Radika (POV)
Letiza, gadis paling sial yang pernah aku kenal. Bagaimana mungkin gadis itu berani membuatku meradang setengah mati akibat rengekannya di pertemuan tadi malam. Arghh, aku pastikan dia akan menyesal setiap detik waktu yang akan terlewat untuk beberapa tahun kedepan.
Akan ku pastikan dia menderita hidup bersamaku. Aku tersenyum melihat wajahku yang berada tepat di kaca washtafel kamar mandi. Kau akan menyesal nanti, karena telah bermain-main denganku.
Aku menuruni anak tangga satu-persatu, tujuanku saat ini adalah meja makan. Tidak akan ada yang bisa mentolerir jika ada satu orang saja yang terlambat datang kesana. Kulihat Papa sama Mama yang sudah menatapku dengan tajam. Arghh, ini semua gara-gara Letiza, jika dia tidak membuat otakku mumet semalem. Maka tidak akan seperti ni jadinya.
"Apa saja yang kau lakukan di kamarmu? Kau seharusnya berpikir Dika, Apa jadinya jika kau dalam waktu saja tidak disiplin?" Oke aku terlambat lima menit untuk sarapan. Dan sekarang aku sudah kenyang karena pagi ini Papa sama Mama pastinya akan memulai wejangan seperti biasanya. 1,2,3
"Berusahalah lebih disiplin Dika, sebentar lagi kau akan menjadi suami. Dan Mama mohon jangan sampai kau tidak bisa mendidik istri nantinya jika kau masih seperti ini," Mama menatapku.
"Ma, menikah juga masih lebih dari 2 minggu lagi. Jadi Mama tenang saja, yang jelas Dika pasti bisa mendidik istri Dika nantinya," Ucapku menatap Mama.
"Mendidik, dalam sebulan ini berapa kali kau terlambat untuk sarapan dan makan malam?" Ouh, sepertinya ini akan lama, sebentar ku ingat dulu berapa kali sebulan ini absen.
Ya tuhan bunuh saja aku, ini sudah ke 26 kalinya aku terlambat sarapan. "26 kali Pah," Balasku.
"Itu untuk sarapan, makan malamnya? Apa kau sadar satu bulan ini kau tidak ada makan malam sama keluarga kecuali tadi malam." Ayah menatapku tajam. Sial, kalian lihatlah dua detik lagi pasti akan tumbuh tanduk di kepala Papa dan Mamaku.
"Mama tidak mau ya kau mengecewakan Dita nantinya. Jika sampai Dita mengadu pada Mama, maka kau akan dapat hukuman dari Mama, Dengar itu Dika," Aku tersenyum sinis ke samping, siapa sih anaknya?
"Dika rasa sudah cukup Mam, bisa kita mulai sarapannya. Masalahnya Dika hampir telat ke kantor. Dan soal satu bulan ini Dika minta maaf Mam, Pap." Ucapku menatap kedua otangtuaku.
"Kali ini Papa maafin. Tetapi tidak untuk lain kali, karena sebentar lagi kau menjadi suami." Aku hanya bisa mengangguk pasrah saat wejangan Mama sama Papa selesai.
**
Author (POV)
Gadis berambut coklat itu berjalan memasuki salah satu kantor Multinasional. Dengan pakaian yang santai tetapi terlihat elegant. Rambut panjangnya yang sedikit bergelombang tertiup angin dengan indahnya. Kaki jenjangnya melangkah dengan cantiknya menuju meja resepsionis.
"Maaf mbak mau bertemu dengan siapa, Ada yang bisa saya bantu?" Dengan senyum ramah sang resepsionis bertanya. Kedua sudut bibirnya tertarik membentuk senyuman yang begitu manis.
"Saya Dita, hmm lebih tepatnya Letiza Anindita Prayuda. Bisa saya bertemu dengan Bapak Armenino?" senyum manis itu terlihat menghipnotis sehingga siapa saja yang melihat akan ikut tersenyum.
"Sudah buat janji mbak sebelumnya, soalnya Bapak sedang ada meeting," Balas resepsionis.
"Saya belum membuat janji, tetapi saya jamin Bapak Armenino tidak akan keberatan menerima saya." Balas Letiza.
"Maaf mbak, saya tidak bermaksud tidak sopan. Saya hanya takut kehilangan pekerjaan saya," Letiza tersenyum.
"Kalau begitu saya akan menunggu sampai Bapak Armenino turun dari ruangan." Letiza berjalan menuju ruang tunggu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dangerous Wife
Romance"Jangan pernah berharap aku akan menyukai pernikahan ini apalagi menyukai dirimu. Karena itu hanya akan ada di dalam mimpi gadis menyedihkan layaknya dirimu." Kata itu tidak akan pernah kulupakan seumur hidupku. Jika dia berpikir bisa mengintimidasi...