01. Thrown Into The Past

125K 12.1K 250
                                    

Zara mengisi paru-paru dengan napas pertama saat kepalanya naik ke atas permukaan air sungai yang berarus deras

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Zara mengisi paru-paru dengan napas pertama saat kepalanya naik ke atas permukaan air sungai yang berarus deras. Ia melihat ke kiri dan ke kanan, memperhatikan sekeliling dengan bingung.

Anehnya, ia tak melawan ataupun panik dan membiarkan arus itu membawanya sembari perlahan-lahan menepi. Tangannya berhasil memegang ranting pohon kokoh yang menjulur. Namun ia kesusahan menarik tubuhnya ke atas daratan.

"Your Grace!"

"Zara!"

Terdengar teriakan manusia memanggil namanya dan suara derap kaki kuda dari dalam hutan.

"Aku di sini! Help me!" Zara menggunakan sisa tenaganya untuk berteriak sekencang mungkin. Berharap mereka bisa mendengarnya.

Tak lama kemudian, beberapa pria menemukan Zara dan membantunya keluar dari sungai. Zara menggigil kedinginan karena tubuh dan pakaiannya basah kuyup. Ia memeluk tubuhnya sendiri.

"T-terima kasih sudah menolongku. Tanpa kalian, aku tidak tahu bagaimana nasibku." Zara berkata tulus lalu ia memicingkan matanya. "Kenapa kalian berpakaian aneh seperti itu?"

Mereka mengernyit dan saling melempar pandangan bingung kepada satu sama lain atas pertanyaan Zara.

"Oh, ya Tuhan!" seru Zara ketika melihat pakaiannya sendiri.

Gaun muslin tipis—dengan model kerah rendah berwarna merah tua—menempel pada tubuhnya.

"Apakah kita sedang bermain drama?"

Seorang pria berjubah yang mengamati kebingungan Zara dari atas punggung kuda, datang menghampiri. Kuda hitamnya berhenti di depan Zara.

"Sudah puas membuat semua orang kerepotan mencarimu?" tanya pria itu dingin. Aksen british-nya sangat kental.

Zara berusaha memfokuskan pandangannya yang kabur pada wajah pria berambut hitam itu. Ia mengerjap beberapa kali.

"Kenapa kepalaku terasa begitu berat?"

"Itu akibatnya kalau kamu melompat dari jembatan. Sekarang, berhenti bersikap kekanak-kanakan dan kembali ke dalam kereta kudamu. Langit akan gelap sebentar lagi. Kita harus tiba di Evergreen Mansion malam ini juga."

"Kereta kuda? Aku tidak salah dengar?"

Pria itu memicingkan matanya, lalu ia turun dari atas punggung kuda dan memberi perintah pada pengawalnya. "Kalian bisa kembali duluan."

"Baik, Your Grace." Para pengawal segera pergi meninggalkan mereka berdua.

Zara terpana akan ketampanan pria itu. Rasa sakit di kepalanya terlupakan sejenak. Sepasang manik mata hitam kelam senada dengan rambutnya yang tebal. Hidung majestik serta bibir menawan menyempurnakan rahang tegasnya.

Mantel hitam yang ia kenakan tak dapat menyembunyikan dada bidang dan bahu tegapnya. Zara perlahan sadar kalau ini terlalu nyata. Tidak mungkin ia sedang berada di lokasi syuting.

Becoming A DuchessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang