TWENTY ONE

6.6K 269 11
                                    

Lucu baca koment nya.. Aku belum nikah tapi pengen sih honeymoon nanti setelah menemukan pasangan. Hehhe maaf ya pasti pada nunggu kan lanjutan cerita ini.. Langsung aja maaf untuk typonya.

Author (POV)

Pagi kembali menjelang. Pria di atas ranjang king size itu tidak berhenti mengagumi gadis yang kini tertidur lelap di dalam dekapannya. Sesekali dia mengecup kening bahkan bibir gadisnya, ya gadisnya. Gadis yang dia nikahi 2th silam dan baru-baru sekarang ini dia akui keberadaannya sebagai gadisnya, istrinya sekaligus miliknya.

Untuk 2th yang telah lewat dia memang menyesali itu, betapa bodohnya dia baru menyadari rasa itu bisa tumbuh setelah dia hampir kehilangan. Namun, dia bertekat dan berjanji pada hatinya dia tidak akan melepaskan wanita yang kini berada di dalam dekapan hangatnya sampai kapanpun itu.

Dika menatap gadis itu dengan penuh cinta. Ya dia adalah Dika laki-laki bodoh yang hampir kehilangan cintanya akibat dirinya sendiri. Dia mengecup pipinya lembut dan.
"Erghh" Erangan kecil keluar dari mulut mungilnya dan jemari lentiknya mengelus dada bidang milik seorang Dika.
"Sayang, kau bisa membuatnya bangun hanya dengan eranganmu itu." Seolah dia tidak perduli gadis itu justru menenggelamkan wajahnya di dada bidangnya dengan hidungnya yang diusel-uselkan disana.
"Dita jangan salahkan aku jika aku akan mengambil hak ku detik ini juga." Dika mengerang dengan tingkah kecil Dita.
"Baru seperti itu saja kau sudah tidak bisa mengontrol burungmu. Bagaimana jika aku membuka bajuku di hadapanmu." Dika menatap istrinya yang kini sudah terduduk di sampingnya. Apakah yang kini berbicara adalah istrinya Dita. Oke dia tahu istrinya memang pemberani. Tetapi, untuk bicara se vulgar ini Dika baru mendengarnya. Dia tersenyum dengan begitu manisnya.
"Aku sungguh siap jika kau mau membuka baju sialanmu itu sekarang juga sayang." Dika mengerling nakal kepada Dita, Dita terlihat mendesah kesal.
"Tidak, aku tidak mau kehilangan milikku yang paling berharga di atas kasur bujanganmu. Tidak keren sekali setelah 2th perjuanganku hanya berakhir diatas ranjangmu ini." Dita menatap Dika sinis.
"Sayang, justru itu bagus kalau menurutku. Jika kau langsung hamilkan aku bisa bangga pada anak kita kelak. Dan aku akan mengatakan pada Mama untuk dia tidak merubah tatanan kamar ini. Supaya kelak aku bisa menceritakan kisah kita yang dimulai disini pada anak-anak kita." Dengan senyuman manisnya Dika menatap Dita.
"Tidak, sekali tidak tetap tidak. Jika kau mau kau saja sendiri yang melakukannya." Dita turun dari ranjang dan langsung duduk di kursi belajar Dika yang entah sudah berapa tahun umurnya.
"Ayolah?" Dika turun dan memeluk Dita dengan dagunya di tumpukan di kepala Dita.
"Ya Tuhan, punya suami begini sekali ya. Aku tidak mau suamiku sayang. Apakah kau tidak ingin memberikan yang spesial untukku setelah 2th kita bersama kau selalu menyakitiku?" entah Dita menyadari atau tidak ucapannya.
"Maafkan aku," Dika perlahan melepaskan pelukannya dan berjalan dengan gontai menuju sofa di dekat balkon kamarnya.

Dita menyadarinya, dan secepat yang dia bisa dia memeluk pria itu dari belakang. Dan tanpa Disadari Dita, Dika melepaskan tangannya dari Dika.
"Aku minta maaf, dan mungkin hanya dengan maaf saja tidak akan membuatmu lupa dengan perlakuanku selama ini." Dika menunduk dalam. Rasanya dia tidak semangat lagi seperti tadi.

Tanpa menjawab Dika, Dita justru mengurai kaki dan lengan suaminya. Kemudian dia memutuskan bersandar di dada bidangnya. Merasakan detak jantung suaminya yang dua kali lebih cepat berdetak dari biasanya.

Dia tahu betul, dia telah menyinggung perasaan suaminya. Tetapi itu bukanlah kesengajaan. Dita hanya ingin semua mereka awali dengan lebih baik dan setiap awal yang baik bukankah akan berakhir baik pula?
"Aku tidak bermaksud mengungkit apa yang telah kita lalui. Semuanya berlalu begitu buruk. Dan aku tidak mau kita mengawalinya seperti ini, aku hanya ingin kita memulai semuanya dengan baik. Dan itu semua tidak akan kita lakukan disini. Tentu kau ingat betul apa saja yang telah aku lewati termasuk di dalam kamar ini." Ya Dika memang pernah beradu mulut dengan Dita dikamar ini, yang mengakibatkan Dika menampar pipi Dita.
"Maafkan aku sayang, aku tau aku sudah begitu jahat padamu. Dan aku tidak akan memaksamu meski kau ingin membatalakan honeymoon kita," Dika tahu jika di bandingkan dengan perlakuannya dia memang bisa dikatakan tidak tahu diri.
"Aku tidak akan membatalkan honeymoon kita. Dan aku juga tidak akan menghukum suami tampanku ini, ya meskipun banyak yang tampan diluar sana. Tetapi percuma meski mereka lebih tampan jika aku hanya mencintai suamiku." Dika memeluk Dita dan mengecup pipi gadis itu dengan sayang.
"Terima kasih sayang. Kau tahu aku adalah pria beruntung yang akhirnya hidup bersamamu." Dika bangkit dan mengajak Dita berdiri kemudian dia langsung memagut bibir mungil istrinya dengan penuh kasih.

Dangerous WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang