Radika (POV)
Aku menatap seluruh ruangan yang sudah seperti pemakaman, apakah tidak ada orang dirumah, Lalu kemana Dita apakah dia sedang bekerja? Tetapi jika dia ada dirumah tidak mungkin rumah sekotor ini. Atau jangan-jangan dia belum kembali dari acara liburannya itu, rumah ini bahkan sudah seperti beberapa hari tidak dirawat.
Aku menaruh koperku di samping sofa dan membanting tubuhku diatasnya. Aku mencari kontak tukang bersih-bersih rumah, ya sudah hampir dua minggu aku mempekerjakan tukang bersih-bersih.
"Halo tuan?" Sapanya di sebrang.
"Ah, iya Audrey aku tidak melihat Dita dimanapun" Ujarku.
"Maaf tuan, kalau tidak salah nyonya pergi berlibur dengan nona Felicia, 3 hari yang lalu." Ujarnya, Felicia bukankah itu putrinya Lambert dan tunangannya Gautam. Ah bagaimana bisa dia berlibur dengan laki-laki homo itu.Tiba-tiba saja aku merasa panas, jangan-jangan dia berusaha menjauhkan Dita dariku. Dan ini semua idenya Felicia. Aku segera mendial no 1.
"Ada apa?" Tanya Dita tanpa mengucapkan halo terlebih dahulu.
"Aku sudah dirumah, tetapi kau tidak dirumah. Dimana kau?" Tanyaku selembut mungkin.
"Aku sedang di Francis, ada apa? Tidak biasanya?" Tanyanya dari sebrang sana.
"Suami bertanya kau bilang ada apa, Apakah tidak jelas dengan permintaanku dua minggu yang lalu. Aku ingin kita memulainya dari awal Dita," Ujarku menjambak rambutku yang mulai panjang.
"Apakah kau mulai gila? Aku bukan gadis yang bisa seenaknya kau buang begitu saja, kemudian kau ambil lagi sesuka hatimu tuan Pratama." Balasnya ketus.
"Suamimu itu tidak tahu diri, seenak jidatnya bicara. Tidak tahu malu," Aku mendengarnya, Gautam laki-laki itu seakan menunjukan siapa aku sebenarnya. Dan dia benar aku tidak tahu diri setelah apa yang kulakukan terhadap Dita, perlahan handphone di genggamanku jatuh.
"Halo, Dika," Aku mendengarnya dan Gautam benar. Aku tidak semestinya memaksakan Dita setelah apa yang dia alami.Apa aku harus meninggalkan semua ini, lalu apa yang harus aku katakan kepada kedua orang tua kami. Dan apakah aku sanggup mengatakan kepada ayah dan ibu mertuaku. Tidak, aku memang sudah sangat menyakiti Dita tetapi aku ingin berubah dan memulai semuanya. Dan aku sudah berjanji pada diriku sendiri aku akan membahagiakannya menebus semua dosa yang kulakukan, tak perduli ini akan memakan waktu lama bahkan aku tak akan perduli jika Dita akan menerimaku 3-4th lagi. Ya tekatku sudah bulat aku akan berjuang sampai titik darah penghabisan, semangat Dika.
**
Ini sudah 6 hari setelah kepulanganku, namun Dita belum juga pulang dari acara liburannya. Apa sebenarnya yang mereka lakukan sampai selama itu? Bukankah si homo itu akan melangsungkan pernikahan? Lalu kenapa dia dan kekasihnya belum juga pulang, tidakkah mereka tahu aku merindukan istriku? Aku akan menghubungi Dita, meskipun yang sudah-sudah dia tetap jutek.
"Ya halo," Jawabnya setelah bunyi tut ke tiga kalinya.
"Kapan kau akan pulang, rumah rasanya sepi tanpamu" Ujarku dengan senyuman dan rasa bahagia membuncah di dada.
"Aku sudah pulang, ini lagi dirumah Felicia, sebentar lagi aku pulang kerumah. Hachim," Balasnya lemas dan aku mendengar dia bersin. Apakah dia sedang tidak enak badan.
"Aku akan menjemputmu, tetaplah disana." Ujarku dengan rasa khawatir. Aku tidak berlebihan sungguh, aku tidak mau dia kenapa-kenapa.
"Tidak perlu, Felic yang akan mengantarku," Ujarnya dengan suara bindengnya.
"Apakah kau akan membiarkan felicia berkeliaran disaat tanggal pernikahannya sudah di depan mata? Kau bisa membuat dia batal menikah. Aku yang akan menjemputmu," putusku sepihak.
"Tapi,"
"Tetap disana 10 menit lagi aku sampai," Ujarku menutup telephone sepihak.Aku mengembangkan senyumanku mengingat Dita tidak sejutek biasanya saat menerima panggilanku barusan, oke kalian tidak perlu meledekku dengan mengatakan jika Dita sedang Sakit. Aku tahu dan pastinya aku akan berusaha untuk membuatnya selalu menjadi wanita lembut. Ingat itu adalah janjiku.
**
Letiza (POV)
Aku tidak tahu apakah aku harus senang atau sedih, yang jelas perubahan sikapnya membuatku risih, sudah hampir 2 minggu ini dia terus saja menghubungiku tiap waktu. Aku sampai bosan untuk mengangkatnya, dari kami liburan sampai hari ini aku telah pulang. Dan baru saja dia menghubungiku lagi, disaat keadaan tidak enak badan begini dia masih saja menghubungiku. Dan yang membuatku hampir gila dia memaksa untuk menjemputku, dia juga membawa-bawa tanggal pernikahan Felic yang akan dirayakan 3hari lagi. Oke aku mengalah aku tidak akan sanggup jika pernikahan mereka sampai batal mengingat betapa serasinya mereka. Akhirnya aku yg mengalah untuk dia jemput.
Lagipula saat pusing seperti ini apa yang bisa aku katakan.
"Hei bagaimana bisa suami gilamu itu datang kerumahku?" Aku kaget saat Felicia tiba-tiba saja duduk disampingku.
"Huh?" Tanyaku tidak dengar.
"Itu suamimu sudah jemput, padahal aku ingin kak Axel yang mengantarmu," Ujarnya sedih.
"Kami sudah tidak ada hubungan apapun lagi," Ujarku bangkit dari dudukku.
"Sampai ketemu di hari pernikahanmu, tenang aku akan mendampingimu. Kecuali di saat malam pertama aku takut Mr. Rode memenggalku, mengingat dia melihatmu seperti ingin melahapmu bulat-bulat" Bisikku ditelinganya.
"Hei kau bisa tidak jangan terlalu vulgar seperti itu. Mukamu asem tahu tidak," ujarnya dengan nada jijik.
"Kau yakin akan memperlihatkan wajah busuk itu pada Gautam, hmm disaat malam pertama lagi," Aku menatapnya bersiul.
"Tuan Pratama yang terhormat bawa istrimu pulang sebelum kepalanya hilang olehku," Aku melihat Felic menatap Dika tajam.
"Oke, terimakasih banyak. Kami permisi dulu," Aku melihat Dika yang salah tingkah disaat berada di kediaman Lambert. Bolehkah aku tertawa melihat wajahnya yang memalukan.
"Aku pulang ya nona Rode," Aku meledek Felice sebelum benar-benar pergi.**
Diam hanya itu yang bisa kulakukan, apa yang semestinya aku lakukan melihat keadaan kami Yang tidak pernah akur selama ini.
"Bagaimana liburanmu?" Saat sedang memikirkan keadaan kami dia bertanya.
"Ha chim sangat baik hachim," Kenapa aku terus-terusan bersin seperti ini.
"Kau baik-baik saja, atau kita perlu kerumah sakit?" Dia tiba-tiba saja memberhentikan mobil.
"Aku baik hachim saja, hanya ha flu chim biasa." Ujarku.
"Baiklah, nanti kita berhenti dulu sebentar untuk membeli obat di apotek," Aku menatapnya heran, benarkah dia laki-laki yang menikahiku 9 bulan yang lalu?
"Istirahatlah," Dia mengusap kepalaku lagi dan melajukan mobil kembali. Aku akan gila jika dia terus-terusan seperti ini.***
Author (POV)Dita tidak pernah memalingkan wajahnya dari Dika, dia bingung sekaligus takut. Bingung laki-laki yang berstatus suaminya ternyata bisa bersikap lembut. Dan takut, dia sangat takut akan perubahan yang terjadi pada Dika.
Dita tertegun saat Dika berhenti tepat di apotek dan melepas sabuk pengamannya.
"Tetaplah disini, kau terlihat sangat kacau. Biar aku yg membeli obatmu," Ujar Dika. Dita hanya bisa mengangguk pasrah.10 menit dika mengambil obat untuk Dita, dengan wajah tampan adonis miliknya dia berjalan kearah mobilnya yang berada di parkiran.
"Kita langsung pulang saja,"
"Yatuhan kau kedinginan, aku ambilkan selimut dan bantal," Dika sibuk memeriksa jok belakang mencari selimut dan bantal.
"Semoga ini membantu sampai kita tiba dirumah," Dika dengan cekatan menaruh bantal di kepala dan menyelimuti tubuh Dita Yang sudah seperti Es.Sepanjang jalan Dika tidak bisa fokus, dia melihat Dita yang terus-terusan menggigil. Setelah sampai di depan rumah Dika bergegas menggendong Dita, Dita yang tidak sadarkan diri hanya bisa pasrah dengan perlakuan Dika.
Dita terlihat lemas dan badannya kini panas. Dika laki-laki itu sejak tadi sibuk mengurusi Dita.
"Ada apa dengan non Dita tuan?" Tanya Audrey yang membawa baskom berisi air dan handuk kecil. Karena sebelumnya Dika menyuruhnya.
"Dita panas, dan suhu tubuhnya tinggi. Sepertinya cuaca disana membuatnya tidak sehat," ujar Dika lagi. Audrey hanya bisa prihatin melihat tuan dan nyonya nya.
"Pergilah kembali tidur. Aku akan menunggunya," Dika menatap wajah pucat Dita. Dan sungguh baru kali ini Dika takut akan kehilangan seseorang. Dan orang itu ialah Dita wanita yang pernah dia sakiti, sungguh dia menyesal. Andai waktu bisa diputar kembali dia memilih untuk memulai pernikahan dengan Dita diawali dengan perkenalan yang baik, dia akan belajar mencintai Dita. Jika saja batinnya.jika ada yang protes pendek maaf bgt soalnya hpnya suka eror.. dan maaf lama postnya. Kiss and hugggggg..muach.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dangerous Wife
Romance"Jangan pernah berharap aku akan menyukai pernikahan ini apalagi menyukai dirimu. Karena itu hanya akan ada di dalam mimpi gadis menyedihkan layaknya dirimu." Kata itu tidak akan pernah kulupakan seumur hidupku. Jika dia berpikir bisa mengintimidasi...