"Maaf, Margaret. Hubungan kita harus berakhir sampai di sini."
Lady Margaret bagaikan tersambar petir mendengar perkataan Tristan.
"K-kenapa? Kamu sudah bosan denganku?" tanya Lady Margaret dengan nada bergetar.
"Bukan. Bukan karena kamu, Margaret. Tapi Zara—"
"Istrimu tahu tentang hubungan kita dan dia menentangnya? Sejak kapan kamu mendengar pendapat istrimu? Dia tidak berhak mengatur hidup kamu."
"Tenangkan dirimu." Tristan menepis tangan Lady Margaret yang tanpa sadar mencengkeram bajunya dan beranjak dari sofa. "Kamu tahu dengan jelas kalau hubungan kita akan berakhir, cepat atau lambat."
Tristan paling benci dengan wanita yang suka merengek. Lady Margaret sadar akan hal itu. Namun ia terlalu syok.
"Ada apa dengan Zara? Selama ini dia masa bodoh. Sebagai seorang istri, dia tidak melayanimu. Kamu berhak mencari wanita lain dan dia tidak berhak melarangmu."
"Zara tidak tahu tentang hubungan kita. Bukan itu masalahnya. Kamu pikir dia bisa mengaturku? Tidak, Margaret."
"Jadi karena apa?" Lady Margaret mendesak.
"Karena aku harus punya seorang putra sebagai penerusku."
Ketegangan perlahan hilang dari wajah Lady Margaret. "Oh, karena itu... Aku bisa menunggu, Tristan. Kamu tidak perlu mengakhiri hubungan kita. Setelah Zara hamil, kamu tidak membutuhkannya lagi. Kamu bisa kembali padaku."
"Kamu pikir segampang itu bisa berhasil? Bagaimana kalau aku dan Zara harus menunggu selama bertahun-tahun baru bisa punya anak? Kamu mau menunggu?" Tristan berdecak.
Ia tidak bermaksud menyakiti perasaan Lady Margaret. Ia pikir Lady Margaret akan bersikap seperti Camille saat Tristan mengumumkan hubungan mereka berakhir karena ia mau menikah.
Camille dengan tenang mengucapkan selamat untuk Tristan. Tidak ada perasaan marah, kecewa dan sakit hati. Mungkin ada sedikit rasa kehilangan karena sang duke merupakan pria yang royal.
"Jangan menyia-nyiakan waktumu, Margaret. Kamu masih muda dan cantik. Aku percaya, banyak pria yang mengantri di belakangku." Tristan melembutkan nadanya untuk menenangkan Lady Margaret.
"Aku tidak mau pria yang lain. Aku belum siap berpisah denganmu, Tristan. Tolong jangan akhiri hubungan kita. Aku mohon." Lady Margaret menggenggam tangan Tristan dan memelas.
"Jangan mempersulit ini, Margaret. Aku tidak pernah berjanji akan bersamamu selamanya." Tristan semakin risih.
"Kenapa kamu setega itu, Tristan? Apakah selama setahun ini kita bersama, kamu tidak punya perasaan apa-apa padaku?" Air mata jatuh membasahi pipi Lady Margaret. Menghancurkan riasannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Becoming A Duchess
Historical FictionZara Foster, mahasiswi Ilmu Sejarah yang meninggal karena menyelamatkan seorang anak kecil, tiba-tiba terbangun sebagai Duchess Griffin di abad ke-19. Menjadi seorang Duchess ternyata penuh tantangan. Apalagi suaminya merupakan pria tampan dengan ha...