"Mama pasti akan lebih gembira lagi kalau rumah ini ramai dengan tawa anak-anak."
GLEK!
Zara menelan ludahnya. Jangan bilang Tristan mau menagih janji kesepakatan mereka sekarang. Pas sekali Anya muncul di depan pintu, namun ia ragu untuk masuk.
"Anya, aku sudah selesai mandi. Kamu bisa bereskan ini."
"Permisi, Your Grace." Anya mengambil baskom yang terjatuh di lantai.
Tristan berdehem. "Kalau kamu bertemu Amelia, sampaikan permintaan maafku."
Setelah sang duke keluar, Zara menghela napas lega. "Kamu menyelamatkanku, Anya."
Seminggu sebelum acara pesta topeng digelar, semua kartu undangan telah disebar. Karpet dan gorden jendela telah diganti. Lantai dan lampu gantung dibersihkan sampai mengilap.
Anya selesai merias rambut Zara dengan model sanggul rendah, bagian sampingnya dikepang tidak terlalu ketat. "Your Grace, anda terlihat menawan."
Zara tersenyum di depan cermin. Penampilannya hari ini sesuai dengan yang ia mau.
Terdengar suara ketukan pintu.
"Kamu sudah selesai?" tanya Tristan yang sudah berpakaian rapi. Ia mengenakan mantel dari wol halus berwarna hitam, rompi dan kemeja linen putih.
"Sebentar lagi, my lord. Apakah sudah ada tamu yang datang?" tanya Zara pelan.
Ia khawatir tidak akan ada yang mau menghadiri pestanya. Walaupun Lady Cecillia yakin pesta Zara akan sukses karena Madame Risette kebanjiran orderan gaun dan topeng.
"Aku belum turun ke bawah. Kenapa? Kamu takut tidak ada yang datang?"
Zara mengangguk. "Banyak yang membenciku, ingat? Elena saja tidak mau hadir."
KAMU SEDANG MEMBACA
Becoming A Duchess
Historical FictionZara Foster, mahasiswi Ilmu Sejarah yang meninggal karena menyelamatkan seorang anak kecil, tiba-tiba terbangun sebagai Duchess Griffin di abad ke-19. Menjadi seorang Duchess ternyata penuh tantangan. Apalagi suaminya merupakan pria tampan dengan ha...