ELEVEN

16.7K 766 27
                                    


Author (POV)

Pagi ini terasa berbeda bagi kedua insan yang masih terlelap di dalam tidurnya, Dita gadis yang lebih dulu membuka matanya merasa linglung dengan apa yang dia lihat. Seketika Dita bangun dari duduknya. Bagaimana bisa ada Dika di kamarnya dan di atas tempat tidurnya?

Seketika dia menarik selimut dan dengan paksa mendorong tubuh Dika, membuat laki-laki tampan itu seketika mengaduh.
"Auuu, ada apa sih sayang pagi-pagi main dorong," Dika mengusap pantatnya yang sempat mencium lantai.
"Sayang-sayang, apakah kau lupa ingatan sampai kau berada di dalam kamarku. Dan terutama di tempat tidurku?" Dita membulatkan matanya dengan kesal.
"Apa kau tidak mengingatnya?" Tanya nya. Dita menyipitkan matanya menatap Dika.
"Kau sudah mengiyakan atas kesempatan memulai semuanya dari awal. kau yang mengatakan memberiku kesempatan kedua sayang," Seketika mulut Dita terbuka lebar. Apa iya aku mengatakan itu batinnya.
"Bisa tinggalkan aku sendiri?" Tanya Dita dengan pelan. Seakan menyadari kesalahan yang begitu fatal dia tiba-tiba syok.
"Baiklah, kau jangan kemana-mana karena kau masih sakit," Dika meninggalkan Dita, tapi sebelum itu Dika mengecup ubun-ubun Dita dengan sayang.

Dita menangis kencang sesaat Dika menutup pintu kamarnya. Dia tidak percaya dengan apa yang di ucapkannya malam tadi. Dia menjambak rambutnya. Kesal dengan apa yang telah dia lakukan. Ini tidak benar batinnya seakan ingin menyangkal.

*

Dita tidak sama sekali memunculkan batang hidungnya Hingga siang ini, Dika terus saja meremas rambutnya frustasi. Bagaimana tidak dia berfikir semuanya telah dimulai, namun sifat Dita pagi ini membuat dia sedih, ini seperti mengalah sebelum berperang.

Dia bangkit dari duduknya, dia tidak bisa tinggal diam, Dita belum makan dari pagi dan dia juga belum sembuh betul dari sakitnya, Dika melangkah kearah dapur menyiapkan makanan untuk Dita, setelah selesai dia berjalan menuju kamar Dita.

Beberapa kali Dika mencoba mengetuk pintu kamar Dita, namun tak ada jawaban. Dika tidak kehabisan cara untuk Dita membuka pintunya.
"Aku mohon buka pintunya Dita, kau belum makan apapun sejak pagi. Dan kau masih butuh meminum obat, karena kau belum sembuh betul." Dika mencoba merayu Dita.
"Aku tidak membutuhkan obat dan juga kau," Balas Dita dengan lemah. Dika tahu gadisnya pasti lemah karena belum sarapan sejak pagi.
"Aku tidak perduli dengan kau butuh aku atau tidak Dita, sekarang buka pintunya dan makanlah," Ujar Dika lagi.
"AKu tidak akan membuka pintunya," Dengan keras kepalanya Dita tak mau mengalah.
"Baiklah jika kau meminta untuk aku mendobrak pintu ini," Balas Dika.

Dita yang berada di dalam seketika panik mendengar Dika ingin mendobrak pintu. Apakah benar lelaki itu akan melakukannya? batinnya bertanya.
"Aku hitung sampai 3, 1, 2, 3,"

Dita langsung membuka pintu sebelum pintu itu benar-benar rusak.
"Apa maumu, belum puaskah kau menyakitiku?" Tanya Dita tanpa menatap Dika.
"Apa mauku, kau bertanya apa mauku?" Dika memutar tubuh Dita dan menatap gadis itu tajam, Dia sudah benar-benar kesal dengan Dita.

Dengan tanpa perasaan Dika memagut bibir Dita kasar. Dita yang mendapat perlakuan seperti itu hanya bisa diam tanpa membalas kecupan Dika, perlahan kecupan kasar Dika berubah menjadi lembut dan entah setan darimana Dita membalasnya, tetapi seketika Dika menghentikan kecupannya.
"Buka mulutmu," Dika menatap Dita datar, gadis itu bingung. Apa sebenarnya yang diinginkan Dika darinya.

**
Letiza (POV)

Aku menatap Dika yang terus menyapiku, aku masih diam dengan terus mengunyah makan siangku yang di bawakan Dika. Aku tahu ini semua salahku, dan tidak seharusnya aku memperlakukan Dika seperti pagi tadi. Karena ini bukan salahnya. Dan tidak seharusnya aku menerima tawarannya kemarin lusa.

Akibat kecerobohan ku sekarang dia bersikap baik padaku. Lalu aku harus bersikap seperti apa? aku tidak tahu apa yang akan ku lakukan mengingat semua yang sudah terjadi membuatku bimbang dan takut.
"Minum dulu obatmu, karena kau belum sembuh betul. Hari ini tetaplah dirumah," Dika meninggalkanku tanpa mengucapkan kata apapun lagi. Apakah dia marah padaku.

Dangerous WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang