Hello guyss so sorry if im late, and stay toone ya. Dont worry be happylah. Maaf sepertinya g bisa 3x satu minggu postnya, karena aku g cuma fokus dengan cerita ini saja. Tapi ku usahakan tiap minggu post deh insyaallah.
Letiza (POV)
Aku menatap lenganku yang sudah mulai membaik, lalu aku menatap pria di hadapanku bosan, bagaimana tidak ini sudah dua hari aku di rumah sakit. Padahal lenganku sudah membaik, tetapi dia tetap kekeh untuk aku di rawat inap, dan itu tidak tanggung-tanggung 2 hari sudah aku dikurung di dalam ruangan 3/4 ini,.
"Berhentilah merengut begitu, kau tahukan ini demi kebaikanmu sayang," Aku memutar bola mataku jengah.
"Radika sayang, aku ini tidak sedang sekarat dan kau lihat betul lenganku hanya terkena goresan peluru, bukan tertusuk pisau ataupun terkena tembakan yang dalam," Aku menatapnya memohon.
"Aku bisa pulang ya malam ini," Pintaku memohon padanya.
"Sayang,"
"Jangan bicara padaku lagi jika kau tidak mengizinkanku pulang." Ujarku menatapnya tajam.
"Aku melakukan ini demi kebaikanmu, sungguh" Aku tetap diam tanpa mau menatapnya. Itu terus alasannya dan aku tidak suka itu.
"Sayang,"
"Jika menahanku disini menurutmu adalah kebaikanku. Maka kau itu salah Dika, aku sudah sembuh dan aku ingin pulang," Aku mengerucutkan bibirku kesal. Dika mendekat dan. Aku membekap mulutnya dengan tanganku, enak saja main cium. Aku kan lagi kesal padanya.
"Jangan menciumku sampai kau mau membawaku pulang kerumah Mami," Ujarku kekeh dengan semua kemauanku. Enak saja dia terus merintah aku.
"Baiklah, kita pulang sekarang. Aku akan mengurus biaya administrasinya dulu," Ya, memang kantor hanya membiayai untuk pengobatannya saja, tidak untuk kamar inap yang tidak ada gunanya ini.
"Terimakasih," Ujarku dengan senyum merekah, bagaimana tidak aku sangat bosan disini.
"Ini karena kau merasa lebih baik, jika tidak. Aku tidak akan mengabulkan ini," Aku lagi-lagi memutar kedua bola mataku.Aku menatap Dika yang masih diam, ya setelah dia mengijinkan ku pulang. Aku meminta dibawa kerumah Mama, ya untuk sekarang aku tinggal di rumah Mama. Mama dan Papa menatap kami heran.
"Kalian kenapa, sejak tadi Mama lihat saling diam.?" Aku tersenyum menatap Mama.
"Dika tidak suka aku pulang kerumah Ma, padahal Mama juga tahu kalau aku sudah baik-baik saja," Aku menatap Dika dengan tatapan kesalku.
"Kau belum sembuh," Bantahnya.
"Aku sudah baik-baik saja, Mama lihat sendiri bukan?" Tanyaku, Mama tersenyum menatap kami berdua.
"Hmm, sepertinya ada yang mulai perhatian ya Pa," Mama senyum-senyum sendiri.
"Apaan sih Ma, Dita ayo istirahat," Ujar Dika lagi.
"Hmm tidak hanya perhatian Pa, posesif juga," Mama semakin tersenyum bahkan sekarang suara tawanya mulai terdengar.
"Ma," Mohonku agar Dika tidak memaksaku tidur.
"Mama tidak bisa berbuat apapun sayang," Aku hanya mengerucutkan bibirku kesal. Belum cukupkan 2 hari ini pekerjaanku hanya makan tidur.
"Aku tidak mengantuk Dika, please," Ujarku menatapnya memohon.
"Aku tidak bisa terlalu lama meninggalkan pekerjaanku, jadi untuk hari ini biarkan aku membuat mu beristirahat, karena setelah kau pulih betul. Maka kau tidak akan mau aku larang sayang," Ujarnya.
"Sayang sebaiknya kita tinggalkan pasangan muda ini," Mama lagi-lagi meledekku dengan Dika. Aku hanya bisa menarik nafas panjang.
"Ayo, kau juga harus istirahat," Aku berdiri dan menghentakkan kakiku kesal. Aku sudah seperti orang yang terkena penyakit serius yang membutuhkan banyak istirahat.
"Ayolah, jangan merajuk," Aku berjalan menuju kamar dengan perasaan kesal.**
Radika (POV)
Aku menatap Dita yang masih merajuk di atas tempat tidur, dia tidak menatap ku sama sekali. Aku duduk disampingnya dan meraih jemarinya. Ku tatap wajahnya yang masih di tekuk, aku tersenyum sebentar dan.
"Aku tidak akan sanggup jika aku benar-benar kehilanganmu, aku tahu aku terlambat menyadari ini tetapi sungguh. Aku telah jatuh cinta padamu, mengertilah, aku hanya ingin memulai semuanya dari awal dan mencoba untuk melupakan semuanya yang sudah lalu," Aku mengecup punggung tangannya.
"Aku tahu sulit untuk memaafkan perbuatanku, tetapi aku tidak akan berhenti meminta maaf. Dan aku akan berusaha untuk mendapatkan cintamu dan maafmu, aku tidak meminta kau memaafkanku sekarang atau kau jatuh cinta secepatnya padaku. Karena aku tahu diri," Aku menatapnya, perlahan dia menatapku. Aku bersukur karena sampai detik ini dia masih bertahan di sampingku, meski saat ini kami masih belum bersama karena hukuman dari Papi belum selesai.
"Aku hanya ingin kau merasa nyaman bersamaku, tanpa kau merasa risih atau kau tidak suka," Ujarku lagi, Aku menatapnya sendu.
"Aku mengantuk," Balasnya, Aku menarik nafas pelan.
"Tidurlah," Ujarku pada akhirnya. Dan kutarik selimut menutupi tubuhnya sampai pinggang.
"Maafkan aku," Ujarnya dengan rasa bersalah. Aku tersenyum kepadanya, aku tidak akan memaksanya, karena dia berhak untuk melakukan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dangerous Wife
Romance"Jangan pernah berharap aku akan menyukai pernikahan ini apalagi menyukai dirimu. Karena itu hanya akan ada di dalam mimpi gadis menyedihkan layaknya dirimu." Kata itu tidak akan pernah kulupakan seumur hidupku. Jika dia berpikir bisa mengintimidasi...