Berbeda dengan yang kemarin-kemarin, setelah melewati trowongan gelap tanpa ujung itu, tahu-tahu kilatan cahaya terang membangunkan kesadaran Seol A dengan paksa. Kilat cahaya yang timbul tenggelam menusuk kuat kedua renanya. Seol A mengerjap beberapa kali untuk menyesuaikan jumlah cahaya disekitarnya, disusul kedua kakinya yang menapak asal, berakhir hampir hilang keseimbangan sebelum sebuah lengan kekar meraih pingganggnya dan menariknya mendekat.
Perut Seol A menegang, untuk sejenak pikirannya kembali kosong. Harum parfum semacam aroma bunga yang meninggalkan kesan lumayan menyengat, menyergap kuat indra penciuman Seol A. Tangan Seol A refleks berhenti pada kedua bahu pria itu, untuk sejenak mereka berdiri dengan posisi layaknya orang berdansa.
Saat fokusnya perlahan terkumpul, Seol A menyadari akan ramainya tempat ia berpijak kali ini. Lagi-lagi berbeda dengan dua tempat di awal yang memberikan kesaan tenang dan menenangkan. Banyak teriakan saling menimpa, berbaur antara satu dengan yang lain. Jangan lupakan suara jepretan kamera secara berulang.
"Fokuslah."
Seol A dapat merasakan hembusan napas menerpa lehernya lembut. Suaranya rendah dan terkesan penuh peringatan. Seol A menangkap sirat kekesalan didalamnya yang dibungkus oleh napas tenang pria itu. Gadis itu mengerjap kaget disusul pandangannya yang kian jelas membuka akses penuh bagi Seol A untuk mengamati rupa di depannya itu. Seol A mematung untuk sesaat, pria itu adalah pria yang sama dengan yang Seol A lihat terakhir kali sebelum ia terlempar di dunia ini. Rambut, alis, kedua renanya yang lumayan sipit, hidung hingga jatuh pada bibir pink pucatnya.
Tapi bedanya kini lebih jelas dan rinci.
Seol A berdehem singkat, sebelum menjejalkan fokusnya ke sekitar. Didepannya banyak tiang-tiang lampu yang menyorot tepaat ke arah mereka berdua. Kabel yang saling bertaut antara kamera yang satu dengan yang lain. Secara acak orang-orang berdiri dengan seragam kaos mereka diikuti gantungan kartu identitas mereka. Ini adalah sebuah proses pemotretan?
"Seol A, apa kau tidak mau digaji! Luruskan pandanganmu!"
Teriakan seorang pria dengan rambut keriwil dan headphone yang bertengger pada kepalanya menggelegar. Bahu Seol A tersentak disusul hembusan napas kesal Jimin. Tembok kesabaran pria itu runtuh berganti dengan sifat aslinya yang keluar.
"Break!" teriak pria itu dengan tiba-tiba kemudian melepaskan rengkuhan tangannya pada pinggang Seol A dan pergi begitu saja, meninggalkan tempat pemotretan dan serentak beberapa orang dalam ruangan itu memijati pelipis mereka, seolah hal ini sudah biasa terjadi.
Seol A mengerjap beberapa kali begitu pria berambut keriwil itu datang menghampirinya, "Bekerjalah dengan bagus atau ini akan menjadi projek pertamamu sekaligus projek terakhirmu," ujarnya tegas sebelum berbalik.
"Kita istirahat lima menit!"
Seorang wanita berambut pendek buru-buru menghampiri Seol A, "Seol A, aku tahu kau nervous karena ini pertama kalinya apalagi dengan Jimin..."
"Bisa jelaskan aku ini siapa?" tanya Seol A kepada, Seol A melirik name tag wanita itu, Hani namanya. Seol A merasa seperti anak hilang sekarang.
Hani mengerjap, alisnya bertaut bingung.
"Maksudnya? Gwenchana? Kau merasa pusing?" Hani menempelkan punggung tangannya pada pelipis Seol A.
Seol A menggeleng, "Ralat, maksudnya jadwal. Iya, jadwal pemotretanku hari ini dan apa yang harus aku lakukan. Semalam aku minum bir terlalu banyak, sepertinya efek mabuknya masih belum hilang," Seol A mengeluarkan tawa canggungnya sembari mengelus tengkuk lehernya.
Sepertinya ia harus mulai mencari alasan untuk dunia baru ini agar tidak mencurigai dirinya.
Hani menangguk antuasias, wajah bingungnya perlahan melunak membuat Seol A lega.
"Namamu Seol A, ini adalah hari pertamamu sebagai model setelah kau mengikuti audisi untuk mengikuti projek bersama Park Jimin," Hani mulai menjelaskan sebelum Seol A menyela.
"Park Jimin?"
Hani menangguk kemudian berujar, "Iya, Park Jimin. Pria tampan dengan wajah juteknya itu. Suasana hatinya memanglah selalu berubah-ubah, tapi dalam dunia permodelan, kemampuan pria itu tidak perlu diragukan. Dia banyak mendapat tawaran, baik menjadi model sampul majalah, produk kecantikan, makanan, bahkan perabotan rumah tangga dan rata-rata semuanya sukses besar. Fansnya bahkan sangat banyak diluaran sana. Dia tampan, pekerja keras, kaya raya, baik hati..."
"Menurutku tidak, dari teriakannya tadi aku bisa simpulkan dia itu pemarah," potong Seol A sembari mengedarkan pandagannya lagi. Setidaknya ia sudah sedikit mengerti akan kondisi dunia yang baru ia masukki ini.
Hani tersipu malu, "Bisa dibilang begitu."
"Dan kau menyukainya," sambung Seol A yang membuat rona di kedua pipi Hani semakin terlihat jelas.
"Bagaimana kau tahu?" histerinya, "Tapi siapa yang tidak menyukainya kan?" Hani melontarkan pertanyaan yang dijawabi gadis itu sendiri.
"Lalu, mengenai jadwalku hari ini?"
"Setelah memenangkan audisi kemarin, kau berkesempatan untuk menjadi pasangan Jimin untuk sesi pemotretan hari ini. Temanya adalah pasangan untuk mempromosikan sebuah aplikasi kencan, nantinya foto kalian akan dijadikan iklan online," jelas Hani kembali panjang lebar.
Baru berniat ingin bertanya lebih lanjut tetang bagaimana Seol A harus berpose, ekspresi atau haruskah ia mengeluarkan sebuah dialog? Tapi sebuah teriakan kembali menginterupsi dan Seol A hapal betul teriakan itu. Si pemilik rambut keriwil yang tampaknya merupakan sutradara untuk pemotretan hari ini.
Hani mendorong pelan bahu Seol A membuat gadis itu hampir tergelincir kalau tidak segera menyeimbangkan tubuhnya. Terlalu sering berpindah tempat membuat kaki Seol A melemah. Seol A mengambil langkah berani ke area dimana ia muncul pertama kali, berharap jika pemotretan ini akan selesai dengan cepat dan lancar. Seol A sedikit mengantuk, kapan terakhir kali ia tidur? Dari depan, Seol A dapat melihat Hani mengepalkan tinju sembari tersenyum lebar ke arahnya.
"Fighting," itu yang Seol A tangkap dari gerakan muut gadis itu.
▪️▪️▪️
-ThIsGiRlAw-
KAMU SEDANG MEMBACA
7 Days ✔️
Фанфик(COMPLETED) Dia Lee Seol-A, gadis berusia dua puluh empat tahun yang didiagnosa oleh dokter akan suatu penyakit aneh. Perasaan Seol A seakan mati rasa. Sebab semenjak mengidap penyakit itu, segala macam emosi tak mempan bagi dirinya. Seol-A tidak pe...