ZEYAN [38]

7.8K 365 42
                                    

Malem semuanya!!!

Apa kabar kalian semua???

Ada yang kangen sama cerita ini???

Maaf, ya, baru bisa up lagi setelah kurang lama lima bulan nggak up². Aku harap kalian masih setia nungguin cerita ini sampe end yaaa.

Semoga part ini bisa ngobatin rasa kangen kalian ya. Jangan lupa vote sama rame in komennya!!!

Happy Reading!

****

Akhirnya bel pulang sekolah berbunyi nyaring. Membuat semua murid kesenangan karena aktivitas belajar mereka telah selesai. Mereka pun keluar kelas dengan tergesa-gesa, bahkan ada yang saling dorong karena saking inginnya cepat-cepat sampai rumah dan mengistirahatkan tubuhnya.

Tetapi berbeda dengan ketujuh murid yang masih menempati kelasnya, yaitu kelas IPA 3. Mereka adalah Aletta, Dila, Sani dan Jihan beserta tiga lelaki lainnya yaitu Bizar, Zaldi, dan Hari.

Alasan mereka belum pulang karena hari ini adalah jadwal kerja kelompok Bahasa Indonesia. Sementara Jihan, menunggu Gavin menjemput ke kelasnya. Fyi, atas suruhan Gavin.

“Nunggu apa lagi, sih, Bi?” tanya Dila kepada cowok yang tengah bermain game online di ponselnya. Saat ia dan perempuan lainnya hendak keluar kelas, tiba tiba saja laki laki itu menyuruhnya untuk tetap berada di dalam kelas, dan boleh keluar nanti bersamaan dengannya yang entah kapan.

“Di luar masih rame Dil, gue males desek-desek 'kan gitu. Emangnya lo mau?” Jawabnya tanpa mengalihkan pandangannya dari layar ponsel yang berada di pegangannya. Kedua ibu jarinya berselancar bebas di atas layar jernih itu.

Dila mencebik 'kan bibirnya mendengar jawaban dari lawan bicaranya. Padahal mah terobos aja, ya, gak? Biasanya juga Bizar, dkk selalu menerobos nya. Bilang saja jika ia tidak mau berhenti main game sejak jamkos akhir. Akhirnya, ia pun memilih berjalan menuju ambang pintu menghindari kegabutan, karena teman-temannya yang lain sibuk dengan aktivitasnya masing-masing.

Disaat ia tengah memperhatikan orang yang berlalu lalang di hadapannya, ia mendapati seorang lelaki bertubuh jangkung berdiri dihadapannya dengan kancing seragam yang terbuka dua memperlihatkan kaus hitam dan kalung perak nya. Tanpa melihat wajah nya pun ia sudah tau siapa lelaki di hadapannya ini.

“Jihan mana?”

“Jihan mulu yang lo tanyain. Sesekali gue, kek, yang lo tanyain tuh,” ujar Dila memelas. Ia merasa iri dengan sahabatnya yang sudah memiliki pacar, yang selalu ditanyakan keberadaannya. Ia juga ingin memiliki pacar.

“Dih, lo siapa?” sarkas Gavin yang mampu membuat Dila melayangkan tatapan sinis dan menegakkan tubuhnya yang sebelumnya lesu tak berdaya.

“JIHANNNN, GAPENG JEMPUT!!!”

“Nggak usah teriak-teriak 'kan lo bisa Cakra!!” Geram Gavin mendengar teriakan melengking dari perempuan dihadapannya. Ia merasa kasihan terhadap kekasihnya yang memiliki teman seperti ini. Pasti kekasihnya itu setiap hari tertekan.

Tubuh Adila refleks menjauh sedikit saat Gavin melontarkan nama rivalnya. Cakra?

“Yang lo maksud cokor ayam siapa?!! Disini yang teriak itu gue ya!!” ujar Adila nyolot. Ia tidak bisa berkata baik-baik jika ada nama rival nya tersebut, atau disangkut pautkan.

ZEYAN [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang