SIX

26.6K 1.1K 28
                                    

Radika (POV)

Aku meremas rambutku kesal, ini sudah satu minggu dan aku masih terus saja terbangun tengah malam hanya karena ucapan Dita. Aku tahu ada yang tidak beres denganku, namun aku tidak bisa lagi menghindar dari mimpi buruk yang sialnya menghantui malamku belakangan ini.

Aku bangun dan beranjak menuju dapur, acap kali mimpi buruk itu datang. Tiba-tiba tenggorokan rasanya mengering bagaikan sedang berlari di gurun pasir, aku berjalan menuju kulkas, menuang air kedalam gelas dan. Gees rasa dahagaku tiba-tiba saja lenyap di gantikan rasa sejuk dari air es.

Aku berjalan menuju kamar kembali, namun aku berhenti saat mendengar sesuatu.
"Ergh, aku kan sudah katakan jika Robby itu belum mampu. Tetapi kenapa kau memaksa untuk di gantikan dengannya, sekarang harus bagaimana?" Tanya suara yang sangat-sangat familiar di telingaku.
"Romi yang akan bertanggung jawab untuk itu, sekarang kerjakan tugasmu dan aku yang akan menghadap kapten." Ujarnya lagi. Kali ini aku percaya dia pasti lagi-lagi sedang menelphone dengan teman sejawatnya.
"Untuk sementara aku yang bertanggung jawab Leo, kau tahu sendiri Romi menyerahkan banyak hal yang terkadang membuat kepalaku tiba-tiba ingin meledak." Bagaimana reaksi bibir tipisnya jika sedang marah-marah seperti di telephone. Pikirku, aku yakin bibir tipis nan sexy nya akan naik turun meminta di lumat,
"AKU SUDAH KATAKAN AKU YANG MENGURUS SIAL," Aku tersentak mendengar
Teriakan supernya. Apakah telingaku melewatkan sesuatu, arhg memikirkan apa aku barusan.
"Sedang apa?" Aku berbalik dan gees, wanita tangguh nan sexy tepat berada di hadapanku. Oh pantatnya benar-benar membuatku ingin meremasnya.
"Tidak usah menatap ku seperti kucing kelaparan. Ada apa kau disini tidak biasanya?" Kali ini aku melihat aura mengintimidasinya. Jika melihat wajahnya sekarang aku sangat yakin jika dia memang seorang mata-mata Amerika.
"Ini rumah bersama dan apapun yang ku lakukan itu bukan urusanmu," Ujarku jutek, meski hati mulai tertarik tetapi sikap harus tetaplah cuek.
"Iya itu benar, tetapi jika yang kau lakukan hanya menatap bokongku dengan air liurmu yang menetes kemana-mana. Tentu itu menjadi urusanku,"
"Bukankah aku tidak akan pernah menarik bagimu?" Tanya nya lagi. Dan dia langsung saja meninggalkanku tanpa mau mendengar pembelaanku. Yang pada akhirnya hanya bisa ku hela nafas mengeluarkan rasa sempit di dadaku.

Dia benar, aku tidak akan pernah tertarik padanya, seharusnya. Tetapi sekarang semua yang dia lakukan seolah menjadi perhatianku. Sialllll. Aku kembali ke kamarku tidur sepertinya menjadi pilihan terbaik yang bisa ku lakukan.

**

Pagi ini aku telat bangun akibat tidak bisa menutup mata hingga pukul 4 pagi. Dan ini semua karena memikirkan bokong indah istriku. Aku tidak tahu apa yang dia lakukan dengan pekerjaannya, yang jelas semakin hari kedua tempat mengagumkan itu semakin berisi. Ya Tuhan bagaimana bisa pikiran kotor sudah berkeliaran di kepalaku di pagi hari begini.

Dan istriku, apakah aku mulai menginginkan keberadaannya sebagai istriku. Aku tersenyum tipis membayangkan dirinya dengan mata super genit menatapku, arhg aku harus segera berangkat jika tidak ingin terlambat ke kantor.
"I become so numb," Aku mengalihkan mataku mendengar suaranya. Dan betapa indahnya pemandangan di pagi ini, dia wanitaku dengan cantiknya berlenggak-lenggok di dalam dapur dengan pakaian minim yang membuatku berpikiran. Bagaimana jika aku dorong dia diatas konter dapur dan membuatkan keluarga kami baby, bukankah Mamaku dan Maminya menginginkan cucu?.
"Apakah pikiran kotor mulai berkeliaran di otakmu, atau kau sedang memikirkan hal buruk untuk diriku?" Aku menatapnya nanar, apakah aku terlihat begitu jahat sekarang?
"Apa yang kau lakukan jika aku berpikir membuatkan cucu untuk keluarga kita?" Tanyaku tajam.
"Uhuk," dia terbatuk dengan tangan di sanggah di pinggang.
"Tentu sebelum kau melakukannya aku akan membabat habis milikmu," Ujarnya dengan pisau potong di tangannya. Mengerikan sekali, aku tidak bisa membayangkannya.
"Kenapa masih berdiri di situ? Atau kau benar-benar ingin ku habisi milikmu?" Tanyanya dengan mata melotot. Semakin cantik saja dia.
"Aku rela kau menghabisi milikku dengan mulutmu," Balasku tertawa, dan aku langsung berjalan keluar rumah.
"SIALAN KAU, PERGI SAJA KAU KENERAKA," Teriaknya menggelegar. Aku tertawa dan membuka pintu, Gess apa mimpiku semalam sampai pagi ini terasa begitu mencekam.
"Pagi,"

**
Letiza (POV)

Pagi-pagi buta aku sudah di buat berteriak oleh mahkluk tuhan paling menyebalkan. Bagaimana bisa dia berkata seolah-olah yang terjadi anatara kami selama ini hanyalah se cuil debu yang bahkan tidak tampak. Apakah dia tidak tahu jika dia telah meremukkan hatiku selama ini? Sungguh laki-laki tidak punya hati.

Aku sibuk membuat sarapan pagiku, pancake sepertinya enak untuk menghilangkan badmoodku, dengan earphone di telinga aku kembali bernyanyi dan melenggak-lenggok tubuhku yang kencang akibat rajin gym.
"Untuk apalagi kembali kesini, aku tidak akan membagi sedikitpun sarapanku," Ujarku.
Cupp
"Sayang itu ada Mama sama Mami, katanya mereka merindukan kita," Ujarnya setelah berhasil mencicipi pipiku di pagi ini.
"Ahh kita memang tidak salah menjodohkan mereka, lihat saja mereka terlihat mesra sekali." Ujar Mami yang membuatku mengeluarkan bola mataku,.
"Aku setuju akan ucapanmu, jika seperti ini kita akan segera dapat cucu," apakah aku tengah bermimpi? Jika ya tolong bangunkan aku dari mimpi mengerikan ini.
"Sayang ayolah, Mami hanya bercanda." Ada apa dengan Dika?
"Menikmati peran hmm?" Tanyaku sinis menatapnya sebelum menatap kedua wanita disana.
"Apakah kau ingin Mama dan Mami tahu apa yang terjadi pada kita? Jika ya aku bisa saja membuatmu malu di hadapan mereka. Dan aku yakin keluargaku cukup paham akan aku, tetapi keluargamu aku tidak yakin," Aku menatapnya tajam. Sialan.
"Sayang, apakah kalian tidak ingin mempersilahkan kami untuk duduk?" Tanya Mami yang menatapku dan Dika dengan tatapan jahilnya.
"Bersikaplah yang romantis," Ujar Dika.
"Hmmm aku hanya sedang merindukan istriku mam," Ujarnya mengerling padaku.
"Oh ayolah sayang. Kau sudah menjadi suami jangan manja seperti itu. Belum cukupkah waktu malam kalian habiskan?" Sialan kau Dika. Jika saja ibuku dan ibumu tidak ada sudah ku tendang adikmu.

Ya tuhan ampuni aku yang sudah berkata kotor pagi ini. Dan ini semua gara-gara Radika Aditya Pratama.
"Apakah kalian sudah mempersiapkan program baby?" Tanya Mami. Aku bergerak gelisah di tempatku.
"Kami sedang proses kesana Mam, tetapi untuk saat ini kita belum bisa memberikan kalian kejutan. Kami masih sama-sama sibuk," Ujar Dika.
"Mama tahu, tetapi jangan terlalu lama. Iyakan jeung Nadia?" Tanya Mama Tia.
"Iya Mam, tenang saja." Ujar Dika.
"Mami juga tidak mau, jika kau sudah isi mami ingin kau berhenti bekerja." Ujar Mami tiba-tiba.

Aku menatap mami tidak percaya. Aku tidak yakin bisa berhenti dari FBI, bahkan meskipun aku bekerja disana aku tetap menyukai film seperti Avenger dan itu semua karena rasa cintaku pada negaraku dan pekerjaanku.
"Mam, bahkan mami tahu jika aku sangat mencintai pekerjaanku." Ujarku ingin menangis.
"Apakah kau akan membahayakan dirimu dan calon bayimu kelak hanya karena kecintaanmu dengan pekerjaan mu itu,?" Tanya Mami tajam.
"Sudahlah Nadi, sekarang menantuku masih belum isi. Tetapi nanti aku yakin pasti dia mau melepas pekerjaannya demi cucu kita," Aku hanya menunduk. Tidak tahu harus berkata apa, hampir 10th aku bekerja dan sekarang. Oh tuhan bunuh saja aku.

**
Author (POV)

Dita tidak berminat melakukan apapun setelah mertua dan ibunya pulang berkunjung. Bahkan Dika tidak di hiraukan yang masih duduk di sebelahnya, dia hanya diam dan merenung. Bahkan Dika sempat meraba pahanya yang hanya memakai celana pendek 7 senti dari tungkai pahanya.

Dika menatap Dita yang tidak bergeming
Dia heran apa yang istimewa dari pekerjaan mengerikan itu.
"Apakah pekerjaan mu lebih berharga dari apapun?" Tanya Dika menjentikkan jari di wajah Dita.
"Aku mencintai pekerjaan ku melebihi hidupku," Balas Dita.
"Kau yakin, bukan karena pria bernama Romi itu?" Tanya Dika lagi.
"Aku mengagumi tokoh pahlawan Film seperti spiderman sejak umurku 8th. Aku menyukai tokoh Flash, captain amerika dan semua tokoh superhero." Ujar Dita dengan wajah piasnya.
"Nikmatilah pekerjaanmu. Karena aku yakin kau bisa melakukannya. Kau tidak usah khawatir soal Mami," Ujar Dika senyum. Dita menatap Dika dan tiba-tiba saja senyumnya menular pada Dita.
"Terimakasih," Dita memeluk Dika.
"Maaf," Ujar Dita melepaskan pelukannya. Dika tersenyum canggung.

Keduanya terdiam dan saling salah tingkah. Bahkan tidak ada yang mengeluarkan suara satupun.

Hajahhaa maaf lama. Lagi lagi hanya maaf hope u like it...

Dangerous WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang