Tristan menghentikan pengejaran istrinya setelah ia diberitahu kalau Zara sudah kembali ke mansion. Ada sedikit rasa lega karena Zara ternyata tidak melarikan diri ke London.
Meskipun rasa lega itu langsung hilang ketika ia melihat tampang innocent istrinya.
"Kemana saja kamu, huh?"
"Aku jalan-jalan pagi di sekitar sini. Lalu mengambil rute dari belakang mansion. Memangnya kamu mencariku sampai ke mana?"
Tristan berdehem. Ia merasa bodoh karena salah duga. Ia menyuruh pengawalnya menyusul Zara ke London. Menghentikan semua kereta yang ada di jalan demi mencari seorang istri yang ia benci.
"Dengar, kalau kamu coba-coba ke London, aku akan menyeretmu kembali."
Zara menghela napas. "Itu tidak mungkin, my lord... Aku butuh kendaraan untuk ke London. Pengawalmu pasti tahu kalau aku pergi dengan kereta kuda."
"Kamu bisa menyewa kereta dari desa."
"Aku mohon berhenti curiga padaku sedetik saja, bisa tidak? Kamu seperti suami yang panik ditinggalkan istri tercinta," gumam Zara.
"Apa kamu bilang? Coba katakan lebih keras."
Zara menggelengkan kepalanya. Sebisa dan sesabar mungkin, kekerasan Tristan akan ia balas dengan kelembutan. Dengan begitu, Zara berharap Tristan bisa melunak.
"Aku istrimu. Jadi kemana pun kamu pergi, aku akan berada di sisimu."
"Kamu salah besar. Aku tidak membutuhkanmu di sisiku. Aku akan kembali ke London seorang diri."
Zara terkesiap. "Kamu mau meninggalkanku di sini?"
"Benar. Kamu tetap di Norfolk sedangkan aku kembali tinggal di London sepanjang musim ini." Bibir Tristan terangkat ke atas.
Ia merasa puas karena sukses membuat Zara syok. Memang itu rencana semula Tristan datang ke Norfolk. Ia akan meninggalkan istrinya di Evergreen Mansion. Wanita itu pasti panik karena ia tidak pernah tinggal di desa. Tidak ada hiburan dan ia tidak bisa menghamburkan uang seenaknya.
Sedangkan Tristan, ia akan hidup bebas tanpa perlu pusing dengan tingkah laku Zara. Ia bisa hidup normal seperti sebelum menikah.
"Sampai kapan?" Zara menggigit bibir bawahnya, membuat darah Tristan berdesir.
Ada apa dengan dirinya? Sejak Zara hilang ingatan dan sikapnya berubah 180 derajat, seakan ada magnet yang menarik Tristan mendekat pada wanita licik itu.
"Sampai ingatanmu kembali."
"My lord! Kamu tidak bisa melakukan itu ... ingatanku tidak akan pernah kembali," protes Zara.
"End of discussion. Aku sudah menghabiskan waktu mencarimu. Aku harus pergi."
Refleks, Zara mencengkeram lengan Tristan. "Kamu mau pergi ke London sekarang? Aku tidak tahu harus ngapain di sini. Aku mau ikut denganmu, Tristan. Aku janji tidak akan membuat keributan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Becoming A Duchess
Historical FictionZara Foster, mahasiswi Ilmu Sejarah yang meninggal karena menyelamatkan seorang anak kecil, tiba-tiba terbangun sebagai Duchess Griffin di abad ke-19. Menjadi seorang Duchess ternyata penuh tantangan. Apalagi suaminya merupakan pria tampan dengan ha...