Kita dan Mereka (21)

105 30 2
                                    

"Bahagia itu ada di hati, dan hati adalah tempat terdekat dengan Tuhan. Maka ketika kamu ingin merasakan kebahagiaan, maka datanglah ke Tuhan. Tempat segala obat ketenangan dan kebahagiaan."

•• Kita dan Mereka ••

༺༻

Mata Stella mulai terbuka dengan perlahan-lahan, bau obat-obatan mulai tercium dan pandangan pertamanya jatuh kepada mata Raja.

Stella tersadar, ia jatuh pingsan di saat Brillian membullynya.

Perih di area pipi dan badannya begitu terasa, ia ingat bagaimana Brillian dengan tega mencakar wajahnya.

"Lu gapapa?" tanya Raja dengan tatapan khawatir.

Stella hanya mampu diam saja, bayangan tentang bagaimana Brillian memperlakukannya masih terasa.

"Lukanya sudah lama, tapi sakitnya tak kunjung reda."

Lirih Stella yang masih bisa di dengar oleh Raja.

"Stella?" panggil Raja membuat Stella menutup rapat mulutnya.

"Apa ini semua yang ngubah elu jadi seenaknya?" tanya Raja membuat Stella terdiam.

Semuanya sudah sirna, apalagi yang mereka harapkan dari hancurnya Stella? Bukankah mereka semua sudah mendapatkan semuanya.

Stella keras kepala, Stella semena-mena, tidak lain adalah untuk menutupi trauma dan untuk tidak diinjak-injak oleh manusia. Tapi sepertinya semua percuma, karena pada akhirnya ia tetaplah Stella yang lemah, yang hanya bisa diam saja.

"Biji bunga mawar tumbuh bersamaan dengan duri, tapi duri tidak akan tumbuh dengan mawar." ujar Raja tiba-tiba membuat Stella mengernyitkan dahinya.

Mawar? Duri? Apa maksud Raja?

Raja melihat ekspresi Stella yang kebingungan, sebuah senyum muncul tanpa sadar.

"Orang yang tumbuh untuk kebaikan akan selalu ada orang pengikut yang menghancurkan seperti durinya, sedangkan kebaikan adalah mawarnya."

"Tapi orang yang tumbuh dengan kejelekan, tidak akan ada kebaikan yang akan mengikutinya."

"Gua jahat banget ya, Ja?" tanya Stella sambil menatap Raja dalam.

"Lu gak jahat, lu cuma ga tau harus gimana buat nutupin ini semua." balas Raja sambil membelai rambut Stella.

Stella terdiam kaku, ia tidak pernah di belai oleh laki-laki manapun kecuali ayahnya.

"Gua cuma mau ngerasain hidup bebas, sampai gua sadar kalau kebebasan cuma bisa di dapatkan ketika lu memiliki kekuasaan."

"Tapi sekarang gua sadar bahwa bebas gak selalu tentang kekuasaan, tapi tentang bagaimana lu bisa nerima keadaan." tutur Stella membuat Raja tersenyum.

"Bisa kembalikan Stella yang dulu?"

'Deg'

Stella yang dulu?

Stella yang diam saja? Stella yang hanya menggunakan kata aku kamu, Stella yang seringkali diinjak-injak oleh manusia-manusia itu.

"Stella?" ujar Stella sambil menatap kosong.

"Gak harus ngikutin mereka supaya kamu tetap ada, tetap jadi diri kamu yang sebenarnya itu lebih baik dari apapun di dunia." tutur Raja.

"Raja,"

"Aku hanya ingin bisa bebas bahagia tanpa perlu diinjak-injak oleh manusia, tapi aku sadar bahwa jahat juga tak semenyenangkan apa yang aku kira."

"Bagaimana caranya aku bisa bahagia tanpa harus menjadi jahat seperti mereka?" tanya Stella dan mulai kembali menggunakan bahasa aku kamu seperti biasanya.

Kita dan MerekaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang