Kita dan Mereka (14)

131 36 6
                                    

Terima kasih untuk 1,3K pembaca, terima kasih sudah selalu mensupport cerita kita dan mereka.
(◍•ᴗ•◍)
"Mereka yang sukses adalah mereka yang ditempur hidup dengan keras. Tidak ada tujuan tanpa rintangan, dan tidak ada rintangan tanpa tujuan."

•• Kita dan Mereka ••
༺༻

Apakah kalian kira mimpiku akan berakhir disana? Tentu tidak jawabannya. Sebab saat ini aku tengah berusaha keras untuk mendapatkan beasiswa.

"Apa maksud Bapak?" tanyaku kepadanya, sebab aku tengah berusaha meminta surat keterangan tidak mampu atau beasiswa untuk bisa melanjutkan pendidikan.

Namun, jawaban darinya begitu mengejutkan ku.

"Keluargamu itu tidak memiliki tanah, bapak tidak bisa memberikan surat keterangan tidak mampu atau mengubah rumahmu menjadi lebih baik."

Aku tersenyum, padahal bukan ini yang dari tadi aku tanyakan.

"Bapak bisa memberikan surat keterangan tidak mampu secara cuma-cuma untuk mereka yang hidupnya sudah kaya raya. Tapi begitu susah memberikan saya secuil keadilan untuk bisa melangkah untuk hidup yang lebih baik dari sebelumnya."

Aku tak akan diam, kali ini aku akan mengutarakan. Pengecekan apa yang mereka katakan? Sedang masih banyak jutaan orang yang membutuhkan pertolongan.

"Dimana belas kasihanmu Pak? saya hanya ingin bisa lanjut sekolah untuk memperbaiki perekonomian." tuturku kepada beliau, namun tak ada satupun kata yang ia lontarkan.

"Kenapa Bapak diam saja?" tanyaku.

"Kenapa Bapak diam saat rakyat Bapak masih banyak yang butuh pertolongan?"

"Bapak mengkayakan seseorang yang sudah kaya, dan memiskinkan seseorang yang miskin."

"Apa maksudmu?!" tegur beliau membuatku tertawa, tapi tidak dengan mataku yang mengeluarkan air mata.

"Orang kaya Bapak labeli sebagai orang yang pantas mendapatkan uang sumbangan, sedang saya yang bertahan hidup kewalahan tidak pernah mendapat sepeserpun uang sumbangan."

"Itu sudah data akurat dari sana." ujarnya membuatku tersenyum lagi dan lagi.

"Kalau begitu kenapa bapak tidak datangi rumah mereka yang bapak tempeli stiker bahwa mereka orang yang membutuhkan?"

"Bahkan seseorang yang membutuhkan itu bisa membangun rumah yang mewah dengan mobil yang indah."

"Apakah itu yang namanya membutuhkan? Dari pada saya yang hanya ingin agar bisa melanjutkan pendidikan?" tanyaku kepadanya, namun tak mendapat sebuah respons.

"Stella, bapak tidak bisa berbuat apa-apa. Kenapa kamu tidak ke walikota saja? Bapak tidak bertanggung jawab atas data-data ini semua, ini semua data dari atasan sana."

"Stella minta tolong ke Bapak, Stella tidak tau harus apa."

"Hanya sekolah, hanya sampai Stella lulus sekolah." ujarku memohon padanya, dengan tangan yang menangkup memohon.

"Maafkan bapak, bapak tidak bisa."

"KENAPA TIDAK BISA?!"

"KENAPA BAPAK TIDAK ADIL KEPADA RAKYAT?"

"KENAPA BAPAK SEMAKIN MENJERAT KAMI ORANG-ORANG YANG MISKIN?"

"Dimana hati nurani Bapak sebagai manusia? Saya hanya meminta surat keterangan tidak mampu agar saya bisa melanjutkan hidup yang lebih baik."

"Saya tidak peduli siapa Bapak, seberapa besar kekuasaan Bapak, untuk pendidikan apapun akan saya lakukan."

Dimana hati nuranimu wahai kepala desa? Dimana hati nuranimu wahai seseorang yang sudah berkuasa? Aku tau kau gila harta, tapi tak sudikah kau memberikan aku peluang untuk hidup yang lebih baik dari sebelumnya? Setidaknya jika kau tak bisa, maka jangan penjara kami sehingga kami tidak bisa berbuat apa-apa.

Kita dan MerekaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang