15. Kembaran ?

22 9 1
                                    

Selanjutnya, mata kuliah Mr. Kim berjalan dengan lancar hingga suara pria itu memecah keheningan sebagai penutupan kelas hari ini.

"Sebagai tugas untuk minggu depan, silahkan bentuk sebuah kelompok berisikan dua orang untuk membuat makalah tentang pengaruh alam terhadap dinamika kehidupan sosial masyarakat."

Lampu dihidupkan bersamaan dengan proyektor yang berhenti bekerja. Mr. Kim melirik sekilas ke seluruh ruangan sebelum berjalan pergi ke luar kelas.

Ki bum menepuk keras pundak Daniel membuat pria itu menoleh kaget, "Untuk menghargai persahabatan kita yang sudah hampir lima tahun, kurasa sudah seharusnya kita satu kelompok nanti," ujar Ki bum kelewat santai diikuti dengusan kesal Daniel.

Pria itu merasa dirugikan sebab kebanyakan jika ada tugas, Ki bum tanpa basa-basi akan melemparkan puluhan pertanyaan kepadanya. Daniel memang tidak sepintar Hoseok, si pria ambis itu, tetapi dia lumayan dibanginkan dengan Ki bum dan pastinya Seol-A yang terkenal malas selama ini.

"Lebih baik aku sekelompok dengan..."

Kalimat Ki bum terhenti kala renanya menangkap Hoseok yang berbalik badan ke arah meja Seol-A duduk.

"Kau sekelompok denganku," ujar Hoseok singkat.

Seol-A menoleh tak minat ke arah pria itu sebelum kembali memasukkan barang-barangnya ke dalam tas.

"Aku tidak mau," jawab Seol-A dengan nada santainya membuat Hoseok membulatkan kedua matanya, bahkan Ki bum dan Daniel menoleh ke arah mereka.

"Mwo? Apa aku tidak salah dengar? Aku berbaik hati mengajakmu karena aku tahu kau tidak akan menyelesaikan tugas karena pekerjaan sampinganmu itu, tapi kau malah menolak? Kau ingin tidak lulus mata kuliah Mr. Kim? Apa kau sudah tidak waras? Efek mabuknya belum hilang ya?"

Seol-A memutar bola matanya malas sembari mengibaskan lengan ke arah Hoseok ia berujar, "Aku bisa mengerjakannya sendiri dan bisa kupastikan aku akan meraih nilai tertinggi tanpa bantuanmu. Sudah kubilang kan, aku lebih jago di hal akademis dibangingkan olahraga.

Hoseok menyipitkan mata, terkesan tidak percaya dengan perkataan Seol-A tapi sikap percaya diri wanita itu membuatnya sedikit tersentil. Benarkah Seol-A yang sudah ia kenal selama hampir lima tahun itu berubah secepat ini?

"Jadi kau akan berpasangan dengan siapa Seol-A?" tanya Ki bum menghampiri mereka berdua diikuti Daniel dibelakangnya.

"Dengan pria tampan disebelah sana," ujar Seol-A sembari menunjuk Peter, pria blesteran Korea-Amerika yang cenderung pendiam dan selalu terlihat duduk sendiri di pojok kelas.

Hoseok menaikkan alas kanannya bersamaan dengan tawa Ki bum dan Daniel yang menggema membuat Seol-A memberengut kesal, seolah pilihannnya tidak bagus saja.

"Kau yakin? Sepertinya kalian berdua sama malasnya," ucapan Daniel memang terdengar menyakitkan, tetapi itu fakta, Peter sering ditegur oleh Mr. Kim karena tidur dikelas.

"Tenang saja, dia hanya butuh menjadi penyemangatku saja, aku yang akan mengerjakan semuanya," ujar Seol-A dengan nada santainya membuat ketiga pria di depannya saling pandang disusul Hoseok yang terbatuk kecil saat Seol-A meneriakkan sebuah nama.

"Cha-yeong!" Cha-yeong, gadis dengan rambut dikepang dua itu menghentikan langkah saat namanya dipanggil. Untuk sejenak, terbesit keraguan baginya untuk berbalik sebelum akhirnya menancapkan padangan ke arah Seol-A.

"Hoseok mengajakmu untuk menjadi pasangan hidupnya!" teriak Seol-A dengan suara lengkingnya membuat Hoseok yang tadinya menunduk malu sontak medongak dan menatap garang Seol-A. Sejak kapan gadis itu tahu?

"Seol-A, hentikan omong kosongmu atau aku akan membunuhmu sekarang juga," ujar Hoseok sebelum mengejar Seol-A yang berlari kecil ke arah pintu keluar.

"Ralat, maksudku pasangan kelompok untuk tugas Mr. Kim," Seol-A terkekeh singkat saat melihat wajah merah padam Hoseok, pria itu terkesan salah tingkah ketika mengejar Seol-A yang berlindung di belakang Cha-yeong. Sedangkan gadis itu hanya menunduk malu sebab kini perhatian seisi kelas tertuju pada perdebatan kecil itu.

7 Days ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang