30. His Mistress

39.1K 5K 653
                                    

H͏e͏l͏l͏o͏, ' b͏a͏c͏k͏ 👋 

K͏a͏n͏g͏e͏n͏ n͏g͏g͏a͏k͏ s͏a͏m͏a͏ c͏e͏r͏i͏t͏a͏ i͏n͏i͏

S͏i͏a͏p͏k͏a͏n͏ j͏a͏r͏i͏ u͏n͏t͏u͏k͏ k͏o͏m͏e͏n͏ s͏e͏t͏i͏a͏p͏ p͏a͏r͏a͏g͏r͏a͏f͏ 

"Justru aku mau kamu makan yang banyak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Justru aku mau kamu makan yang banyak. Agar bayi kita sehat."

Wajah Zara berubah serius. "Aku tidak hamil, Tristan."

Tatapan Tristan turun ke bawah perutnya, lalu kembali menatap matanya. "Kamu yakin?"

Zara mengangguk. "Maaf..."

"Bodoh, untuk apa minta maaf?" Tristan menyunggingkan senyuman. "Mungkin Griffin junior belum siap lahir ke dunia."

Tristan menyembunyikan kekecewaannya. Ia tak pernah menyangka ia akan begitu mendambakan seorang bayi lahir dari rahim Zara. Melihat perutnya membesar dan melihatnya menyusui bayi mereka.

Menjadi seorang ayah adalah sesuatu yang dinantikannya sekarang.

Zara menyeka bibirnya dengan sapu tangan, lalu bertanya, "Siapa wanita yang berdansa denganmu tadi?"

"Oh. Dia Lady Margaret. Lady Falmouth mendesakku berdansa dengannya. Aku tidak mungkin menolak."

Tristan sebenarnya malas berurusan dengan Lady Margaret. Ketika ia sedang minum champagne dengan Duke Wellington dan beberapa pria yang lain, Lady Falmouth beserta suaminya datang menghampiri.

Setelah sedikit basa-basi, musik kembali dimainkan dan Lady Falmouth memberi ide agar mereka semua berdansa. Apesnya, Tristan harus berdansa dengan Lady Margaret.

"Kelihatannya kamu sangat akrab dengannya."

Tristan menundukkan kepalanya sejajar dengan wajah Zara. "Ada apa? Kamu cemburu?"

"Apa?? Tidak... Masa begitu saja cemburu," kilahnya.

"Akui saja. Kamu cemburu karena suamimu yang tampan ini berdansa dengan wanita lain."

"Aku tidak cemburu. Buang-buang tenaga saja! Lebih baik aku menyimpan tenagaku untuk hal yang lebih bermanfaat."

"Seperti melahap semua kudapan ini?" Tristan bertanya dengan nada bercanda.

"Ya, betul sekali. Sekarang aku sudah kenyang dan akan mencari pria lain untuk berdansa denganku." Zara membalikkan badannya hendak meninggalkan Tristan.

"Eits, tidak secepat itu." Tristan menahan lengan Zara. "Pria lain katamu? Langkahi dulu mayatku."

Wajah Tristan begitu serius dan ada gemuruh badai dalam sepasang bola mata hitamnya. Zara tercengang dengan sikap posesif suaminya dan semakin berani menguji riak ombak.

Becoming A DuchessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang