Kita dan Mereka (31)

64 12 0
                                    

Follow Instagram : Queen_Nkn9

Butuh teman cerita? Sini DM aku via Wattpad or Instagram

✯ Reading for one benefit ✯

❝ Jangan Memaksa Buah Semangka Tumbuh Sebagai Buah Strawberry. Beberapa hal hanya layak untuk disyukuri, dan beberapa sisanya hanya sampai sebatas kita kagumi. Beberapa lainnya tak dapat kita miliki, sisanya harus kita sayangi. Jangan memaksa mengubah sebuah mangga, untuk manjadi apel, itu bukan kehendakmu.❞

•• Kita dan Mereka ••

Aku harus bagaimana? Apakah aku harus menuruti keinginannya? Tapi apa jadinya, bagaimana dengan nasib kedua orang tuaku?

"Tuhan, tolong aku." batinku berbicara sambil menatapnya dengan tatapan mata yang berkaca-kaca.

Aku yakin tak akan ada yang bisa menolongku, sebab aku tak punya teman dari dulu.

"Baiklah," ujarku tiba-tiba membuat ia berhenti.

"Aku akan berkata sesuai keinginan mu kepada mereka." lanjutku membuatnya tersenyum bahagia.

"Good girl!" jawabnya.

"Gua tunggu besok pagi lu bilang ke guru dan semuanya."

"See u Stella!"

Ia melangkah pergi meninggalkan ku disini, hatiku terasa lebih sakit dari pada luka di tubuhku.

Aku menatap kepergiannya dengan linang air mata yang jatuh, bersamaan dengan rasa perih yang terasa di area pipiku.

"Ibu, maafkan aku...,"

"Ayah, maafkan aku...,"

Aku menutup mata menahan rasa sakit di dadaku. Setelah semua perjuangan kerasku belajar selama ini, selalu ada saja hal yang membuat aku sadar, apakah memang benar selamanya orang miskin akan miskin?

Aku menghapus air mataku, dan mulai mengeluarkan cermin dari sakuku, ku lihat pantulan wajah ku dari cermin, banyak sekali memar dan darah di area wajahku. Segera ku pergi dan menuju tempat terdekat untuk membeli obat.

"Stella?" tanya Vino membuatku terkaget, bagaimana ia bisa ada disini?

"Lu kenapa?" tanyanya.

Aku bingung harus menjawab bagaimana, tak mungkin aku jujur tentang semuanya.

"Tadi ada kucing yang cakar wajahku," balasku berbohong kepadanya.

Ia menatapku curiga, segera kupalingkan wajah agar ia tak menatap mataku, aku sungguh, sungguh tak bisa bila harus menatap matanya, sebab aku takut air mata ku kembali tumpah.

"Ini dek," tiba-tiba seorang penjual obat menyerahkan obat kepadaku, segera ku terima dan berlalu pergi meninggalkannya.

Aku berjalan cepat menuju taman dan menundukkan pandangan selama perjalanan, aku takut orang-orang melihatku aneh dan takut dengan apa yang terjadi dengan wajahku, meski aku sadar bahwa tak mungkin ada yang mengkhawatirkan ku, bukan?

Aku duduk di sebuah pohon rindang dan terduduk di sana, tepat berhadapan dengan danau indah di depanku.

"Aku takut laut, tapi aku juga menyukainya." tiba-tiba aku berkata saat mengingat kejadian dahulu kala, bagaimana ayah hampir saja tenggelam diambil oleh laut.

Tuhan maha baik, ayah terselamatkan, tapi aku tetap takut dengan lautan, aku takut kehilangan.

"Bagaimana jika besok ayah dan ibu tak mau menerimaku?" tanyaku pelan dengan tangan bergetar.

Kita dan MerekaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang