5. Lagi?

41 25 2
                                    

Seol A lagi-lagi terbangun di tempat yang tidak semestinya. Untuk beberapa detik yang terasa lambat, Seol A pikir dia sudah bangun dari mimpi dan kembali ke dunia nyatanya. Namun saat menyadari bahwa sekelilingnya putih, detik itu juga Seol A sadar, tidak akan semudah itu untuk keluar dari mimpinya.

Semacam ada peraturan tersendiri dan larangan yang tidak boleh ialanggar, dengan tujuan yang bahkan Seol A tidak ketahui. Mungkin ini tujuannya sekarang, sedikit demi sedikit mengorek informasi akan dunia mimpinya ini.

Walau terkesan imaji dan sudah untuk dipercaya tapi Seol A merasakannya sekarang. Ini nyata.

Seol A mengedarkan renanya ke sekitar, ini adalah tempat awal tersapatnya tujuh pigura sebelum bencana terjadi saat Seol A salah menekan tombol.

"Mr. Bang?" panggil Seol A sebab yang ia lihat sekarang hanyalah pigura dengan tombol merah mereka, Seol A tidak lihat kemana Mr. Bang pergi.

Banyak hal yang ingin dia tanyakan, tapi pria itu tidak ada. Menghela napas pendek, apa Seol A benar-benar hanya harus menikmati ini semua sampai skenarionya selesai?

Teringat akan yang Joon lakukan beberapa waktu lalu, ingatan tentang perilaku Joon masih terbayang jelas dalam benak Seol A. Apakah di dunia Joon, Seol A tiba-tiba menghilang? Apa Joon mencarinya disana? Atau mungkin Joon sudah menrbak hal seperti ini akan terjadi?

Masih banyak yang ingin Seol A sampaikan kepada Joon. Momen-momen singkat yang mereka jalanin bersama. Seol A merasa hidup dengan pria itu, Joon seakan menjelma menjadi teman yang mengerti keadannnya. Menurut Seol A, mereka belum berbicara banyak sebelum Seol A menghilang dengan tiba-tiba.

Seol A mengacak rambutnya frustasi sembari pandangannya berhenti pada tujuh pigura tadi. Ia berlari kecil kemudian hendak menekan tombol merah pada pigura Joon tapi nyatanya tidak bisa. Tidak terjadi apa-apa melainkan pigura Joon yang seolah berubah gelap sendiri daripada pigura-pigura lain yang terang benderang.

"Mr. Bang, aku tahu kau mendengarku. Bisakah kau menjelaskan kepadaku?" Seol A berusaha memanggil pria itu lagi namun tidak ada jawaban.

Balik ke tempat tadi cmn mr bang g ad.

Mr. Bang benar-benar mengacuhkannya. Kesal dengan perilaku pria itu, Seol A melayangksn tangannya dan menekan asal tombol lagi. Bahkan ia tidak melihat pigura selanjutnya yang berisi tokoh yang akan ia temui.

Perasaan itu kembali. Persis sama ketika Seol A dilempar ke dalam dunia pigura itu. Seol A lagi-lagi terbangun di tempat yang berbeda. Jika kali pertams di sebuah taman, kini di sebuah apartemen?

Apa? Apartemen?

Seol A buru-buru mengedarkan pandangannya dan benar saja itu adalah sebuah apartemen. Cukup rapi dan bersih dan ternyata Seol A bangun di atas sebuah sofa.

Menapak turun dari sana, Seol A melangkahkan kaki menyusuri aoartemen itu. Ruang tamu lengkal dengan sebuah tv berukuran besar dengan sofa disusul semacam dapur. Sedikit terkejut sebab disana sangat lengkap dengan bumbu masakan yang tertata rapi di rak-rak.

Di atas meja juga banyak foto serta patung-patung koleksi. Sepertinya pemilik apartemennya ini menyukai karakter boneka seperti gumpalan awan berwaena outih namun memiliki wajah kaki dan tangannya. Sebab hampir di beberapa spot rumah terdapat boneka dengan modelan seperti itu.

Dan pastinya yang tinggal disana adalah seorang laki-laki walau sedikit meragukannya sebab Seol A menemukan sebuah panci berwarna pink di salah satu rak cuci piring dapur. Positif thinking, mungkin pria itu tinggal bersama ibunya atau mungkin pacarnya. Menggelengkan kepala, Seol A berusaha membuyarkan persepsi-persepsi aneh yang perlahan tumbuh dalam benaknya.

Setelah dapur dan ruang tamu, ada sekitar dua pintu kayu lagi namun Seol A tidak berani membukanya. Tebakannya adalah salah satunya kamar tidur dan yang lain mungkin kamar mandi. Sebenarnya saat melangkah, Seol A takut-takut sebab bisa saja apartemen ini ditinggali oleh orang dan yang ia takuti terjadi. Tiba-tiba Seol A mendengar suara kuncian pintu terbuka. Jantungnya berdetak dengan cepat, refleks otaknya berpikir dengan cepat menuntun kaki Seol A untuk menapak asal dan berakhir bersembunyi di salah satu senderan sofa.

Ia tidak takut jika pertemuannya seprrti dengan Joon di awal, alami dan manusiawi. Namun ini, Seol A tiba-tiba terdampar ke apartemen orang, bisa-bisa ia dikira pencuri atau parahnya bisa dilaporkan.

Seol A mendengar langkah kaki seseorang diikuti suara pintu yang ditutup. Jantung Seol A masih berdetak dengan kencang, keringat mulai membasahi bibirnya. Seol A mengigit bibir bawahnya, takut jika dirinya sampai ketahuan. Memikirkan cara bagaimana agar dia bisa keluar dari sana namun tampaknya susah sebab orang itu sudah kembali dan jika Seol A keluar dari persembunyiannya pasti akan ketahuan.

Langkah kaki yang awalnya terdengar nyaring kini mulai redam, Seol A menebak itu  adalah pemilik apartemen yang ia datangi ini.

Kini Seol A sedang bersembunyi di balik sofa, merapatkan tubuhnya ke senderan sofa sembari terus merapalkan doa agar dirinya tidak ketahuan. Tangannya sudah keringat dingin, kakinya terlipas ke dalam sembari menunduk memastikan tubuhnya tertutupi dengan jelas di balik sofa.

Hening sejenak, Seol A pikir orang itu pergi ke kamarnya. Namun nyatanya tidak, langkah kaki itu kembali terdengar setelah beberapa waktu lalu. Sepasang kaki itu berjalan ke arah dapur, setelah beberapa langkah berjalan tiba-tiba terdengar ringisan. Semacam ringisan kesakitan membuat Seol A menyembulkan kepalanya dari balik sudut sofa untuk mengintip.

Ini merupakan sebuah perjuangan, sebab Seol A harus memastikan dirinya tertutupi sepenuhnya selagi dirinya ingin menuntaskan keingintahuannya.

Seol aa memajukan kepala hingga renanya benar-benar bisa melihat perawakan orang itu secara keseluruhan. Pria itu memiliki badan yang tegap dan terbilang sangat berotot. Ia sedang memakai kaos oblong hitam dan celana training abu-abu. Pakaian yang simple seperti orang sehabis gym. Dari belakang, Seol A menebak tubuhnya lumayan atau bahkan sangat tinggi. Rambut hitamnya sedikit acak-acakan seperti orang sehabis bangun tidur. Dan dari semua, yang paling menarik perhatian Seol A adalah tato yang terdapat pada lengan kanan pria itu. Penuh dan terkesan menjalari lengannya.

Seol A mematung untuk sesaat, tatonya indah seperti sebuah seni namun di saat yang bersamaan juga membuat bulu kuduknya meremang. Persepsi aneh lagi-lagi muncul dalam benak Seol A, msmbayangkan pemilik apartemen itu adalah seorang preman atau mungkin tidak, sebab dari tujuh pigura itu menampilkan wajah yang tampan. Sialnya Seol A lagi-lagi tidak melihat wajah si pemilik pigura sebelum menekannya ditambah dalam pigura tidak terfoto secara keseluruhan hanya sebatas kepala sampai leher saja. 

Apakah dia seseorang yang jahat dan bengis? Seol A jadi takut. Semacam tokoh-tokoh fiksi yang suka membunuh orang secara brutal. Seol A menggeleng, tidak mungkin Mr. Bang marah dengannya kemudian menciptakan tokoh seperti ini untuknya.

Seol A menyesal, lain kali dia akan melihat wajahnya baik-baik dulu sebelum menekan tombol.

Namun di tengah aktivitas menerkanya, tiba-tiba Seol A merasakan sebuah tepukan halus pada pundaknya. Tubuhnya mematung. Pandangannya masih terarah ke depan dan pria bertato itu masih disana, jadi sekarang siapa yang menepuk pundaknya itu?

▪️▪️▪️

-ThIsGiRlAw-

7 Days ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang