28. A Little Bit Jealous

59.4K 7.9K 694
                                    

Di dalam ballroom istana yang luas dengan jendela-jendela besar dan chandelier mewah, simfoni orkestra melantun indah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di dalam ballroom istana yang luas dengan jendela-jendela besar dan chandelier mewah, simfoni orkestra melantun indah.

"Your Majesty." Tristan memberi hormat di hadapan Raja George dan permaisurinya, Ratu Charlotte.

"Tristan, selamat datang." Raja George menyambut hangat.

Ciri yang paling menonjol dari wajahnya adalah dahi yang tinggi, mata menonjol, hidung besar, bibir tebal, dan dagu berlesung pipi. Ia memakai wig yang dibedaki putih.

Persis seperti foto lukisan yang pernah Zara lihat. Namun Ratu Charlotte sedikit berbeda dari yang dilukiskan. Tatapan matanya dingin dan regal. Bentuk tubuhnya kecil rapuh.

Zara dapat merasakan bulu kuduknya berdiri karena melihat tokoh ternama yang sebelumnya hanya bisa ia lihat melalui lukisan.

Ia menyusul memberi curtsy karena sesuai adat, ia harus menunggu suaminya terlebih dahulu. Untung saja ia mampu mengeksekusinya dengan sempurna.

"Your Majesty, selamat ulang tahun."

"Terima kasih, Duchess Griffin."

"Anda bisa memanggilku Zara."

"Aku harap kalian nyaman dengan akomodasi yang disediakan, Zara."

"Lebih dari nyaman, Your Majesty."

Setelah menyapa Raja dan Ratu, Tristan membawa Zara menemui Duke Wellington dan memperkenalkan mereka.

"Ahh... Duchess Griffin. It's a pleasure to meet you. Pantas saja..." Alis Duke Wellington terangkat ke atas. "Sekarang aku tahu kenapa Tristan sangat berapi-api di medan perang."

Zara memiringkan kepalanya ke samping. Kurang mengerti apa maksud pria itu.

Duke Wellington memajukan kepalanya sedikit dan meletakkan telapak tangannya di sisi pipinya serta berbisik keras, "Dia ternyata tidak sabar perang usai dan kembali ke pelukan istrinya."

Lalu pria itu tertawa karena telah sukses membuat wajah Tristan berubah warna.

"Kecerdasan dan ketangkasan Tristan ditambah dengan kecantikanmu, kalian pasti akan menghasilkan keturunan yang bagus."

"Terima kasih atas pujianmu, my lord."

Duke Wellington menggelengkan kepalanya dan menepuk bahu Tristan. "Tanpa Tristan, Inggris tidak akan menang semudah itu. Aku masih heran kenapa kamu bisa tahu taktik serangan Belgia. Seakan kamu bisa melihat masa depan."

Hal itu juga masih menjadi misteri buat Tristan. Ia melirik Zara dan memakai jawaban yang pernah ia dengar. "Intuisi?"

Pipi Zara menggembung menahan tawa.

"Apakah Duke Wellington memang seperti itu orangnya? Blak-blakan," tanya Zara usai politisi dan prajurit terkenal itu pergi.

"Dia menggodaku karena kalah adu pedang kemarin."

Becoming A DuchessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang