Zara mengangkat kepalanya dan menatap lurus. "Aku punya syarat."
"Aku tertarik untuk mendengarnya. Tapi aku tidak janji akan memenuhi semua syaratmu. Silakan."
Berdehem, Zara membenarkan selendangnya yang sedikit melorot. "Aku mau gencatan senjata. Maksudku, kamu tidak boleh menyerangku dengan kesalahan masa lalu yang tidak aku ingat."
"Baiklah. Tapi bukan berarti aku melupakannya," ucap Tristan setelah berpikir sejenak. "Ada lagi?"
"Kita harus lebih sering menghabiskan banyak waktu bersama. Aku sama sekali tidak tahu apa-apa tentang kamu dan begitu juga sebaliknya."
"Keberatan," respon Tristan cepat. "Aku tidak melihat hal itu penting dilakukan untuk mencapai tujuan kita."
Wajah Zara memerah. "I beg your pardon. Perempuan berpikir dengan perasaan dan emosi. Aku tidak mungkin bercinta dengan pria yang pernah bilang kalau dia membenciku. Dia jijik padaku. Jadi bisa kamu mengerti kenapa aku meminta syarat ini kepadamu? Kalau kamu keberatan, aku rasa tidak ada yang perlu dikatakan lagi."
"Maaf, kamu benar," ucap Tristan setelah sadar dari keterkejutannya.
Zara tersenyum dalam hati karena ancaman kecilnya berhasil. Padahal kalau Tristan menolak, Zara juga tak berdaya. Perceraian bukanlah opsi. Apalagi di jaman ini, tidak ada banyak pilihan pekerjaan untuk wanita di luar sana. Jadi Zara tidak mungkin melarikan diri dari tanggung jawabnya sebagai Duchess of Griffin.
"Berapa lama?" tanya Tristan seakan ia sudah tidak sabar semuanya berakhir. Padahal ini baru saja permulaan. Menyentuh garis start saja belum.
"Errr, sampai aku siap. Aku tahu kamu sibuk di siang hari dan selalu makan di luar kalau tidak sempat pulang. Namun kita wajib sarapan dan makan malam bersama. Deal?"
Syarat Zara lebih berat dari dugaannya. Tristan pikir ia akan meminta perhiasan mahal atau minta dibelikan pakaian baru. Namun Zara malah mau mereka menghabiskan waktu bersama?
"Deal."
Zara mengulurkan tangan dengan jari-jari lentiknya. Ketika Tristan tidak langsung menjabatnya, Zara berkata, "Untuk menyegel kesepakatan kita."
"Bukan begitu caranya," Tristan berdecak sembari mengambil beberapa langkah maju. Ia menangkup leher belakang Zara, menundukkan kepalanya dan melumat bibir ranum itu.
"Mmphh!" Mata Zara terbuka lebar dan ia sedikit memberontak karena terkejut. Kedua tangannya mendorong dada sang duke, namun bukannya melepas Zara, ciuman Tristan malah semakin liar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Becoming A Duchess
Historical FictionZara Foster, mahasiswi Ilmu Sejarah yang meninggal karena menyelamatkan seorang anak kecil, tiba-tiba terbangun sebagai Duchess Griffin di abad ke-19. Menjadi seorang Duchess ternyata penuh tantangan. Apalagi suaminya merupakan pria tampan dengan ha...