3. Joon

46 25 0
                                    

"Argh!"

Ringisan Seol A keluar kala tubuhnya terlempar secara mendadak untuk menapak di atas tanah. Walaupun semacam dibuabg dari atas langit, rasanya tidak sakit hanya saja Seol A terkejut batin dan kinerja otaknya tak selaras dengan refleks tubuhnya.

Butuh beberapa detik untuk mengumpulkan kesadaran sebelum Seol A membuka kedua renanya. Hal pertama yang ia lihat adalah sebuah pohon rindang yang lebat, diikuti sebuah ayunan yang menggantung abtara dahan-dahan pohonnya. Menggeserkan pandnagan sedikit, Seol A dapat melihat seperti bangku taman disusul hamparan rumput yang membentang luas.

Seol A dapat merabanya sebab kini ia terbaring di atas rerumputan dan sepertinya ia terlempar ke semacam dunia lain dan berakhir di taman. Awalnya Seol A pikir ia sudah terbangun dari mimpi, sebab tempatnya berbaring kini sangat mirip dengan dunia tempat ia tinggali. Tidak ada benda melayang seerti saat Seol A menemui pria itu tadi, semuanya tampak baik-baik saja.

Seol A bangkit berdiri. Disana tidak ada orang membuatnya disergap kebingungan. Satu hal yang pasti dalam benaknya sekarang, Seol A tidak ingin keluar dari mimpi anehnya ini hanya untuk menggapai kesengsaraan lagi di bumi namun ia juga tidak ingin seperti orang tanpa tujuan di dunia aneh ini. 

Seol A menyipitkan mata kala melihat seseorang yang tiba-tiba lewat jarak sepuluh langkah dari tempatnya berdiri. Mereka sempat bersinggungan mata sebebtar sebelum pria itu membuang wajah dan melanjutkan langkahnya.

Itu adalah orang pertama yang Seol A temui dan seharusnya ia menghampirinya, berharap pria itu sedikitnya tahu tentang dunia aneh ini.

Seol A memutuskan untuk berjalan mendekat, namun pria itu mendadak menghilang. Menjejalkan pandangan ke sekitar tapi tidak ada. Hingga saat ingin berbalik, Seol A dikejutkan oleh perawakan pria yang berdiri tepat di belakangnya.

Seol A memegangi dadanya sembari menarik napas panjang. 

"Maaf mengagetkanmu," ujar pria misterius itu.

Seol A menangguk singkat sebelum pandangan mereka bertemu kembali. Lesung pipi yang lumayan menonjol kala pria itu tersenyum kecil menarik perhatian Seol A sedari awal. Seol A mengakui pria itu tampan sebelum sebuah fakta tiba-tiba menampar dirinya. Seol aa pernah melihat wajah itu, berusaha mengingat, jantung Seol A serasa berhenti berdetak. Dia adalah perawakan dari salah satu pigura yang Seol A lihat beberapa waktu laku.

Seol A ingat semuanya, dia salah menekan tombol dan pasti tombol milik pria ini yang duluan Seol A tekan.

Seol A masih emmatung saat pria itu melambaikan tangannya di depan wajah Seol A membuat gadis itu mengerjap pelan.

Dia terkekeh singkat melihat ekspresi Seol A yang sekarang, "Kau gadis yang lucu. Perkenalkan namaku Joon."

Seol A menatap uluran tangan itu, perlahan tapi pasti ia membalasnya disertai senyum singkatnya.

"Namaku Seol A."

Joon menangguk singkat sebelum menatap Seol A serius yang berakhir membuat Seol A tak nyaman di tempat. Apakah ada yang salah dengan penampilannya?

"Kau baru datang kesini?" tanya Joon lagi yang diangguki oleh Seol A.

Kedua mata Joon tiba-tiba melebar, "Kalau begitu maaf mengabaikanmu barusan," ujarnya dengan nada menyesal.

Seol A menautkan alis tidak mengerti.

"Sudah lama tidak ada yang berkunjung sejak dia terakhir kali, jadi aku emrasa sedikit canggung," Joon berujar sembari mengusap tengkuk lehernya. Ia kembali tersenyum dan lesung pipinya tercetak jelas.

Untuk sesaat Seol A memutuskan untuk mengamati pria itu lebih dalam. Kacamata petak berwarna hitam yang ia gunakan memberikan kesan khas anak rajin yang pandai dalam hal pelajaran didukung buku bacaan yang ia rangkuk di tangan kanannya. Joon memakai kaos berwarna biru langit yang dibalut dengan jaket denim dan celana jeans khas anak kuliahan. Semacam tipe anak rajin yang digemari guru-guru sekolah dan pastinya para gadis.

7 Days ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang