4. Lesung Pipi

41 25 1
                                    


"Kau tidak bertanya lagi bagaimana caramu untuk kembali?" Joon bertanya di sela langkah mereka menyusuri trotoar. Perlahan tapi pasti, Seol A mulai berbaur dengan orang-orang dalam dunia mimpinya ini.

"Tidak, kalau bisa aku tidak mau kembali. Disini lumayan seru," ujar Seol A sembari menarik napas dalam-dalam, sudah lama ia tidak keluar rumah untuk sekedar mencari udara segar. Kebanyakan menetap di rumah untuk makan dan tidur saja.

"Kuharap kau tidak menyesali perkataanmu," ujar Joon yang langsung membuat Seol A menoleh ke arahnya.

"Apa ada orang lain selain aku sebelumnya?"

"Mungkin ada," jawab Joon seprrti tidak pasti membuat Seol A kebingungan di tempat. 

"Jangan bertanya lagi. Nikmatilah waktumu selagi masih disini. Mungkin saat kita bersenang-senang nanti, skenario ini akan selesai," ujar Joon terdengar serius sembari mengeluarkan senyum misteriusnya.

Seol A menangguk kecil. Joon mengajak Seol A ke salah stau perpustakaan besar di tengah kota. Dari tampilan luarnya terlihat sangat mewah dan mencakup desain modern. Pintu serta jendela yang terbuat dari kaca dipoles dengan cat dinding berwarna putih. Banyak pelajar berlalu lalang masuk dan keluar melalui pintu utama.

"Kau suka membaca?" tanya Joon tiba-tiba membuat langkah mereka di depan perpustakaan terhenti

"Membaca? Tentu saja, aku lunya banyak buku dirumah," ujar Seol A kemudian menampilkan senyum canggungnya. Sembari mengusap lengan ia mengikuti Joon masuk ke dalam.

Disuguhi oleh jejeran rak buku kayu yang oenuh dengan berbagai macam buku. Mungkin dari pelajaran mencakup berbagai macam materi hingga ke buku cerita atau bahkan novel. Terlihat lengkap dan rapi. Di beberapa spot tempat disediakan sofa bulat untuk bersantai, ada juga kursi panjang dan semacam ruangan kapsul untuk orang yang ingin membaca buku sembari berbaring. Benar-benar memiliki fasilitas yang lengkap.

Joon mengulum senyum saat melihat mulut Seol A yang terbuka lebar. Gadis itu berdiri mematung untuk melihat sekitar. Ingin sekali Joon menggapai tangannya dan menariknya untuk menjelajahi setiap rak buku, namun Joon mengurungkan niat karena takut Seol A akan tidak ngaman nantinya. Baru terhitung beberapa jam setelah mereka bertemu.

"Seol A,"panggil Joon membuat gadis itu tersentak.

"Kau suka buku ber-genre apa?" tanya Joon.

Mereka sudah melangkah memasuki salah satu dari banyaknya lorong rak buku. Rena Joon bergerak menyusuri judul buku sembari tangannya menyapu setiap sisi rak buku.

Seol A mengigit bibir bawahnya gugup, sejujurnya ia tidak pernah menyukai yang namanya buku. Apalagi buku pelajaran. Setiap melihat buku tebal yang tidakia tahu artinya itu, Seol A menadak mual dan pusing. Yang Seol A sukai hanyalah harum bukunya tapi tidak dengan isinya.

"Kalau kau?" Seol A menghindar untuk memberi jawaban dengan melemparkam pertanyaan.

"Apapun, jika menarik aku akan membacanya," ujarnya yang kemudian langsung menarik sebuah buku dari rak. Sekilas buku itu semacam riwayat seorang tokoh sukses yang pastinya sangat membosankan bagi Seol A tapi nyatanya Seol A dapat melihat kilat ketertarikan dalam manik Joon.

Seol A menertawakan dirinya dalam hati, iya menyadari dirinya dan Joon benar-benar berbeda.

Benak Seol A langsung berpikir cepat dan tangannya meraih salah satu buku novel terdekatnya. Setidaknya novel yang memiliki alur lebih menarik minatnya.

Joon mengajak Seol A untuk duduk di salah satu kursi. Seol A duduk paling ujung dihadapkan dengan tembok disusul Joon di sampingnya. Cukup strategis, sebab jika bosan Seol A dapat menikmati pemandangan luar melalui jendela. Begitu duduk Joon langsung menoleh ke arah Seol A membuat gadis itu tergagap.

7 Days ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang