11. Mr. Jim

29 14 0
                                    

"Jim, aku tidak setuju dengan pemotretan hari ini," Hye Jin membuka pintu dengan gerakan kasar yang memberinya akses penglihatan penuh akan ruangan make up Jimin sekaligus tempat istirahatnya.

Sebuah meja kayu memanjang, lengkap dengan jejeran kursi dan kaca besarnya. Deretan alat make-up, tas, minuman, kertas naskah, tampak berserakan di atas meja. Disusul sebuah sofa di sudut ruangan yang selalu Jimin gunakan untuk tidur saat break lima belas menit.

Hye Jin melangkah cepat mendekati sofa dimana Jimin tidur telentang disana dengan menggunakan lengan sebagai bantalannya. Pria itu setia memejamkan kedua matanya, tampak santai seakan sudah hapal betul tabiat Hye Jin yang satu ini.

Gadis itu sedang kesal. Dia cemburu.

"Kau tidak punya hak untuk berkata begitu," Jim berujar dengan nada pelan namun berhasil meruntuhkan tembok keberanian Hye Jin.

Mengingat wanita itu harus mencari waktu yang pas saat masuk ke ruangan ini, namun karena rasa kesalnya, Hye Jin bahkan tidak memperhatikan sekitar lagi. Ia hanya berharap tidak ada yyang memergokinya masuk ke ruangan Jim atau ini akan menjadi skandal untuk mereka berdua di tengah karir mereka yang menjulang.

"Makan malam kita kemarin, kau menanggapnya apa? Kupikir hubungan kita sudah jelas?" Hye Jin bertanya sembari melipas tangan. Emosinya membuncah kala melihat raut tenang Jim.

Jim tiba-tiba bangkit dari duduknya, menegakkan tubuh yang berakhir bersender pada sandaran sofa.

"Aku melakukannya atas dasar permintaan ayahmu. Aku tidak tahu kau merayu ayahmu dengan apa, tapi kutegaskan sekali lagi, jangan mengancam karirku untuk sesuatu yang bodoh Hye Jin," ini kalimat terpanjang yang pernah Hye Jin dengar dari mulut Jim. Dan jika pria itu sudah menyebut namanya, siaga satu. Jim benar-benar marah sekarang.

Wajah kesal Hye Jin melunak, buru-buru ia mengambil tempat tepat disamping Jim yang mulai memejamkan kedua matanya lagi.

"Aku pikir hubungan kita bisa kembali seperti dulu. Kau tahu, aku masih menyu..."

"Kau tahu jawabanku," potong Jim membuat kalimat Hye Jin terhenti.

"Tapi tetap saja, aku cemburu kau melakukan pemotretan dengan model baru itu. Dia terlihat tidak kompeten, aku akan meminta appa untuk menggantikan..."

"Berhenti melibatkan ayahmu dalam hubungan kita Hye Jin. Kau yang merusak pemotretan hari ini karena bertemu dengan pria brengsek itu," Jim berujar singkat kemudian bangkit berdiri.

Sebelum mengambil langkah untuk keluar ruangan, Hye Jin menggapai tangan Jim.

"Mian, kemarin itu salahku. Tapi setidaknya kau mendengarkan penjelasanku sebelum memutuskan hubungan kita," ujar Hye Jin pelan, tatapannya melunak dan terkesan memohon.

Jim tertegun saat mendengar isak tangis gadis itu. Jim sudah ingin duduk kembali, meraih Hye Jin kedalam pelukannya dan menenangkannya sebelum suara pintu yang dibuka membuat mereka berdua tersentak kaget.

Seol A berdiri mematung dengan pemandangan di depannya ini. Jim, pria yang memiliki jadwaal pemotretan dengannya sedang berduaan dengan seorang wanita, terlebih lagi pemandangan itu memberikan kesan dalam benak Seol A bahwa Jim membuat wanita itu menangis.

Hye Jin lekas menyapu pipinya dan sigap memunggungi Seol A. Seol A sendiri gelagapan, raut Jim juga berubah kaku.

"Pemotretannya sudah mau dimulai," ujar Seol A setelah beberapa saat mematung.

Tanpa berkata apa-apa, Jim berjalan mendekatinya. Menarik tangannya keluar dari ruangan menuju tempat pemotretan.

"Oke, break selesai!" 

7 Days ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang