Hari ini, Namjoon pulang lebih awal. Pukul 5 sore tadi pria itu sudah pulang dari kerjanya. Pria tersebut menghela napas lelahnya melihat keadaan guesthouse yang terlihat sepi. Sepertinya mereka belum pulang bekerja.
Namjoon segera masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Setelah selesai mandi,pria itu memutuskan untuk pergi ke halaman belakang guesthouse dengan buku ditangannya. Ia butuh udara segar setelah lelah bekerja.
Pria itu larut dalam dunianya,sejenak melupakan masalah yang sekarang ia hadapi.
"Mianhe," ujar suara berat yang sudah duduk dikursi sebelah Namjoon. Entah kapan pria itu datang.
Namjoon segera menoleh menuju sumber suara dan menutup bukunya. Matanya membesar ketika mendapati suara itu berasal dari Seokjin, laki-laki yang kini duduk disampingnya.
Namjoon mengulas senyum simpul. "Aku sudah memaafkan mu Hyung,aku juga minta maaf," sahut Namjoon dengan suaranya yang terdengar hangat.
"Maafkan aku karena mengacuhkanmu belakangan ini,aku hanya kesal denganmu," papar Seokjin.
Jujur saja,selama dia mengacuhkan Namjoon, jauh didalam lubuk hatinya yang terdalam ia merasa bersalah dengan adiknya. Namun,rasa kecewanya dengan Namjoon lebih besar sehingga membuat pria itu urung untuk berbicara dengan Namjoon.
Akan tetapi, sekarang ia sudah tidak tahan lagi melihat wajah lesu Namjoon setiap hari. Pria itu tampak tak memiliki semangat hidup.
Namjoon terkekeh pelan. Jujur,dia sangat senang untuk saat ini.
"Dulu,mama bilang padaku untuk selalu akur dengan kalian. Sebagai saudara tertua,aku diberi tugas untuk menjaga kalian. Jika dipikir-pikir lagi, perkataanku padamu saat itu sangat tidak pantas untuk diucapkan," tutur Seokjin merasa menyesal dengan perkataannya dulu,sewaktu ia sangat marah dengan Namjoon.
"Lupakan saja. Wajar kau berkata seperti itu,kau sedang emosi," sahut Namjoon tanpa rasa dendam sedikitpun pada Seokjin atas kesalahan pria itu.
Lalu,keduanya saling melempar senyum. Akhirnya,mereka kembali seperti dulu. Seokjin sudah mau kembali berbicara dengan Namjoon.
Keduanya menatap langit sore yang terlihat cantik itu. Menikmati hembusan angin sepoi-sepoi yang menerpa wajah mereka.
"Ah iya,tentang ucapanmu menjadi guru,itu benar 'kan?tapi selama ini aku tidak pernah melihatmu-"
"Pfttt,"
Seokjin menghentikan ucapannya ketika yang diajak bicara malah menahan tawanya. Apa ada yang salah?
"Kenapa?" Bingung Seokjin.
Namjoon berusaha untuk mengontrol dirinya agar tidak tertawa melihat wajah Seokjin sekarang.
"Sebenarnya aku berbohong,Hyung. Aku tidak mengundurkan diri dan sekarang aku juga masih tetap bekerja di SPBU," jawabnya diakhiri gelak tawa yang tak bisa ia tahan lagi.
Seokjin mendelik tajam. Kemudian,pria itu dengan tak berhati nurani menggeplak kepala Namjoon dengan buku yang pria itu baca tadi.
"SEJAK KAPAN KAU SUKA BERBOHONG EOH?!!!" kesal Seokjin dengan pria itu yang sudah beberapa kali membohongi dirinya.
"Mian," ucapnya pendek. Dia memang meminta maaf,namun ekspresi wajahnya tidak mencerminkan orang sedang meminta maaf.
"AKU TIDAK AKAN MEMAAFKAN MU!" pekiknya terlampau kesal.
"Eeehhh,jangan marah-marah Hyung,kau tahu?terlalu sering marah dapat mengakibatkan kau terkena gangguan jiwa," kata Namjoon mengerang cerita.
Namun,Seokjin malah tambah dongkol dengan ucapan Namjoon. "KAU MENGATAKAN AKU GILA EOH??!" lagi lagi pria itu memekik membuat telinga Namjoon ingin pecah saja saking berisiknya suara Seokjin.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE TRUTH UNTOLD [HIATUS]
Fanfiction[BTS FANFICTION] Sebuah kebenaran yang membawa penyesalan teramat dalam. 🔒전하지 못한 진심 April 2022.