Kita dan Mereka (23)

105 28 30
                                    

"Jika ada yang mengatakan dirimu tidak berguna dan tidak berharga. Maka katakan pada mereka bahwa "Tuhanku tidak menciptakan aku secara sia-sia." yang berarti selalu ada hal istimewa yang akan terjadi di dalam kehidupan mu, yang mungkin tak akan kamu sadari hal itu."

•• Kita dan Mereka ••
༺༻

"Hey!"

"Look into my eyes"

Raka berucap sambil menangkup kedua pipi Stella. Air mata Stella mulai reda, hanya tatapan berkaca-kaca yang masih terlihat jelas dalam matanya.

"Plis, aku mau ketemu Raja."

Mata Stella menatap dalam mata Raka dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Sebelum kamu ketemu Raja, kamu harus sembuh dan kuat dulu, jangan biarin Raja tau kelemahanmu." Raka menasehati Stella, membuat Stella terdiam.

Stella menatap ke arah jendela, lalu melihat langit yang mulai mendung. Sama seperti hatinya yang tengah murung.

Sampai sebuah buku ada di hadapannya, membuat kerutan tanda tanya di dalam kepala.

"Stella?" lirih Stella sambil membaca buku tersebut.

"Gak ada hari tanpa Raja bawa Stella, setiap ditanya Stella itu seperti apa?"

"Mengapa kamu tergila-gila hanya karena satu wanita?"

"Kamu ingin tau apa jawaban Raja?" tanya Raka membuat Stella mengangguk pelan.

Raka lantas duduk di samping Stella, dan menatap langit yang sama.

"Dia bidadari kecil yang buat gua paham arti dunia dan air mata."

'Deg'

Seperti ada sebuah rasa sakit yang tidak bisa Stella utarakan.

"Dia selalu bilang Stella istimewa, dia selalu bilang Stella berbeda. Stella, Stella, dan Stella selalu yang di bahas dia."

"Sampai suatu masa aku tanya sama dia, kenapa harus Stella? Kenapa enggak lainnya?"

"Dia buat aku paham Stell, kalau cinta itu lahir dari hati, bukan hanya dari paras yang menawan."

"Raja," ucap Stella pelan, tak terasa air mata yang sudah mengering itu kembali berlinang.

"Buka buku ini, dan mungkin kamu akan paham seberapa cinta Raja sama kamu."

Stella menerima buku itu dan mulai membuka halaman pertama, itu foto Stella!

Ya, foto saat ia tengah tersenyum dengan polosnya. Senyuman terbit di ujung bibirnya.

Lalu, ia membuka halaman berikutnya dan terdapat sebuah qoutes sederhana yang membuatnya merasakan bahagia dan juga kecewa.

"Aku tidak tau bagaimana rasa ini muncul dalam dada, tapi setiap kali melihat senyumannya aku merasakan semburat bahagia."

Ia membuka halaman selanjutnya, dan menemukan sebuah foto tangan yang berdarah. Tangan siapa ini?

"Aku tidak tau harus melakukan apa, aku masih belum bisa dewasa. Bahkan ketika seseorang membuat ia cedera, aku justru diam saja. Aku pecundang!"

Apakah ini foto tangan Stella? Kapan tangan Stella terluka?

Beberapa menit setelah berusaha mengingat semua, ia tersadar kala dulu Bianca dengan tega menancapkan kuku tajamnya ke tangan Stella.

"Aku kangen kamu, Jaa."

"Aku kangen Raja yang selalu cegah aku buat ngelakuin hal-hal gak baik."

"Aku kangen."

Kita dan MerekaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang