ZEYAN [19]

13.1K 713 4
                                    

Vote sama komennya tong hilap!

Typo?  Tandain ogheyy?

💨💨💨💨

Happy Reading

–––––––––

Zeyan langsung saja menancapkan gas motornya menuju rumah, meninggalkan Abrisam sendiri di sana! Lukcnut memang, teman datang menolong, langsung saja di tinggal pergi.

Zeyan memasuki rumahnya tergesa-gesa, menyugar rambutnya ke belakang dengan perasaan cemas. Zeyan menaiki tangga rumahnya namun tak menemukan Aletta di sana, ia mengecek satu persatu ruangan di lantai atas, tetap saja istri nya tidak ada.

Berlalu ke bawah, dari ruang tengah dapat ia lihat Aletta yang tertidur di meja makan, dengan kepala yang menghadap samping. Zeyan mengusap wajahnya merasa bersalah karena membuat gadis itu ketiduran di meja makan, pasti tubuhnya akan sakit-sakit.

Zeyan berjalan kearah meja makan, tanpa menunggu lama lagi ia langsung saja  menggendong Aletta secara bridal style secara perlahan agar tidak menganggu tidur Aletta, tapi harapan nya itu pupus saat Aletta menyipitkan matanya.

“Lo udah pulang?” tanyanya serak, khas orang bangun tidur.

“Iya. Maaf buat lo ketiduran di meja makan,” ucap Zeyan merasa bersalah.

Aletta tersenyum. “Gak papa.”

Aletta menggerakkan kakinya, isyarat meminta turun dari gendongan Zeyan. “Turun, kita makan dulu.”

Dahi Zeyan mengernyit. “Lo belum makan?” tanya Zeyan yang mendapat gelengan dari Aletta.

Cepat-cepat Zeyan menurunkan Aletta secara perlahan. “Kenapa belum makan?”

“Nungguin lo.”


Aletta membuka tisu yang ia gunakan untuk menutup masakannya. Membawa mangkuk yang berisi ayam kecap itu untuk di hangatkan kembali, karena sudah dingin sejak beberapa jam yang lalu.

Hanya membutuhkan waktu tiga menit untuk menghangatkan kembali, Aletta menghidangkannya di atas piring dan membawanya ke meja makan.

Aletta mengambilkan Zeyan nasi juga ayam kecap, namun saat bertatapan dengan wajahnya ia sedikit menelisik seperti ada yang berbeda. Tangannya terulur untuk menyentuh lebam biru di ujung alisnya dengan gerakan lambat.

“I-ini kenapa?” Aletta melirik Zeyan sekilas, lalu kembali menatap lukanya.

Zeyan menyingkirkan tangan Aletta, lalu menatapnya. “Gak papa.”

“Gak papa gimana? Itu luka lho. Tuh, di sudut bibir juga ada. Lo berantem ya?” tuduh Aletta. Ia melihat lagi luka lebam yang di cap di sudut bibir suaminya. Ia jadi curiga, sepertinya suaminya ini berkelahi dengan seseorang, sampai membuat wajahnya terluka. Merasa sedikit khawatir pada lelaki yang menyandang status sebagai suaminya.


“Cie khawatir,” goda Zeyan membuat Aletta memberengut kesal.

“Ge-er! Siapa juga yang khawatir!” elak Aletta. Ia kembali duduk dan mengambil makannya.

ZEYAN [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang