BAB 02

2.8K 261 10
                                    

JUNI bulan hujan yang hampa tanpa warna. Berharap mentari menyambut pagi, dan renjana yang membiru di angkasa. Anak remaja dengan sepatu kets lusuh dan tudung Hoodie mint yang kian basah mendongak menatap langit kelabu yang meneteskan air hujan.

Kadang, ia bertanya-tanya dari mana asal hujan?

Apa dia menangis karena patah hati, atau langit lelah harus menjaga jarak dengan bumi nya?

Jaemin bersenandung pelan sampai bunyi klakson motor membuyarkan lamunan nya. Ia berdesis pelan melihat Jeno yang baru saja melepas helm nya. Ia tersenyum, menyapa tatkala kedua matanya ikut membentuk salah satu benda asing di atas sana. Bulan sabit.

"Aku kaget" omel Jaemin.

Lelaki tinggi itu terkekeh. Menepuk jok belakang motornya, menyuruh si manis untuk segera naik ke boncengan. "Maaf ya" ujarnya sambil terkekeh.

Yang lebih manis memberengut kesal walau begitu tetap mendudukkan bokongnya pada boncengan motor Jeno. "Iya" timpal Jaemin cepat.

"Tangan nya mana hm?"

Pipi nya merona malu, mengulurkan tangan nya ke arah Jeno. Lelaki tinggi itu tersenyum sembari membenarkan posisi tangan Jaemin agar memeluk perutnya. "Kalo jatoh nanti sayang"

"Kenapa emang?"

"Kamu nangis, aku nggak punya empeng" tertawa renyah setelahnya. Jaemin mencebik walaupun seluruh wajahnya merah padam.

"Aku bukan bayi" lelaki cantik yang kelewat manis itu mendumel di belakang. Sebelum deru motor membawa mereka menjauh dari sana.

Jeno tinggal di komplek A, lumayan jauh dari tempat tinggal Jaemin yang berada di komplek G.

Mereka baru menjalin hubungan selama tiga bulan. Yah, mungkin ini baru. Hubungan baru yang mereka jalin.

Saat pertama kali Jaemin mengenal Jeno, ia tidak lain dan tidak bukan adalah anak motor yang sering terlibat dalam aksi tawuran dan juga balapan liar. Merokok di jam istirahat, dan bolos saat jam pelajaran berlangsung.

Jaemin yang pada saat itu tengah memiliki tugas mengambil barang di gudang, menemukan Jeno yang tengah merokok.

Singkat saja.

Kursi dan meja bekas pakai yang sudah tak layak itu berjajar berantakan di sekitar gudang. Jaemin siswa kelas 12 jurusan IPS 1 itu terdiam mengamati ruangan yang lembab dengan bau jamur menyeruak menyambut Indra penciumannya.

Mendapat tugas untuk mengambil bola basket cadangan di dalam gudang oleh pak Cahyo guru olahraga mereka. Jaemin tersentak kecil saat menemukan satu siswa yang tengah merokok di pojok ruangan. Jaemin awalnya abai, sebelum pemuda itu menyadari kehadiran manusia lain di ruangan lembab tersebut.

Jeno beranjak, merasa terusik dengan kehadiran bocah culun seperti Jaemin. Hmm, tidak se 'culun' yang kalian pikirkan kok.

"Tunggu dulu" Jeno menyeru, lantas menghampiri Jaemin yang membeku di tempatnya.

"Lo jangan kasih tau guru atau pengawas kalo gw suka ngerokok di gudang" tukas Jeno tak bersahabat, dua obsidiannya menukik tajam seperti mata elang. "Jangan laporin ke BK kalo gw ngebolos di jam pelajaran" sambungnya.

Jaemin terdiam, menganggukkan kepalanya pelan. Toh, dia juga tidak peduli dengan hal itu. Kedatangannya kesini hanya untuk mencari bola basket, yang kebetulan sekarang sudah berada di tangan nya.

"Gw gak percaya sama Lo"

"Hah?" Dahi anak laki-laki yang lebih pendek dari nya mengkerut samar.

[ ✔ ] Bumi Selatan ; nominTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang