FIVE

25.1K 1K 20
                                    

Letiza (POV)

Betapa bahagia hidup layaknya burung yang bisa terbang kemanapun, bebas mengelilingi semua tempat tanpa adanya yang harus di takutkan. Aku tersenyum kecut mengingat kini aku sudah hampir 3 bulan menikah, tiba-tiba rasanya kepalaku berdenyut mengingat telphone Mami pagi ini.

Apa yang harus kukatakan pada Dika mengenai hal yang bahkan tidak akan mungkin terjadi antara kami. Aku mendadak ingin kabur mengingat hari ini aku mendapatkan libur, dan yang membuatku semakin ingin kabur adalah, Dia berada di rumah kami.

Kutatap televisi dengan tidak minat, bahkan aku mengabaikan Ellen yang sedang melucu di salah satu stasiun tv yang bertajuk The Ellen Show.

"Apakah yang menghubungimu Mami,?" Tanya nya membuyarkan lamunanku dari Televisi.

"Ya," jawabku singkat.

"Apa yang di katakan Mami?" Tanya nya lagi, aku mendengus dan menarik nafas kesal.

"Tidak ada yang penting, hanya menanyakan apakah aku sudah hamil apa belum. Tidak usah di pikirkan aku juga tidak berharap memiliki anak dari pernikahan aneh yang dijalani ini," Balasku sarkas.

"Apakah tidak bisa kau bicara lebih halus? Tidak bisakah kita memulai segalanya?" Aku menatapnya aneh saat mendengar ucapan yang terlontar dari mulutnya.

"Apakah kau baru saja mengalami kecelakaan?" Tanyaku dengan mata melotot.

"Ah lupakan ucapanku, aku tidak mungkin menyukai gadis seperti dirimu, dan satu lagi. Jika aku menginginkan anak aku pastinya mencari wanita yang berbibit, bobot serta bebet nya baik," Ujarnya. Selama ini aku masih bisa diam jika dia mengataiku sesuka hati tetapi untuk kali ini tidak.. cukup dia selalu menghinaku, bahkan dia sudah menginjak-injak harga diriku.

"Kau tidak perlu takut," ujarku.

"Jika kau berpikir aku akan menyukai pria sepertimu maka bermimpilah, saat mimpi itu masih bisa kau nikmati. Karena seujung kukupun aku tidak akan pernah menyukai pria sepertimu," Aku meninggalkannya sebelum sempat dia memakiku semakin jauh. Sungguh aku membencinya hingga ke urat nadiku.

**
Radika (POV)

Aku menatap punggugnya yang menghilang di balik pintu, aku tahu apa yang sudah ku lakukan adalah hal yang sangat buruk. Tetapi aku tidak punya cara lain untuk membuat hubungan ini lebih baik, aku merasa pusing tak kala Mama juga menanyakan bayi. Apakah mereka tidak tahu apa yang menimpa pernikahan kami.

Sempat terlintas di anganku untuk berdamai dengan diriku dan Dita, tetapi mulutku malah menghianati dengan cepat mengatakan hal yang kini kusadari telah membuat luka di hatinya. Apakah kami akan terjebak selamanya dengan pernikahan ini?

"Aku ingin kita segera bercerai," Aku menatapnya meringis.

"Apa maksudmu, saat seperti ini bisa-bisanya kau mengajukan hal itu?" Tanyaku tersulut emosi.

"Lalu aku harus mengajukan apa? Apakah aku harus mengajukan hal yang lebih buruk dari ini. Kita sudah terlalu lama saling menyakiti, bahkan kau tidak hanya melukai harga diriku. Kau juga kasar padaku" Ujarnya dengan wajah super datarnya. Apakah aku harus percaya jika dia memiliki hati?

"Tidak, aku memang menyakitimu, tetapi kita tidak akan bercerai," Aku bangkit dan segera meninggalkannya.

Mungkin tidak melihat wajahnya untuk beberapa hari aku bisa merasakan yang namanya tentram, aku akan kembali ke apartement untuk sementara waktu. Ku naiki mobilku dengan kecepatan tinggi, aku harus menghububgi Brian, ku kirim dia pesan dan aku tinggal menunggu dia tiba di apartemen ku.

Aku memasuki lobi apartemen, bahkan rasanya aku begitu merindukan tempat ini.

"Selamat siang tuan, sudah lama anda tidak datang," Ujar recepsionis yang rada-rada centil.

Dangerous WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang