BAB 16

1.5K 176 9
                                    

SENDIRIAN, aku melangkah di tengah-tengah kerumunan banyak orang. Tiba-tiba saja, suara gemuruh derap langkah kaki membuat aku tertarik untuk menghampiri setiap kerumunan yang berada di tengah lapang.

Haechan juga menarik tangan kanan ku. Dia yang memang ingin tau segala hal, pasti akan sangat tertarik juga antusias melihat keributan di depannya. Beberapa orang disana memekik pelan, ada yang bercetus demikian.

"Tonjok aja napa sih!! Gw mau liat siapa yang KO!!"

Di depan sana, terlihat bagaimana Renjun berdiri di posisi tengah-tengah antara Jeno dan juga Guanlin yang tengah bertengkar.

Terkejut adalah satu hal mungkin aku rasakan saat ini. Hey, bagaimana tidak? Mereka ini teman dekat. Bahkan hubungan persahabatan yang mereka jalin melebihi teman yang lainnya.

Dapat ku lihat bagaimana Renjun menangis ketika Jeno tersungkur ke lapangan. Guanlin mengepalkan tangan nya, dua obsidian yang selalu berpendar tanpa emosi itu menunjukan sifat aslinya. Menukik tajam, bagai orang kesurupan.

"Bangsat!" Sarkas Guanlin. Kembali menghajar Jeno habis-habisan.

Aku takut Jeno kenapa-kenapa, tidak punya keberanian juga untuk melawan Guanlin. Hanya saja, satu dorongan kemanusiaan membawaku untuk menendang selangkangan pria tinggi itu. "Brengsek!! Lo berdua itu temenan! Ngapain malah berantem?!"

Satu tendangan telak membuat Guanlin sedikitnya meringis kesakitan. Memegangi bagian selangkangannya. Oh, sekedar informasi Jaemin pernah mengikuti beladiri taekwondo saat SMP. Mungkin kepalan tangan nya lemah, tapi tendangan maut dapat ia luncurkan begitu saja.

Terlihat lebam kebiruan di sudut bibir Jeno, juga luka memar di mata kiri Guanlin. "Gw nggak ngerti apa yang ada di pikiran Lo berdua" lanjut Jaemin.

"Cowok Lo! Hampir perkosa Renjun!" Sungut Guanlin. Rahangnya menegas. Sedangkan Renjun memanfaatkan tangisannya. Haechan menghampiri anak itu, lalu memeluknya. Respon dari seorang teman yang memang tidak tahu apa-apa.

Jaemin berdecak kagum. "Lin, Lo yang nyuruh gw percaya sama ini orang" Jaemin menunjuk Jeno. "Lo sendiri tau Jeno nggak bakalan macem-macem sama orang lain selain gw sendiri yang jadi korban. Lo udah kemakan fakta bohong" ucapnya.

Guanlin menghela napas kasar. Menatap Jeno dengan tajam. Lalu menoleh ke arah Jaemin yang dengan tenang nya berdiri di antara mereka. Ia menarik lengan Guanlin, juga lengan Jeno. "Aduhh bocah-bocah gw, jangan berantem gegara pihak ketiga deh" katanya. Yang secara langsung tengah menyindir Renjun.

Jeno meringis, Guanlin pun. Ya, bagaimana tidak? Jaemin dengan tenang menginjak kaki mereka. Satu di daratkan pada kaki Jeno, satu lagi ia daratkan di kaki Guanlin. Jaemin terkekeh sinis.

"Heran gw jadinya" seru Jaemin.

"Na sakit" pungkas Jeno pelan.

Guanlin merasakan kebas di kaki nya. "Aduhh Na, ini gw bisa lumpuh gegara Lo injek"

"ya makanya gosah berantem lagi bego!!!"

"Iya elah kagak. Orang becandaan doang" jawab Guanlin.

Jaemin mengangkat kedua kakinya, dan mundur satu langkah dari hadapan mereka. Ketika Jaemin hendak menghampiri Renjun, lelaki mungil itu pergi. Ia berlari menembus kerumunan. Padahal niat Jaemin ingin meluruskan kesalah pahaman ini.

Guanlin menyenggol lengan Jeno pelan. "Degem Lo Kane bro, mending buat gw"

"Tuh burung auto kena tebas pacar gw nge" timpal Jeno di sertai candaan.

Haechan melongo melihat kejadian di depannya. Oh ayolah, dia tidak tau apa yang terjadi dengan mereka. Guanlin dan Jeno yang bertengkar, Renjun yang menangis. Lalu Jaemin yang menengahi kejadian ini. Seperti ada sesuatu yang Haechan tinggalkan.

[ ✔ ] Bumi Selatan ; nominTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang