JAM lima pagi tatkala cahaya mentari mengintip dari balik tepian gorden jendela kamar. Bunyi alarm dari jam beker yang berada di nakas mengusik tidur nyenyak nya. Minggu pagi, Jaemin terpaksa terbangun karena lupa mematikan alarm. Juga telepon dari teman baru nya.
"Iya halo?" Matanya masih terjatuh rapat. Menguap kecil karena kantuk masih menguasai setengah jiwa nya.
"Kamu tahu kalo malam Minggu kemarin Jeno ikut balapan?" Renjun. Hal yang pertama Jaemin dengar membuat kesadarannya kembali penuh. Mengubah posisi tidurnya menjadi duduk.
"Eh, maaf. Kamu bilang apa tadi?" Ia memastikan, takut salah tanggap.
Di ujung sana terdengar helaan napas panjang. "Tetanggaku, Jake anak dari sekolah Galaxi bilang kalau dia balapan bareng Jeno anak dari sekolah Bumantara" pungkas Renjun.
Jaemin menggeleng pelan. "Aku nggak tau. Jeno nggak bilang apapun ke aku Njun . ."
"Na aku pikir kamu tau karena kamu pacarnya. Kok bisa kecolongan gitu sih?? Kamu tau kan balapan liar itu bahaya??"
Matanya terpejam, berusaha menetralkan deru napasnya yang memburu. "Aku tutup dulu, mau telpon Jeno"
Dan kali ini, nama kontak dengan tulisan 'kapten' itu menjadi sasaran utama nya. Jeno tidak aktif, mungkin pria itu masih tidur.
Jeno?
Kamu ikut balapan malam tadi?
05.15Kenapa enggak bilang, kamu gapapa?
05.17Hembusan napas kasar terdengar. Jaemin membuka gorden nya, membiarkan bias mentari masuk kedalam kamarnya.
Pagi hari di taman alun-alun kota Bandung. Dicengkramnya lembut benda pipih yang sempat ia perhatikan sejak tadi. Pandangan nya kosong, sebelum deru motor yang familiar di telinganya membuyarkan sedikit lamunan nya. Jaemin berdiri, dia tidak marah kepada Jeno yang ikut balapan. Hanya saja, perasaan kecewa dan takut terbesit dalam ingatannya.
"Maaf" kata pertama yang lelaki tinggi itu ucapkan.
Jaemin tersenyum simpul, menggeleng pelan. Memilih menunduk sambil memainkan jemari ranting nya. "Kamu ikut balapan? Kenapa nggak bilang?"
"Aku—"
"Kamu takut aku marah?" Potong Jaemin cepat. Masih menunduk.
Jeno sedikit tersentak. Membiarkan keterdiaman menguasai dirinya.
"Maaf" sekali lagi ia hanya bisa menyerukan kata maaf. Menatap lekat kekasihnya yang menampilkan senyum samar.
"Aku tau dari Renjun" pungkas Jaemin. Kembali mendudukkan dirinya di kursi taman. "Padahal aku yakin, aku orang pertama yang tau segalanya tentang kamu Jen"
Jaemin menikmati sapuan angin yang menyapanya. Tersenyum simpul ke melihat anak-anak yang tengah asik berfoto dengan maskot pinggir jalan alun-alun kota Bandung.
"Padahal aku cuma juara kedua, yang nggak tau apa-apa tentang kamu"
"Hey, nggak gitu" Jeno menyela. Duduk di samping Jaemin. "Nggak gitu Na, kamu yang pertama"
"Bukan, bukan aku"
"Denger aku Jaemin" Jeno menginterupsi. "Oke aku emang nggak bilang, aku takut kamu marah. Aku takut kamu ninggalin aku setelah tau aku masih ikut balapan. Tapi yank, kamu juara kedua itu nggak bener" sambung Jeno.
KAMU SEDANG MEMBACA
[ ✔ ] Bumi Selatan ; nomin
Teen FictionSeperti apa rasanya jatuh cinta? Apakah bahagia seperti rupanya, Atau kah sepi seperti yang di rasakannya? cover; pinterest 220622 || 1 in #angst