BAB 13

1.4K 181 17
                                    

PEMUKIMAN warga, pepohonan, trotoar Braga, pun gedung industri yang menjulang di setiap sudut kota Bandung. Semua berlalu begitu cepat ketika sepeda ontel yang ia kayuh membawa lelaki cantik itu pergi menuju sebuah toko buku yang ada di daerah Palasari. Seakan tak rela waktu istirahat menyita segala kesehariannya.

Dua hari mungkin cukup untuknya beristirahat, dan sekarang dia hendak membeli beberapa buku incarannya. Ia berhenti mengayuh sepedanya, berjalan memasuki salah satu toko yang ada di sana. Oh, Palasari seperti pemakaman buku, ada banyak buku kuno juga terbitan buku terbaru.

Jaemin mengamati salah satu toko yang ada disana, mengambil dua buku yang ia cari. Beruntungnya, ia mendapatkan buku keinginan nya.

Dua hari yang lalu, semuanya terasa janggal, juga tak masuk akal. Toh Jaemin tidak merasa mual atau ingin pergi buang air besar setelah makan cilok di alun-alun. Tapi setelah meminum teh buatan Renjun, perutnya mendadak sakit.

Ia menggeleng, membayar buku incarannya. Kembali mengayuh sepeda tua milik bapak. Ahh, Jaemin sebenarnya bisa mengendarai motor, seperti remaja pada umumnya. Tidak juga ada yang melarang, hanya saja tidak punya. Haha.

Punya satu, cuma di bawa sama bapak.

Dua jam sudah ia pergi dari rumah. Dan di depan rumah sudah ada kekasihnya sedang menatap ke arahnya sembari menggeleng keheranan. Jaemin melambai.

Turun dari sepeda. "Eh udah lama?"

"Baru aja, kamu abis darimana?" Tanya Jeno. "Udah enakan?"

"Abis beli buku"

"CK, harusnya tungguin aku dulu. Biar aku yang nganter kamu" lelaki tinggi itu mengomel. Mengusak rambut Jaemin lembut.

"Udah tanggung juga kali" Jaemin terkekeh. Mengajak Jeno untuk masuk ke rumah.

Satu yang membuat Jaemin terkejut. Langkah nya berhenti saat mereka tengah berada di ambang pintu. Menghadap ke arah Jeno yang juga ikut berhenti di depannya. Lelaki itu mengerjap bingung. "Ada apa?"

"Kamu ganti parfum ya?" Jaemin mendengus aroma sekitarnya. "Tumben"

Jeno terkekeh geli. "Iya, pengen aja"

"Oh"

"Mau makan di luar enggak?" Tanya Jeno.

Jaemin menyimpan buku nya di atas nakas, kemudian duduk di samping Jeno. Mungkin tiga bulan bukan waktu yang lama, tapi baru kali ini Jeno mengganti parfum nya. Yang biasanya tercium aroma maskulin yang menenangkan, sekarang malah aroma nya sedikit kuat.

Di pandanginya sorot mata onyx yang berada di hadapannya. Jaemin terdiam beberapa detik sebelum kembali berujar. "Aku nggak suka bau nya" pungkas Jaemin jujur. Dia suka bau yang dulu.

Kening Jeno mengerut samar. "Loh padahal kata Renjun bau nya enak Na" seru Jeno, mencium area pergelangan tangan nya.

Jantung Jaemin berdegup lebih lamban, seolah jagat raya di sekitarnya berhenti bergerak. Ia menatap bingung, berupaya mencerna omongan Jeno barusan. Tiga hari Jaemin tidak masuk sekolah, tiga hari pula ada yang berubah dari sosok laki-laki di depannya.

Netra coklatnya bergulir ke arah lain. "Keluaran terbaru" tambah Jeno sambil menunjukan cengiran khas nya.

"Iya"

Ujian akhir memang sudah terlaksana, namun sekolah masih berjalan normal seperti biasa. Tinggal menunggu sekitar satu bulanan lagi sebelum ujian praktek di adakan, lalu kelulusan dan pembagian ijazah.

Jaemin menutup kepalanya seperti biasa, dengan Hoodie mint kesayangan nya. Surai coklat yang sedikit panjang hampir menyentuh telinganya. Ia berjalan sendirian di koridor seraya menghembuskan napas panjang.

[ ✔ ] Bumi Selatan ; nominTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang