BAB 05

1.9K 218 10
                                    

"JADI ini bang yang namanya Jaemin, yang kemarin nelpon gw minta cariin kerjaan" pungkas Haechan dengan wajah berseri. Mereka bertiga tengah duduk di salah satu meja yang tersedia disana.

Jaemin mengulas senyum menyapa sepupu Haechan yang akan menjadi bos nya mulai besok.

"Oh iya iya gw inget. Jaemin yakin mau kerja disini? Gaji nya nggak terlalu besar"

"Nggak apa bang, saya bakalan seneng bisa keterima kerja disini, urusan gaji itu mah belakang. Yang penting saya di gaji hehe" seru Jaemin. Dia sudah tidak asing lagi dengan Bang Hendery, mereka pernah bertemu waktu itu. Saat Haechan di antar ke sekolah, lalu saat Haechan yang hampir terlambat ketinggalan bus piknik. Hendery juga yang mengantarnya.

"Mantep. Yaudah Lo di terima, mulai besok kerja ya. Masuk sip siang dari jam dua sampai jam tujuh malem, gapapa nih?" Hendery kembali berseru.

Jaemin mengangguk antusias. "Setuju bang, makasih banyak ya!"

"Iya"

Hendery kembali ke tempat kerja nya, suasana cafe miliknya memang selalu ramai di kunjungi banyak anak-anak muda, ada juga orang dewasa yang menjadikan tempat ini sebagai penghilang penat.

Cafe bang Hendery juga menyediakan fasilitas pinjam buku. Jadi sambil ngopi atau ngeteh, bisa sambil baca buku sama dengerin musik yang di putar di cafe. Yah musik jadul taun 90an. Katanya bang Hendery pecinta lagu klasik.

Jaemin meminum kopi miliknya, sedangkan Haechan lebih memilih untuk minum jus alpukat. Dia tidak terlalu suka kopi. Pahit.

"Kurang-kurangin tuh minum kopi, nanti asam lambung Lo kumat lagi" celetuk Haechan yang membuat Jaemin nyengir kuda. "Kebiasaan, heran" lirih pemuda Tan itu.

"Omong-omong Na, gw penasaran deh sama si Yeji. Kok bisa ya Jeno terus-terusan jalan bareng dia?"

Lelaki cantik pemilik Surai coklat itu menyesal asap kopi di cangkirnya. Mengangkat bahunya pelan. "kata Jeno, cuman kebetulan ketemu pas di jalan"

"Masa kebetulan bisa setiap hari?? Lo aja yang pacarnya jarang banget itu pulang di anterin Jeno, atau berangkat bareng sama Jeno? Lo nggak curiga?" Haechan sedikit menyentak kalimat terakhirnya. Yang semakin membuat pemuda di depannya diam tak bersuara.

"Au deh"

"Yeuhh ni kutil"

Ponsel yang sejak tadi ia anggurkan kini bergetar halus, memberi pertanda bahwa ada satu pesan masuk pada jejaring media sosialnya dengan logo telpon latar hijau itu.

Nomor tak di kenal.

+6281xxx
Permisi, tolong sv ini nomor aku
Renjun.
16.20

Jeno mengernyit keheranan. Dari mana lelaki mungil ini mendapatkan nomornya? Apa dari Jaemin atau Haechan? Karena notabe nya mereka satu kelas.

Udah, sv balik Jeno
16.25

Kini kedua alis tebal yang menaungi matanya bertemu samar. Melihat respon dari pihak sebrang yang cukup kentara jelas bahwa dia membaca pesan nya dengan cepat.

Terimakasih ya.
16.25
read.

Jeno menutup ponselnya, kembali menyandarkan kepalanya pada headboard ranjang kingsize nya.

Hari yang dulu hanya di isi dengan kegiatan tak bermakna, kini menjadi sebuah ruang kosong yang ia tidak tau harus memulai kegiatan barunya darimana. Daftar kontak yang hanya di isi dengan nama-nama orang yang meminta save kontak, tertera jelas ada satu nama dengan emotikon menyebalkan yang ia taruh di ujung nama kesayangannya.

[ ✔ ] Bumi Selatan ; nominTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang