BAB 03

2.1K 256 6
                                    

ALUNAN musik yang di suguhkan pengamen pinggir jalan Braga adalah suatu hal yang patut di nikmati. Trotoar yang di penuhi dengan pedagang yang memamerkan hasil karya lukis mereka pun juga tak kalah indah untuk sekedar di pandang. Walaupun gerimis masih ikut serta di hari Rabu ini.

Lelaki cantik dengan Hoodie mint kebesaran di tubuhnya itu berjalan pada salah satu pedagang asongan pinggir jalan. Membeli secangkir kopi yang pedagang itu tuang pada cup plastik. Guna menghangatkan tubuhnya yang hampir menggigil karena mati rasa. Oh, Jaemin tidak bisa kedinginan. Dia alergi. Terbukti dari balik tudung Hoodie yang menutupi nya, ruam merah di sekitar leher Jaemin nampak jelas. Gatal.

"Terimakasih mang" pungkas Jaemin seraya menyerahkan uang dengan nominal lima ribu rupiah itu.

Melanjutkan perjalanan dengan tenang sambil sekali menyesap aroma manis dari kopi susu di tangan nya. Jeno tidak bisa mengantarnya pulang, Jaemin pun tidak bisa memaksa Jeno untuk mengantar jemput nya setiap hari. Toh, tadi pagi saja Jeno hanya kebetulan lewat. Mungkin iba karena harus melihat kekasihnya hujan-hujanan agar sampai di halte depan komplek yang lumayan agak jauh.

Tentang hobi dan hal yang dirinya sukai. Memang nya boleh tubuh rapuh dan lemah nya menyukai sesuatu kegiatan yang di luar batas kemampuan? Yah, Jaemin ingin menjadi seorang pendaki. Namun dia musuh terbesar suhu dingin pegunungan. Lucu sekali. Dalam hidupnya, kalau bukan nonton anime ya pasti dengerin lagu dari karya Fiersa Besari, atau Feby Putri. Ada beberapa yang tau perihal hobi Na Jaemin, tidak lain dan tidak bukan adalah terjun menjadi seorang author pada dunia Oren, juga menyempatkan diri menggoreskan pensil abu-abu pada kertas sektchbook ukuran A5. Luar biasa gabut dan membosankan.

Mungkin remaja lain memiliki hobi yang bagus, seperti menyanyi ; ahh suara Jaemin tidak memadai. Terjun dalam dunia modeling ; Jaemin benci kamera. Atau menjadi selebgram seperti Haechan ; benci kamera di tambah tidak suka menjadi pusat perhatian.

Jadi, menulis dan menggambar dua hal yang menjadi hobi Na Jaemin hingga saat ini.

Celana abu yang ia pakai bawahnya sudah basah. Tidak sengaja menginjak kubangan air jalanan. Ia mendesah ringan. Bandung dan hujan adalah dua hal yang memang patut untuk di nikmati. Namun hal yang seperti ini yang membuat Jaemin jijik, terpelosok dalam sebuah kubangan air yang keruh. Huh, menyebalkan.

"Jeno pulang!!" Teriak anak sulung mereka yang baru saja melepas helm dan sepatu di ruang tamu. Menggantinya dengan sandal rumahan.

"Abang!!" Pekik di bungsu yang usia nya masih sekitar 13 tahun, sedang Jeno baru saja berulang tahun ke 18 belas dua bulan yang lalu. "Bantuin Ade ngerjain pr sekolah"

"Lah nggak mau, tanyain bunda aja Sono"

"Bunda lagi pergi ke toko kue, Ayah masih kerja. Ayo dong bang, nanti Jisung buatin kopi kayak kemarin" mohon Jisung, walaupun berbeda lima tahun tinggi mereka hampir sama.

Jeno mendesah malas. "Kopi dulu baru tugas nya"

Senyum lebar nampak jelas pada wajah adik bungsu nya. Menyebalkan, tapi melihat sang adik menganggukkan kepala dengan dongkol membuat Jeno terkekeh dan menggeleng heran melihat kelakuan adik nya.

Ia berjalan menuju kamarnya, untuk membersihkan diri sembari bersiap akan pergi eskul basket, dan malam nya mengikuti eskul silat sebagai pelatih. Yah, karena Jeno sudah di tingkat yang lumayan tinggi pelatih nya sendiri yang menunjuk Jeno untuk mengajari adik kelasnya. Sekaligus belajar.

Hanya membutuhkan waktu sekitar lima belas menit, akhirnya Jeno siap, menenteng tas punggung warna denim nya ke bawah dan meletakkan nya di sofa ruang tamu. Jisung baru menghampirinya dengan kopi panas yang ia bawa. Asap mengepul dari cangkir kopi yang Jisung bawa.

[ ✔ ] Bumi Selatan ; nominTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang