Kita dan Mereka (12)

144 33 6
                                    

Jangan lupa komen di setiap part yang kamu suka-!
"

Kalau hidup hanya tentang berlomba-lomba mencari harta, lalu apa gunanya kebaikan dalam hidup ini jika yang dinilai hanyalah harta semata.

•• Kita dan Mereka ••
༺༻

Hari ini aku bertemu dengan mereka. Mereka yang senang sekali menghina, mereka yang senang sekali menertawakan orang tidak punya, dan tepat hari ini mungkin aku tak akan melihat mereka lagi tentunya.

Tiga tahun bersama mereka memang selalu membuat luka, tapi aku sadari bahwa berkat mereka kini aku mulai beranjak sedikit dewasa. Meski ada banyak air mata, tapi aku bahagia bisa menjadi sedikit dewasa dari diriku yang sebelumnya.

Lamunanku buyar ketika aku melihat Brillian, Chika, dan juga Bianca ada disana dan sedang berjalan ke arahku. Aku tidak pernah berpikir bagaimana cara mereka menemukanku, meski di tempat yang aku kita tak akan mungkin ada manusia yang tau.

Helaan nafas mulai memasukiku, aku yakin sebentar lagi salah satu dari mereka akan berbuat yang tidak-tidak kepadaku. Apalagi mendengar aku yang mungkin tak akan melanjutkan sekolah lagi, akibat dihimpit ekonomi.

"Kasihan ga bisa sekolah," ujar Brillian mendekat sambil menatap rendahan diriku.

"Nasib jadi orang miskin." balas Chika, teman Brillian sambil menatap sinis diriku.

"Sudah puas menghinanya?" tanyaku pelan menatap mereka.

"Belum!" ketus mereka.

"Kemarin katanya mau merubah nasib dan keadaan, eh taunya sekarang ga bisa sekolah, UPS!"

Aku berusaha tersenyum dan berusaha untuk tidak terpancing amarah.

"Dia cuma halu, lagian mana mungkin dia bisa lanjut sekolah, modal aja gak ada." tutur Bianca mendekat kepada mereka.

"Lebih baik halumu simpan saja ditulisan, siapa tau tulisannya bisa jadi uang, haha!"

"HAHAHHAHA!"

Sejahat itu ya manusia? Senang sekali menghina, tanpa pernah berkaca. Sejahat itu ya manusia? Senang sekali menggonggong, tanpa tau perasaan manusia lain.

"Kalau suatu saat cerita hidupku ini akan sampai di ranah perfilman, aku yakin kalian semua akan tercengang." ujarku spontan, membuat mereka semua saling diam.

"Sadar Stella!"

"Mana mungkin ada orang yang dengan sukarela mau baca kisah hidupmu yang nelangsa, kamu itu cuma manusia yang enggak berguna."

"Paham?"

"Manusia enggak berguna akan selamanya enggak berguna, kamu hanyalah sampah dimata dunia." tekannya menatapku dengan remeh.

Amarah datang menyelimuti ku, aku ingin sekali berteriak kepada mereka. Aku ingin sekali menghina dan mencaci mereka.

Ingin sekali, sampai aku sadar bahwa untuk itu semua aku tak memiliki apa-apa. Bahwa di zaman sekarang aku yakin bahwa untuk mengibarkan keadilan, aku juga membutuhkan bantuan uang. Sebab orang rendahan, aku selalu kalah dalam hal apapun. Apakah itu bener?

"Semua karya yang difilmkan, berasal dari mereka yang terkenal dan sudah memiliki banyak uang. Sedangkan kamu? Hanya gadis sampah dan murahan."

"Apa maksudmu?!" marahku kepadanya.

Bagaimana bisa ia menyebutku sebagai gadis sampah dan murahan? Sedang ia tak tau dan tak paham tentang kehidupan ku.

"Iya kamu kan memang sampah, temenannya juga sama sampah."

Kita dan MerekaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang