ZEYAN [28]

12.7K 943 55
                                    

Eyyow!!!

Kalian baca cerita Zeyan waktu berapa pembaca, nih?

Komennya dong, komennya. Masih sepi aja nih di liat-liat.

Ayo lah,  keluarkan kata-kata kalian, ramaikan di setiap paragraf atau dialog nya.

Vote 170, lanjut.

Happy Reading!
________

“Untung banget Bu Dwita nya tuker jadwal ama Pak Asep,” ucap Adila yang baru saja menghabiskan makanannya.

Setelah menyelesaikan hukumannya, Aletta berlari menuju kelasnya. Ia akan menjelaskan kenapa ia terlambat datang ke sekolah pada Bu Dwita guru bahasa Inggris nya. Tapi niatnya itu ia urungkan saat mendapat info dari Jihan bahwa Bu Dwita menukar jadwal dengan salah satu guru, jadi ulangannya akan dilaksanakan setelah jam istiraha.

Beruntungnya Aletta.

Setelah itu, Aletta dengan yang lainnya berjalan menuju kantin, perut Aletta sudah sangat lapar karena belum diisi apa-apa.

Sementara Zeyan, suaminya itu entah pergi kemana. Tapi sebelum pergi, ia memberi pesan padanya untuk membeli makanan yang ada nasinya, dan Aletta pun mengangguk patuh.

“Tumben banget lo telat? Mana siang banget lagi.”

Aletta yang sedang menyantap nasi gorengnya, melirik Anna.

“Em i–itu, gu–gue kesiangan bangunnya. Jadi telat deh,” ucap Aletta berbohong.

Anna menganggukkan kepalanya.

“PUNYA MATA GAK LO?!”

Teriakan itu mengundang atensi murid di kantin, semua mata tertuju ke sana. Begitu pula dengan Aletta dan lainnya. Di sana terdapat satu perempuan dengan dua asistennya yang sedang memarahi adik kelasnya.

“Kalo gue gak punya mata, gak mungkin gue bisa sampe ke kantin!” balas adik kelas tersebut tanpa rasa takut. Lana, namanya.

Jika kalian pikir Lana seorang perempuan polos dan lugu, kalian semua salah. Nyatanya Lana jauh dari sifat itu. Lana adalah perempuan yang berani dan tak kenal takut.

Faleo menatap tajam adik kelas di depannya ini, berani-beraninya dia menjawab ucapannya.

“Berani lo nge jawab?” Faleo mencengkram kuat dagu Lana dengan sorot mata yang tajam.

“Kenapa nggak?” Lana menepis tangan Faleo yang mencengkram kuat dagunya. Sekarang giliran ia yang menatap tajam Kakak kelasnya.

“Keren tuhh. Gue suka nih yang kayak gini,” puji Aletta dengan tatapan takjub.

“Kalian gak mau bantuin? Kasian loh adik kelasnya,” ucap Ayya.

“Kalo main kekerasan baru kita bantu, Ay. Kalo masih adu mulut liatin aja dulu,” sahut Aletta tanpa mengalihkan pandangannya.

Ayya pun menganggukkan kepalanya.

Tiba-tiba saja pertengkaran itu terhenti, Faleo berjalan meninggalkan Lana setelah mendorong nya, sebelum menghampiri seseorang.

“Anjing banget gue punya Kakak kelas kayak gitu!” gumam Lana lalu pergi meninggalkan kantin.

“Sayanggg.” Faleo berjalan menghampiri seorang laki-laki, bergelayut manja di lengan kekarnya.

ZEYAN [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang