22. You Are a Loser

65.3K 8K 617
                                    

So much happened this past month. Dari menjalani operasi lalu masa penyembuhan. Badan lemas bgt dan gak bisa mikir yang lain. Kerjaannya tidur, makan obat, tidur.

And then... anabulku passed away on 01 November 2022 😭 I miss her tremendously.

Masih butuh ketenangan batin, menyembuhkan luka, mengumpulkan semangat hidup.

But here I am, trying to continue this story. Because life goes on.

"Your Grace, pasien di ranjang 4 bersikeras hanya mau kamu yang mengganti perbannya," ucap seorang perawat sambil menggelengkan kepala

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Your Grace, pasien di ranjang 4 bersikeras hanya mau kamu yang mengganti perbannya," ucap seorang perawat sambil menggelengkan kepala.

Zara sedang menyuapi bubur kepada seorang pria yang kehilangan tangan kanannya.

"Pergilah. Aku bisa makan sendiri."

"Yakin?" tanya Zara ragu.

"Aku janji tidak akan membanting mangkuk buburku lagi." Pria itu tersenyum dengan sorot mata sedih. "Aku hanya frustasi karena tangan kiriku tidak bergerak seperti yang kumau."

"Pelan-pelan saja. Nanti juga terbiasa." Zara memberikan mangkuk bubur, menepuk pundak pria itu dan berjalan ke arah ranjang 4.

Begitu banyak prajurit yang terluka akibat pertempuran di Belgia. Bangsal yang dekat dengan pelabuhan dialihkan menjadi rumah sakit darurat. Total sudah ada dua kapal yang mengirim prajurit terluka atau meninggal selama tiga minggu terakhir.

Seorang pria muda berumur 15 tahun dengan rambut coklat berbaring di atas ranjang. Raut wajah ketusnya berubah menjadi girang ketika melihat Zara.

"Aku menunggumu."

"Jake, kamu membuat perawat di sini kewalahan." Zara membuka kain perban di perutnya.

Jake mendesis nyeri lalu berkata, "Justru aku meringankan pekerjaan mereka."

"Hmm... Syukurlah tidak infeksi. Ada demam?"

"Tidak. Aku tidur seperti bayi semalam." Jake melihat Zara dengan hati-hati membersihkan luka sabetan pedang di perutnya.

Zara memaklumi sikap manja Jake yang hanya mau diperban olehnya karena pria itu masih sangat muda. Kalau di abad ke-21, Jake masih duduk di bangku sekolah!

Di sini Zara melihat begitu banyak penderitaan. Kematian. Begitu pilu tangisan para orang tua, istri dan anak yang ditinggalkan.

"Kamu tahu?"

"Hm?" tanya Zara tanpa mengalihkan perhatiannya.

"Kamu bisa duduk manis dengan pakaian mewah menikmati teh earl grey di ruang tamu nan indah. Kenapa seorang bangsawan sepertimu mau melakukan pekerjaan rendahan?"

Zara tersenyum kecil. "Ini bukan pekerjaan rendahan. Ini pekerjaan mulia. Lihat, semua perawat di sini mencurahkan keringat dan tenaga mereka untuk merawat kalian."

Becoming A DuchessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang