Sir Dingham tertawa. Menunjukkan beberapa gigi ompongnya. "Aku punya tawaran yang lebih baik lagi. Bagaimana kalau menikah denganku?"
Amelia mengerjapkan matanya beberapa kali. Terkejut dengan tawaran pria yang lebih pantas menjadi kakeknya. Bukan suaminya!
"Kamu sungguh pandai bercanda, Sir Dingham." Amelia berkata sopan. Masih menjaga hati pria sepuh itu.
Sir Dingham meletakkan tangannya di atas punggung tangan Amelia dan mengelusnya. Sontak, Amelia menarik tangannya dan berdiri.
"Sir Dingham!" pekiknya.
"Miss Falmouth, pikirkan baik-baik. Kamu sudah berumur dan masih tinggal di rumah ibumu. Kamu hanya beban. Aku kaya raya. Punya tanah berhektar-hektar. Kalau menikah denganku, masa depanmu akan terjamin."
"Aku lebih baik tidak menikah," dengkus Amelia.
Sir Dingham berdecak. Ia memperhatikan lekuk tubuh wanita muda itu di balik gaun muslin berwarna hijau. Wajah Amelia tidak termasuk cantik yang vintage. Tubuhnya sedikit bongsor namun pinggul besar itu pasti bisa memberinya banyak keturunan sehat.
"Menikah atau tidak, itu bukan keputusanmu. Orang tuamu sudah setuju."
"Apa?!!" Amelia terperanjat, membelalakkan matanya. "Tidak mungkin...,"
Sir Dingham tampak kesulitan beranjak dari sofa. Kakinya bergetar dan ia bertumpu pada tongkat jalannya.
"My dear, aku tidak sabar menikahimu dan melahirkan keturunanku. Aku sudah memilih tanggal pertunangan kita. Sampai bertemu kembali. Have a good day, Miss Falmouth."
Amelia mencengkeram gaunnya dengan erat. Ia jatuh ke lantai begitu Sir Dingham keluar. Keringat dingin mengucur dan rasanya ia ingin memuntahkan makan siangnya.
"Amelia!!" Viscountess Falmouth masuk dengan wajah penuh murka.
"Dasar anak bodoh! Kenapa kamu menolak tawaran Sir Dingham?"
"Mama...," panggil Amelia dengan suara bergetar. Ia beranjak berdiri.
"Kamu sudah menyinggung perasaannya. Untung saja dia tidak membatalkan pernikahan kalian. Segera tulis surat permintaan maaf untuknya dan katakan kalau kamu bersedia."
"Mama! Aku tidak mau menikah dengan kakek tua itu! Lebih baik aku tidak menikah selamanya." Amelia berkata lantang.
Tidak pernah ia membantah ibunya. Ia adalah anak yang penurut. Tapi kali ini, ia sudah tidak tahan lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Becoming A Duchess
Historical FictionZara Foster, mahasiswi Ilmu Sejarah yang meninggal karena menyelamatkan seorang anak kecil, tiba-tiba terbangun sebagai Duchess Griffin di abad ke-19. Menjadi seorang Duchess ternyata penuh tantangan. Apalagi suaminya merupakan pria tampan dengan ha...