NINETEEN

12K 483 29
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Maaf ya main castnya aku ganti

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Maaf ya main castnya aku ganti. Karena g nemu main cast yang cocok plus banyak poto berduanya. Aku tahu mungkin readers udh pada bosan nunggunya,, mudah-mudahan ada yang baca . Lets check this out... 😋😋😋

Radika (POV)

Aku menghela nafas pelan. aku tahu Papi mertua tidak akan semudah itu memaafkanku. Mengingat seperti apa perlakuanku pada Dita selama ini, aku sangat menyesal dengan semua itu sungguh.

Aku perlahan menaiki satu-persatu anak tangga. Aku tahu ini benar-benar harus di selesaikan sekarang. meskipun aku merasa sangat gugup, dan aku juga bisa merasakan keringat dingin mulai mengucur di seluruh tubuhku. Aku mengetuk pintu dan,
"Masuk," Aku menghela napas sebentar.

Aku menatap Papi Mertua dengan perasaan yang, entahlah aku sendiri tidak tahu. Aku merasa seolah-olah aku akan di adili di tiang gantungan.
"Silahkan duduk, aku tidak menyuruhmu berdiri terus disana," Aku menelan ludah dengan susah payah.
"Katakan jika yang aku dengar tadi bukan sebuah janji belaka yang kau ucapkan untuk putriku?" Jika aku ingin Dita kembali ke rumah maka aku harus bisa memenangkan kepercayaan Papi Mertua.
"Tentu Pi, aku tau jika Papi belum bisa menerima semua perlakuanku pada Dita, sungguh aku menyesal dengan kejadian itu." Aku menatap Papi mertua sungguh-sungguh.
"Jika kau memang menyesal, maka tunjukan ihtikat baikmu padaku. Aku tidak ingin membiarkan putri ku terluka lagi. Hanya karena laki-laki seperti dirimu." Aku sadar betul jika aku memang tidak pernah membuat Dita bahagia selama pernikahan kami. Namun, sekarang tekat ku sudah bulat. Apapun yang terjadi maka aku akan membahagiakan Dita.
"Untuk sekarang aku tidak bisa hanya berkata-kata. Karena aku yakin Papi tidak akan menerima itu. Aku akan membawa Dita pulang ke rumah kami, dan jika Dita mengalami hal yang sama dengan kemarin. Maka aku rela meninggalkan Dita, selamanya." Aku sadar betul dengan semua ucapanku. Dan aku akan menepati itu.
"Jangan salahkan Papi jika kelak kau akan kehilangan Dita. Karena Papi menikahkan kalian bukan untuk menerima perlakuan burukmu pada putri Papi. Jadi, sebelum semua itu terjadi maka berhati-hatilah." Aku menelan ludah kelu. Ini memang sudah menjadi harga mati untukku.
"Aku mengerti Pi," Balasku dengan suara lantang.
"Maafkan aku Pi," Ujarku lagi.
"Papi sudah memaafkan mu. Hanya satu permintaanku Dika. Bahagiakan putriku," Ya, Sejak aku hampir kehilangan Dita, Saat itu aku sadar. Aku tidak akan sanggup kehilangan Dita.
"Nyawaku taruhannya." Ujarku mantap.
"Pergilah bicarakan dengan Dita." Papi menutup kalimatnya dan akupun mengundurkan diri dari hadapannya.

Dangerous WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang