Kalau kalian tetap lebih suka sama judul yang ini.. Maka aku g akan rubah judulnya. Yang udh komen makasih ya. Yg udah baca juga makasih. Tanpa kalian aku mah apa atuh. Hihihi lanjut aja ya. Maaf untuk typo dan Eyd yang mungkin masih bertebaran. Maklum aja saya mah bukan penulis cuma gadis biasa yang banyak angan-angan.
***
Author (POV)Malam panjang itu berlalu dengan begitu indahnya. Tanpa rasa takut dan sakit lagi. Jika dulu dia begitu enggan dengan malam pernikahannya, maka sekarang dia jauh lebih antusias. Pria berambut bersurai hitam legam itu tersenyum begitu manis mendapati seorang gadis. Ralat seorang wanita muda karena tentu saja gadisnya itu sudah menjadi wanita seutuhnya sejak semalam.
Dia membelai wajahnya dengan lembut, terkadang mengecup kening bahkan pipinya. Dia pria beruntung, ya dia mengakui jika dia beruntung menyadari perasaannya dan mau meminta maaf serta mau berjuang untuk wanitanya.
"Maaf jika dulu aku menyakitimu, maaf untuk semua kata-kata kasar yang telah melukai hatimu. Terimakasih sayang, kau mau berjuang bersamaku. Terima kasih untuk uluran tanganmu. Aku mencintaimu istriku."
Errghh sebuah erangan lembut keluar dari bibir mungil di sampingnya. Dia tersenyum mendapati mata berkornea coklat madu itu perlahan terbuka.
"Dika, sudah pukul berapa?" Gadis itu bertanya sambil mengusap kedua matanya.
"Baru pukul 11 sayang" Balas Dika, ya pria yang sedang berbunga-bunga hatinya itu adalah Dika.Wanitanya segera bangkit dan menatap Dika dengan mata membuka lebar. Dika membalas tatapan wanitanya dengan tatapan heran.
"Ada apa Dita sayang?" Dika menatap Dita sayang. Ya wanita yang sejak tadi di pandangi Dika adalah Dita yang tidak lain adalah istrinya.
"Pukul 11 kau katakan baru." Dita mengerang sebal.
"Kenapa tidak membangunkanku.?" Dita menatap keseluruh ruangan entah mencari apa.
"Kau terlihat nyenyak sayang. Dan aku bukan suami yang sejahat itu setelah kau manjakan maka aku akan sewenang-wenang terhadap dirimu." Dika menatap Dita sayang.
"Aku tidak akan berpikir demikian setelah apa yang kita lalui suamiku sayang. Tetapi aku tidak pernah se siang ini bangun dari tidur. Istri macam apa aku sampai menelantarkanmu. Kau pasti belum sarapan bahkan waktu untuk sarapan sudah berakhir sejak 3 jam yang lalu." Dita menatap Dika dengan menyesal.
"Sayang aku bisa menahan lapar selama kau berada disisiku. Jangan khawatirkan aku sayang." Dika menatap Dita dengan lembut.
"Aku minta maaf, aku berjanji ini terakhir kali aku bangun siang." Dita menatap Dika lagi.
"Tidak masalah sayang, lagipula kita kemari untuk bersenang-senang. Lupakan perihal itu dan manjakan suamimu ini. Karena sungguh aku tidak akan tahan melihat milikku itu memanggil-manggil diriku." Dika menatap Dita dengan begitu intens. Dita membalas tatapan Dika dengan heran memastikan apa yang sedang di tatap oleh suami tampannya. Dan.
"Aaaaa, yampun Dika, aku tidak menyangka ternyata kau sama saja dengan pria pada umunya. Aku tidak mau, kau pikir milikku tidak sakit apa.?" Dita langsung menarik selimut menutup tubuhnya. Sementara Dika mendesah lemas karena Dita menutup dadanya yang sejak tadi menjadi perhatian Dika.
"Sayang ayolah, memanjakan suami itu kan berpahala." Dika mendekati Dita dan merayunya.
"Pahala jika aku nya tidak merasa sakit. Tetapi kalau sakit seperti ini bukan pahala yang ku dapat tapi aku nanti bisa-bisa tidak bisa berjalan." Dita menatap Dika dengan pandangan ngeri.
"Kita bisa melakukan kesenangan mu itu jika aku merasa lebih baik. Untuk sekarang biarkan aku memulihkan diriku." Dita berjalan perlahan menuju kamar mandi.Sementara Dika memanyunkan bibirnya dengan sebal. Dia bahkan baru merasakan namanya di manjain istri, masa iya harus puasa lagi.
"Ada apa lagi sayang? Tidak lihat apa suaminya udah sebel begini." Bukannya menjawab Dita justru tersenyum dan berjalan ke arah Dika.
"Jangan manyun begitu jelek. Muachh" Dita mengecup bibir Dika singkat. Dika masih terpaku akibat replek dari Dita.
"Sayang,"
"Heh, baru juga mau ngucapin terimakasih eh udah masuk ke kamar mandi." Dika jadi menggerutu sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dangerous Wife
Romance"Jangan pernah berharap aku akan menyukai pernikahan ini apalagi menyukai dirimu. Karena itu hanya akan ada di dalam mimpi gadis menyedihkan layaknya dirimu." Kata itu tidak akan pernah kulupakan seumur hidupku. Jika dia berpikir bisa mengintimidasi...