Kita dan Mereka (10)

210 57 87
                                    

Thanks for 850 pembaca, Thanks for support cerita kita dan mereka! Big thanks for you all-❤️

"Takdirmu, hidupmu, nasibmu, masih bisa kau rubah untuk memperbaiki perekonomian mu. Maka rubahlah nasibmu, dengan hujatan orang-orang di sekitarmu."
•• Kita dan Mereka ••
༺༻

Sejak saat itu hubunganku dan ibu merenggang. Aku tak tau harus bagaimana cara membuat ibu kembali luluh kepadaku dan hubungan kami kembali membaik. Hari ini adalah hari minggu, aku memutuskan untuk mencari rosokan, yang mana uangnya nanti akan aku buat untuk uang jajan sekolahku.

Peluh keringat membasahi dahiku, aku duduk di bawah pohon rindang bersama dengan rosokan yang aku bawa. Ah, dan ya, sebuah bekal yang aku bawa dari rumah.

Sesaat aku membuka makanan itu, dan ingin memakannya, namun naas. Ketika baru saja aku ingin makan, seseorang menabrak sikuku dengan kakinya hingga makanan ku terjatuh.

Ku lihat lelaki dewasa itu yang tengah sibuk berbicara dengan handphone, tanpa meminta maaf kepadaku. Ku perhatikan bekal yang kini hancur berantakan, sedang perutku sudah keroncongan.

"Pak!" teriakku berlari kearahnya.

Ia berhentikan langkah dan berbalik badan menghadapku.

"Bapak telah menumpahkan bekalku," ujarku kepadanya sambil menunjuk bekal ku yang telah hancur.

Ia melihatnya dan lantas mengambil uang lima puluh ribu. Namun, bukan kepedulian yang aku dapatkan, atau sekedar ucapan maaf yang terlontarkan. Melainkan, sebuah hinaan.

Ketika ia melempar uang itu, seperti mengganggap ku seolah bukan manusia dan pergi begitu saja.

Air mataku jatuh, ku lihat langkah kakinya yang semakin menjauh.

"Betapa nelangsanya hidupku."

"Seperti manusia, tapi di perlakukan seperti hewan."

Bukankah aku sudah biasa dihina? Diperlakukan seolah bukan manusia? Tapi kenapa tetap sakit rasanya.

Aku memungut uang itu dengan tatapan nanar, aku kembali duduk dan tak berniat membeli makanan. Hanya melihat nasiku yang sudah hancur.

"Stella?" panggil Raja mendekat, membuatku lantas mengalihkan pandangan kearahnya.

"Kenapa kamu ada disini?" tanya Raja lalu duduk di sampingku, dia melihat ke depan dan melihat nasi yang sudah berceceran.

"Apakah nasi mu jatuh?"

Aku tak berniat membalas satupun perkataan Raja, bagiku Raja akan sama saja seperti mereka. Orang kaya, akan selamanya menghina orang miskin seperti diriku.

"Stella, kamu kenapa?" tanyanya kembali membuatku menunduk dan menghela nafas sejenak.

"Raja, pergilah...," usirku kepadanya, tanpa melihatnya.

"Tapi kenapa?" tanyanya sekali lagi.

"Pergi." ujarku dingin dan ketus, aku hanya sedang muak dengan orang-orang yang memiliki harta tapi tidak tau tata krama.

"Stell—"

"Aku bilang pergi, kamu ngerti gak sih?!" nadaku mulai meninggi, aku kehilangan kendali.

Badanku bergetar, air mataku jatuh tanpa sadar.

"Tenangkan dirimu dulu, Stella."

"Kamu kenapa?" tanya Raja sekali lagi kepadaku, aku menatapnya dalam-dalam.

"Raja,"

"Orang rendahan sepertiku, tidak akan pernah pantas berteman denganmu."

Raja menghela nafas mendengar penuturan ku.

Kita dan MerekaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang