BAB 20

1.5K 179 8
                                    

Siders apa kabar?

-

Kenapa lautan dan langit bisa memiliki warna yang sama? Apa sejatinya bumi dan langit memang di takdirkan untuk tidak bersama?

Manusia itu rumit. Satu hal yang terbesit dari benak Na Jaemin saat malam itu. Memandangi gemintang yang kerlap Kerlip memamerkan warna cantik nya. Serta rembulan yang menghiasi gelapnya malam.

"Jen, sudah sebulan nih. Kamu nggak kangen aku?" Seru lelaki itu sambil merapikan sketchbook di atas meja belajarnya. "Saat wisuda Minggu kemarin kamu berhalangan hadir, ya?"

"Kamu kemana sih? Aku nungguin loh" ia kembali bergumam. Seolah di depan nya memang ada Jeno yang menemani dirinya saat ini. "Kamu udah punya pacar kah di Jakarta?"

Sebelum ia menutup gorden, suara dering ponsel menghentikan kegiatannya. Jaemin meraih ponselnya, menerima panggilan tanpa melihat siapa yang kini menelpon nya.

Nomor asing.

"Halo?" Jaemin menyapa lebih dulu.

"Nana! Astaga, akhirnya aku dapet nomor kamu Na. Aku kehilangan ponselku saat di bandara"

"Eh?" Menjauhkan ponsel dari telinga nya. Jaemin tercekat, membelalak sempurna melihat nomor tak di kenal. "Jeno???"

"Iya ini nomor baruku. Ponsel aku sama bunda ilang. Makanya aku nggak bisa hubungin kamu. Aku berusaha nginget nomor kamu, eh taunya salah terus. Sampai aku iseng nyoba lagi. Taunya berhasil. Ini nomormu kan?" Suara Jeno menyapa di sebrang sana.

Jaemin mengangguk cepat seolah Jeno bisa melihat gerakan kepalanya. "Iya. Kemana aja?! Aku kangen!! Jeno jahat!!"

"Haha maaf sayang. Besok aku pulang ke Bandung, sekarang lagi dalam perjalanan, kamu bisa hukum aku semaumu"

"Hmm"

Paginya. Di bangunkan oleh suara alarm dari jam beker yang berada di atas nakas. Jaemin bangkit dari tidurnya, bergegas agar bersiap lebih awal. Dia ingin menemui Jeno. Di taman.

Omong-omong Jaemin lulus dengan nilai yang memuaskan, bahkan masuk kedalam lima besar. Sedangkan Jeno, dia dengar lelaki itu masih menduduki tempat puncaknya. Yah, peringkat satu sekaligus juara umum. Sayangnya, saat acara berlangsung Jeno berhalangan hadir. Sehingga di gantikan oleh Mark, juga juara pertama di kelas IPA 1. 

Memang dua sepupu yang pintar.

Memoles wajahnya dengan skincare rutin, Jaemin berlari keluar kamar indekosnya. Menyapa beberapa teman baru sekaligus Guanlin yang memang tengah berada disana.

"Mau kemana Na?" Tanya Guanlin.

"Ketemu Jeno!" Sahut Jaemin antusias. Guanlin berdiri dari duduknya, menyerahkan gitar miliknya kepada teman nongkrongnya yang lain. "Pegang dulu"

"Iye"

Guanlin menghampiri Jaemin, memegang pundak yang lebih pendek darinya. "Serius? Lo gak bohong kan?"

"Nggak lah!"

"Gw ikut"

"Linn, gw mau kangen kangenan sama Jeno. Yakali Lo ikut" Jaemin merengek kecil sembari mempoutkan bibirnya. Guanlin mendecih sebal, ekspresi Jaemin yang seperti ini selalu berhasil meluluhkan hatinya.

"Yaudah Sono. Hati-hati di jalan"

"Makasih Linn. Gw sayang Lo mwah"

"Jijik Na"

"Haha"

Jaemin pergi dari hadapannya, setelah sekian lama akhirnya dia kembali memamerkan senyuman cantik nya. Guanlin bersyukur karena Jaemin kembali ceria seperti dulu. Tapi, dia masih kesal dengan teman nya itu.

[ ✔ ] Bumi Selatan ; nominTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang