Seol A akhirnya sampai ke rumah, dengan berat hati meletakkan barang pemberian halmoni diatas nakas tepat samping tempat tidurnya.
"Nyalakan musiknya dan berbaringlah senyaman mungkin."
Walau ragu dan terkesan tak mempercayai cerita aneh halmoni, namun tubuh Seol A bergerak sendiri untuk menurutinya. Di luar kendali pikirannya, ia mulai menbaringkan diri ke atas kasur. Menyalakan lenghangat udara, membetulkan letak bantal kemudian menarik selimut, membenamkan dirinya disana senyaman mungkin.
Pandangan Seol A berakhir pada langit-langit kamarnya. Selama beberala hari ini Seol A mengalami kesulitan tidur saat malam dan ia sendiri tidak tahu apakah itu berlaku untuk malam ini. Memiringkan badan, Seol A menyalakan kotak musik itu.
Berusaha memejamkan kedua matanya diiringi nada awal yang mengalun pelan, lambat dan terkesan rendah sebagai sebuah permulaan. Semacam permainan piano biasa. Entah Seol A yang kecapekan padahal tadi ia sempat tidur siang atau efek dari musik yang terlalu melow itu membawa jiwa hampanya menjelajahi lautan keheningan malam hingga berakhir pada renanya yang terpejam erat.
Seol A jatuh tertidur sebab alunan musik itu.
Iya. Rasanya Seol A baru tertidur belasan menit yang lalu sebelum kedua matanya mengerjap pelan dan terbuka. Putih adalah hal pertama yang ia lihat. Berusaha memfokuskan pandangannya, Seol A langaung terduduk dengan cepat. Tangannya refleks menyentuh lantai sembari renanya menjelajahi sekitar.
Putih. Semuanya putih. Ini bukanlah semacam gedung tapi lebih mirip sebuah ruangan petak yang dinding-dindingnya dipenuhi oleh cat berwarna putih.
Dia ada dimana?
Berusaha bangkit dari duduknya, benak Seol A refleks mengeluarkan pendapatnya. Ini adalah mimpinya. Setelah tertidur akibat kotak musik halmoni, Seol A akan menjalani mimpinya.
Dengan berpijak pada argumen tak beralasan itu, Seol A mulai menjelajahi dunia putih itu dengan kedua kaki telanjangnya. Pakaiannya masih sama persis saat ia ingin tidur.
Seol A terus melangkah tapi tidak pernah sampai pada sebuah ujung. Memelankan gerakan guna mengamati sekitar, ini lebih mengarah pada sebuah dunia tanpa ujung. Dimana didalamnya hampa dan hening dan hanya menyisahkan dirinya seorang.
Kenapa Seol A selalu terjebak dalam keadaan seperti ini?
Saat tengah sibuk meratapi nasib, Seol A tak menyadari jika ada yang menunggunya jarak sepuluh langkah dari tempatnya berdiri.
Harapan tanpa kepastian itu kerap kali muncul ditengah keputusasaannya.
Samar-samar Seol A dapat melihatnya. Perawakan seorang pria dengan badan sedikit berisi berdiri di bawah papan spanduk yang entah bagaimana bisa bergentayangan. Tidak ada gravitasi tapi dirinya bisa menapak. Aneh. Dilanjutkan dengan meja serta petak-petak pigura yang disusun berjejer.
Kian langkah Seol A semakin dekat, ia dapat melihat lebih jelas orang misterius itu. Dia memakai kacamata dengan kedua pipi gembulnya yang naik saat tersenyum ke arah Seol A berakhir pada perut buncitnya yang meninggalkan bekas di benak Seol A. Kisaran seumuran dengan ayahnya jika masih hidup.
Pria itu tiba-tiba berbalik dan tatapan mereka beradu untuk sesaat.
KAMU SEDANG MEMBACA
7 Days ✔️
أدب الهواة(COMPLETED) Dia Lee Seol-A, gadis berusia dua puluh empat tahun yang didiagnosa oleh dokter akan suatu penyakit aneh. Perasaan Seol A seakan mati rasa. Sebab semenjak mengidap penyakit itu, segala macam emosi tak mempan bagi dirinya. Seol-A tidak pe...