17. Jungkook

18 9 0
                                    


Mungkin Seol-A sudah lumayan sering mengalaminya, hingga perasaan dimana tubuhnya berada dibatas ambang kesadaran yang perlahan menguap keluar menjadi pertanda bagi diri Seol-A bahwa ia akan segera berpindah tempat lagi.

Tanpa ruangan putih , tanpa tombol merah.

Jujur, Seol-A sudah tidak perduli akan siapa yang ia temui nanti, yang ingin ia lakukan hanyalah mengetahui hubungan Min-Ji dengan dunia ini. Seharusnya ini adalah kali keenam Seol-A berpindah. Dua orang lagi, Seol-A harus bisa menggunakan kesempatan ini dengan sebaik-baiknya.

Mengedarkan pandangannya ke sekitar, Seol-A menyadari dirinya tengah menapak di atas trotoar jalan.  Tidak ada bulan, tidak ada bintang, Seol-A menanggap malam ini akan suram baginya. Seol-A mengambil beberapa langkah ke depan, jalanan sudah cukup sepi, hanya beberapa kendaraan yang berlalu lalang, mungkin jam tidur sudah dekat.

Angin malam yang bertiup pelan membuat bulu kuduk Seol-A meremang. Ditemani jejeran lampu jalan yang menyorotinya sesekali di tengah gelapnya malam, menambah kesan horor sendiri bagi Seol-A. 

Untuk beberapa saat yang terasa hening,  hingga sebuah gerak langkah sepatu yang mengetuk tanah merenggut kesadaran Seol-A. Semakin lama semakin keras, menggiring langkah seseorang kian dekat kepadanya. Seol-A menyipitkan kedua matanya, dengan lampu jalan yang sesekali berkedip rusak, Seol-A masih bisa mengenali secara jelas orang itu. Tato sepanjang lengan yang mencolok, rambut hitam legamnya yang acak-acakan, pakaian serba hitamnya, tindikan pada alis dan bibir merah mudanya. Entah kenapa Seol-A bisa membayangkan hal sedetail itu padahal kondisi disekitar sama sekali tidak mendukungnya. Semua terekam jelas dalam memorinya.

Dia Jungkook.

Rena mereka sempat bertemu untuk sepersekian detik sebelum Seol-A tersentak saat tangannya ditarik oleh Jungkook meninggalkan trotoar jalan. Seol-A tidak sempat mencerna apa yang tengah terjadi, ia dipaksa berlari menyamakan langkah lebar pria itu diikuti genggaman tangan mereka yang semakin erat. 

Mungkin Seol-A terlalu fokus dengan Jungkook di awal, hingga gadis itu tidak menyadari bahwa di belakang mereka, ada sekumpulan orang berbaju rapi ;semacam kemeja putih dibalut jas hitam dengan sepatu pantofel yang serentak menggema, jangan lupakan kacamata hitam mencolok mereka. Seol-A sempat berbalik untuk mengecek keadaan, sekumpulan orang itu terus berteriak kepada Seol-A untuk menghentikan langkahnya tapi dilihat dari raut Jungkook sekarang, pria itu bertekad keras untuk kabur dan keputusannya tampak tidak bisa diganggu gugat. Mereka menekan earpiece, semacam benda kecil yang menempel pada telinga dan melaporkan situasi sekarang kepada seseorang. Siapa? Atasannya?

Dari pengamatan Seol-A, Jungkook dan dirinya tampak seperti pasangan gila yang mencuri bank dan kemudian ketahuan oleh para penjaga disana. Dari segi pakaian mereka yang sangat kacau, sugesti itu tampak benar.

"Jangan lihat ke belakang," Jungkook memberi peringatan dengan nada dinginnya yang menyentak kesadaran Seol-A, buru-buru ia memalingkan wajah ke depan lagi.

"Lepaskan aku, kau mau membawaku kemana," Seol-A berteriak protes. Kedua kakinya sudah sangat capek.

"Sial, kenapa kau berdiri sendirian disana," Jungkook tiba-tiba mengumpat membuat Seol-A melebarkan kedua matanya.

Seol-A ingin membalasnya dengan menumpahkan kekesalannya, tapi ia pikir akan buang-buang tenaga sebab ia tengah berlari. Seol-A memilih untuk menahannya sekarang.

Jungkook membawanya melewati gang-gang sempit, Seol-A terkejutsaat dengan santainya Jungkook menjatuhkan tumpukan kardus berisi barang-barang bekas, tong-tong sampah, tiang-tiang pamflet demi mencegah kumpulan orang tadi untuk menyamakan langkah. Semakin berlari, semakin mereka masuk ke daerah pelosok. Semcama desa terpencil yang jauh dari kota.

7 Days ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang