Kita dan Mereka (15)

126 30 1
                                    

Hallo semua, sebelumnya minta maaf karena upload ini lama banget, hehe.

Aku lagi ga ada semangat buat nulis, hehe

(。♡‿♡。)

Dengerin Puisi di atas sambil baca part ini ya!!!

"Hanya karena satu masalah yang datang, kau melupakan banyak kebaikan yang Tuhan berikan, dan beranggapan Tuhan tak pernah berlaku adil kepadamu. Padahal terkadang bukan Tuhan yang tidak adil terhadapmu tapi kamulah yang kurang bersyukur atas sesuatu yang ada di hidupmu."
•• Kita dan Mereka ••
༺༻

Itu semua terasa nyata, aku benar-benar bisa melanjutkan sekolah ke jenjang berikutnya. Kata terima kasih tak lupa selalu ku ucapkan, kepada ibu baik hati yang telah rela menolong dan berkorban banyak uang.

Kini aku percaya, bahwa akan selalu ada jalan untuk kita yang percaya bahwa keajaiban Tuhan itu ada. Kinipun aku percaya, jikalau kita yakin kita bisa, kita pasti akan benar-benar bisa.

Aku kini tengah berjalan dan melihat sekitar malam hari ini yang begitu dipadati mobil, aku terasa begitu kecil diantara mereka yang memiliki mobil.

Langkah kaki pelanku dan melambat ketika aku mendengar suara tangisan seseorang. Apakah aku salah dengar? Apakah mungkin itu hantu? Ah, mungkin ini hanya halusinasi ku saja karena kelelahan.

"Kenapa Tuhan?"

"Kenapa Tuhan kasih ini semua?"

"Karla gak pernah mau buat ditakdir ini Tuhan."

Aku terdiam, ketika melihat dari jarak yang sedikit jauh ada satu orang perempuan yang tengah terduduk di tepi taman. Segera ku langkahkan kakiku mendekat ke arah perempuan itu.

"Karla sudah gak berharga, mahkota Karla diambil paksa oleh mereka."

Deg

Mahkota? Mahkota apa maksudnya? Apa kesucian dari tubuhnya?

"KENAPA HARUS KARLA?!"

"KENAPA HARUS KARLA YANG MENANGGUNG INI SEMUA?!"

"APA SALAH KARLA?!"

Aku terperanjak kaget ketika perempuan itu tiba-tiba berteriak dan kulihat matanya membengkak. Apakah akibat tangisan yang lama? Aku harap tidak begitu kenyataanya.

"Ini semua bukan salah Karla,"

"Tapi kenapa Karla yang dipandang salah oleh mereka?"

"Karla cuma korban, Karla bukan pelaku Tuhan."

"Dek?" ucapku pelan membuatnya lantas menatapku.

Aku melangkahkan kakiku mendekat sebelum suaranya menghentikan langkahku.

"Mau apa kamu?"

"Mau membullyku?"

"Karena aku sudah tidak suci? Karena mahkotaku telah tiada?"

Tanyanya membuatku terdiam kebingungan, bukan ini niatku sebenarnya.

"Bukan, tadi aku tidak sengaja lewat dan melihat kamu." balasku kepadanya.

"Kenapa semua orang membenciku? Padahal aku adalah korban bukan pelaku."

"Aku juga tidak pernah memilih terlahir semenjijikan ini."

"Apa maksud kamu menjijikkan?" tanyaku kepadanya lalu pelan-pelan mendekat kearahnya.

"Karla gak mau terlahir kalau harus jadi semenjijikan ini."

Kita dan MerekaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang