BAB 17

1.5K 170 1
                                    

SATU hari kami menghabiskan malam di sana, menginap di vila yang sama. Yang ku pandangi mentari yang malu-malu mengintip dari balik jendela, lalu beralih menatap orang yang masih terlelap di sampingku.

Memang, kami berbagi ranjang. Namun tidak sampai melakukan hal yang iya iya kok. Kami tidur hanya sebatas berpelukan, lalu berlabuh pada mimpi masing-masing.

Jeno itu tampan sekali. Dapat ku lihat bagaimana batang hidung mancung nya yang terlihat nyata, bibir tipis yang sedikit tebal itu, lalu tahi lalat yang tersampir di bawah matanya. Dua alis tegas yang menaungi kelopak mata indah yang bisa lenyap berubah menjadi bulan sabit.

Jeno. Aku suka kamu.

Ia bergerak sedikit dari posisi tidurnya, melenguh. Lalu terbangun karena terusik oleh sorot cahaya mentari yang sudah tak malu lagi menyambut pagi kami.

Jeno mengecup kening ku lembut. Yang konyol nya berhasil membuat ujung telinga ku memanas, juga pipi ku yang merona karena tindakannya.

"Selamat pagi cantik"

Aku tersenyum. "Pagi kembali ganteng" jawab ku di sertai kekehan sebagai akhir kalimat. Jeno tertawa akan hal itu, mendekap tubuh ku erat. Dan kembali membubuhi setiap inci wajahku dengan kecupan.

"Cantik banget. Mimpi apa coba semalam sampe paginya di sambut sama putri kayak gini"

"Aku cowok!"

"Prince double s kan?

"Ihh Jeno!!" Aku mencubit perutnya. Dia tertawa. Sungguh tawa yang indah, mengalahkan suara bising serangga di luar sana.

Bulan Juni sudah berlalu, di gantikan dengan si kembaran bulan Juli. Aku harap, Juli dapat membawa keberuntungan. Aku harap, Juli lebih indah dari bulan kemarin.

Dan aku harap, bisa selama nya melihat bulan sabit yang tanpa malu-malu bergantung menghiasi dinding langit di atas sana.

"Aku cinta kamu, Jeno"

Pungkas ku, secara tiba-tiba.

Jeno tersenyum lebar, kedua matanya membentuk sebuah lengkungan kecil seperti yang ku katakan barusan. Bulan sabit yang indah.

Dia menarik tubuhku untuk berada di atasnya. Posisi yang terbilang intim. Aku mengernyit bingung ketika Jeno tiba-tiba saja mengusap pinggang ku. "Kamu cantik banget sih"

Dan aku tertawa lepas akan celotehan yang keluar dari bibir Jeno.

Siang nya, Jeno mengantar ku pulang sampai ke halaman depan. Dia tidak singgah, katanya capek mau cepet-cepet istirahat. Aku mengiyakan, melambai ke arah kekasihku yang perlahan menghilang dari pandangan.

Senyum masih aku pamerkan, ingin ku ceritakan kisah klasik kepada ibu. Sebelum suara Isak tangis menyambut ku pertama kali.

Ayah, ibu, juga kehadiran bang Jaehyun yang sedang berlutut di depan bapak. Ahh apa ini?

Abang pulang setelah sekian lama merantau, kumis tipis terlihat tumbuh di sekitar kulit putih nya. Mata Abang terlihat memerah, ia masih menundukkan kepalanya.

Aku menghampiri ibu yang menangis. Terkejut ketika tiba-tiba saja bapak menampar keras pipi Abang Jaehyun.

"Anak tidak tau malu. Sudah ingat kalau kamu punya rumah untuk pulang hah?!" Bapak berteriak. Membuat tangis ibu semakin pecah.

Aku ikut menangis karena ketakutan.

Satu kesalahan lagi yang Abang perbuat. Menghamili anak orang. Dan dengan tidak etis nya, kedua orang tua dari gadis yang Abang hamili itu melabrak bapak di tempat kerja nya. Yang Abang lakukan sama saja seperti menginjak harga diri bapak.

[ ✔ ] Bumi Selatan ; nominTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang