adra's Life
RandomTentang bocah berusia 12 tahun yang di dewasakan oleh keadaan, dan selalu menampilkan senyum nya pada siapapun. Hidupnya yang datar tiba-tiba mendapat kejutan hidup yang tak terduga, dan dari sinilah kehidupan Adra berubah. Cerita ini murni hasil im...