19. Aku menyukaimu

19 8 0
                                    


Sudah satu jam waktu berlalu, namun Jungkook tak kunjung-kunjung kembali. Entah sudah berapa kali Seol-A menjejalkan langkah di dalam kamarnya itu sembari memikirkan konsekuensi apa yang akan Jungkook dapat karena menjawab pertanyaan Seol-A. Hanya satu yang ia inginkan sekarang, Jungkook membuka pintu kamarnya sembari menampilkan senyum miring khas pria itu.

Sialnya Seol-A menyadari sesuatu ditengah situasi kacau seperti ini, Jungkook sangat berarti baginya.

Ditengah kalutnya perasaan Seol-A, tiba-tiba pintu kamar diketuk tiga kali membuat Seol-A berbalik cepat dan menghampiri pintu dengan langkah tergesa-gesa. Terbesit keraguan untuk membukanya namun susah payah Seol-A membendung ketakutannya dengan membayangkan perawakan Jungkook di depan pintu.

Tidak ada orang, Seol-A menurunkan pandangannya ke bawah dimana terdapat sebuah kotak kardus. Seol-A tanpa ragu membukanya, tidak ada petunjuk pengirim, hanya selembar kertas berisikan sebuah alamat.

Kebingungan kembali menyergap Seol-A, mengikatnya dalam ambang pilihan sulit. Apakah Seol-A harus mengikuti perkatan Jungkook atau keinginannya sekarang?

Seol-A memejamkan kedua matanya rapat, ia meremas kuat kertas itu dalam kepalan tangannya sebelum menutup pintu kamar dan berlari ke arah kasir.

Ajumma yang tengah mempoleskan beda pada pipinya terlonjak kaget dengan kehadiran Seol-A yang terkesan tiba-tiba.

Seol-A menatap penuh harap ke arah ajumma sembari mengarahkan remukan kertas tadi ke arahnya, "Kau tahu tempat ini dimana?"

---

Alamat itu mengantarkan Seol-A pada sebuah gedung tua yang tampak tak berpenghuni. Dikelilingi dengan pepohonan berikut dengan ranting-ranting kering yang menjalar turun. Banyaknya lumut yang menggerogoti sudut gedung, kaca jendela yang usang dan pecah dibeberapa bagian, kemudian dinding dan pilar yang penuh akan debu. Mirip sebuah gudang bekas yang sudah terbengkalai.

Seol-A meremas erat kertas berisikan alamat ditangannya, menarik napas sekali guna mengumpulkan keberanian, Seol-A akhirnya melangkah masuk.

Seperti yang ia duga, baik di luar maupun didalam suasana disekitar gedung tua ini tampak sepi. Seol-A belum melihat kehadiran orang sama sekali. Untuk sekian kalinya, keraguan kembali menghampiri dirinya, benarkah Jungkook ada disana?

Keputusasaan dan harapan kecil untuk bertemu dengan Jungkook kembali memacu langkahnya. Melewati sebuah pintu yang sudah bolong gaganggnya, Seol-A disambut oleh bayangan seseorang pada dinding yang terpantul dari sorotan matahari senja lewat jendela. Seol-A buru-buru berbalik badan, Seol-A membulatkan mata ketika menemukan Jungook tergeletak lemah jauh belasan langkah di sampingnya.

Tidak ada siapa-siapa disana kecuali mereka berdua. 

Seol-A berlari kecil menghampiri Jungkook, mendudukkan dirinya dibawah kemudian meraih kepala Jungkook dan meletakkannya ke atas pangkuannya.

Seol-A meringis ketika menyadari betapa kacaunya keadaan Jungkook sekarang. Jauh lebih parah ditambah luka yang kemarin pria itu dapatkan. Pakaiannya cenderung dipenuhi oleh debu dan beberapa ranting pohon. Luka di wajah Jungkook banyak yang mengeluarkan darah bahkan celana jeansnya robek menampilkan lututnya yang lebam.

"Jika kau menghampiriku seperti ini, maka aku tidak akan bisa menahan diri lagi," ujar Jungkook susah payah. Suaranaya terdengar lemah kemudian Jungkook memejamkan kedua matanya rapat menahan rasa sakit yang ia dapat beberapa waktu lalu.

Seol-A mengigit bibir bawahnya menahan tangis sembari membalas kalimat Jungkook, "Kalau begitu lepaskan, utarakan sejujurnya kepadaku. Semuanya," Seol-A berujar sembari menatap kedua rena Jungkook yang membalasnya dengan tatapan menenangkannya.

Lagi-lagi Seol-A merasakan perasaannya campur aduk sekarang. Hatinya kembali berdebar. Samap seperti Joon diawal namun bedanya Seol-A dihantui rasa takut kali ini. Rasanya Seol-A tidak bisa keluar dari dunia Jungkook, baik dengan sebuah perpisahan maupun tidak. Pertahanan diri Seol-A runtuh, ia tidak bisa menahan perasaannya sendiri. Jungkook. Hanya nama itu dalam benaknya sekarang dan ini bukan sebatas kenyamanan seperti yang dikatakan oleh Seokjin. Ini baru baginya. Terasa nyata dan menyenangkan sekaligus menakutkan. Seol-A serasa ingin menggapainya walau tahu dia akan terluka nanti, tapi yang terpenting, Jungkook selalu berada disisinya.

"Aku menyukaimu," tanpa melepaskan tautan rena mereka Seol-A berujar dalam sekali tarikan napas, menampilkan kesungguhan dalam kalimatnya.

Jungkook tersenyum kecil sebelum meringis akan luka yang ia dapati pada area bibirnya.

"Mianhae Seol-A ya, kita tidak bisa bersama," balas Jungkook kemudian terbatuk kecil, perutnya terasa mual sekarang tapi melihat tatapan kecewa Seol-A sekarang memberikan efek yang cukup berimbas pada pertahanan diri Jungkook. 

Dengan gerakan cepat, Seol-A mengusap keras pipinya, "Kenapa? Kenapa tidak bisa?"

Jungkook berusaha mengangkat tangannya, hendak meraih tangan Seol-A. Seol-A yang menyadari gerakan pria itu segera menautkan tangan mereka. Tangan Seol-A terasa hangat bagi Jungkook.

"Kau takut aku akan menghilang? Aku...tidak, kita akan mencari tahu jalan keluarnya bersama," ujar Seol-A. Sial, air matanya terus turun membuat pandangan Seol-A memburam dan berakhir tidak bisa mengamati ekspresi Jungkook saat ini dengan baik.

Disela kesakitan yang menggerogoti baik dari luar maupun dalam, Jungkook menggeleng lemah, "Aku...aku yang telah membunuh Min-Ji."

Untuk sepersekian detik yang Seol-A lakukan hanyalah menatap kosong ke arah lantai, berusaha mencerna setiap kata yang baru saja Jungkook utarakan sebelum detik selanjutnya, tubuh Seol-A tumbang ke atas lantai. Seol-A tidak sadarkan diri. Saat-saat terakhir sebelum Seol-A benar- benar meninggalkan dunia itu, Seol-A dapat mendengar suara Jungkook.

"Aku juga menyukaimu."


7 Days ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang