Kita dan Mereka (8)

211 64 64
                                    

"Dimana letak keadilan untuk seseorang yang mengalami bullying? Kenapa semua mata menutup keadilan hanya karena uang."

"Dimana letak tangisan ketulusan seseorang? Jika yang dilihat sekarang hanya bungkam karena kekuasaan seseorang."

"Suatu masa di masa depan, aku yakin bahwa setiap tangisan dan keadilan akan aku tuntut dalam kejujuran."

"Air mata ibu dan peluh keringat ayahku akan terbayarkan dengan hukum alam."

• Kita dan Mereka •

༺༻

Ucapan yang keluar dari mulut ku mampu membuat Raja dan Bu Henny terdiam.

"Stella," panggil pelan Bu Henny sambil membelai rambut panjangku.


"Roda hidup ini akan terus berputar, Stella tidak akan selamanya selalu menjadi miskin. Stell-" belum sempat ibu Henny melanjutkan, aku lebih dulu menyela ucapannya.

"Tapi mereka bilang orang miskin akan selamanya miskin!"

"Mereka bilang Stella tidak akan pernah bisa menjadi mereka!"

"Stella benci mereka berkata bahwa nasib Stella akan sama dengan orang tua Stella, Stella benci!"

Ibu Henny melihat kilatan amarah dalam mataku, ia menyadari bahwa kini aku tengah di kuasai emosiku.

"Tenangkan dirimu dulu,"

"Raja tolong jaga Stella ya, ibu ada jam mengajar." pinta Bu Henny membuat Raja menganggukkan kepalanya.

Ibu Henny lantas berdiri dan pergi dari sana, meninggalkan Raja dan Stella disana.

"Stell," panggil Raja pelan membuatku menatapnya dengan tatapan hampa.

"Aku tau ini berat, tapi coba deh Stella lihat para pengemis yang kehilangan orang tua mereka. Mereka rela tidak sekolah, mereka rela untuk panas-panasan untuk mendapatkan uang untuk bertahan di kerasnya kehidupan."

"Sedangkan Stella? Stella masih jauh lebih baik dari mereka, Stella masih bisa sekolah dan makan meski dengan hidup yang pas-pasan."

"Tapi-"

"Ssstt! Kalau ada orang ngomong dengarkan dulu sampai selesai yaa," ujar Raja membuatku kembali diam.

"Tapi Stella, cobalah untuk menerima takdirmu, alurmu dan hidupmu."

Dengan tatapan bingung aku mencoba mencerna ucapan Raja.

"Raja, aku bukannya tak bersyukur ada di titik ini, segalanya terus kunikmati."

"Tapi Raja, bukankah wajar bila aku lelah? Aku hanya anak remaja yang mencoba untuk bahagia, tapi kenapa mereka merundungku sesuka cita?"

Raja paham apa yang Stella ucapkan, ia sendiri masih tak paham harus bagaimana cara menolong Stella dari perekonomian.

"Aku tidak buta Raja, aku tau aku bukan anak orang kaya. Bukankah itu sudah cukup untuk mereka berhenti mengatai aku miskin?"

"Aku benar-benar tidak buta, atau aku benar-benar tidak tuli. Aku tau aku anak orang yang tidak kaya, tapi apakah harus setiap saat mereka melontarkan bahwa aku anak miskin?"

"Raja, betapa beruntungnya mereka yang hidup dengan keluarga sempurna dan tidak di pandang remeh oleh dunia."

"Aku hanya ingin tidak direndahkan, hanya itu." ujarku dengan sesak di dada.

Kita dan MerekaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang