Kita dan Mereka (33)

61 16 1
                                    

Follow Instagram : Queen_Nkn9

Butuh teman cerita? Sini DM aku via Wattpad or Instagram

✯ Reading for one benefit ✯

❝Kamu terlalu banyak melihat banyak pencapaian orang lain, sampai melupakan pencapaian diri sendiri. Sudahilah mengejar apa yang bukan milikmu, setiap orang punya takarannya masing-masing.❞

•• Kita dan Mereka ••
༺༻

"Bu?" panggil Stella pelan pada ibu.

Setelah beberapa hari kasus tentang Atalia yang kini mendekam di rumah sakit jiwa, jam tidur Stella menjadi berantakan dan kepalanya penuh tanda tanya.

"Sebenarnya apa yang sedang kamu pikirkan?" tanya ibu sambil mengelus rambut Stella dengan pelan.

"Apa Stella salah kalau jadi peringkat pertama?" jujur Stella, membuat ibu tersenyum.

"Kenapa kamu merasa dirimu bersalah?" tanya balik ibu, membuat Stella menunduk.

"Kalau Stella gak jadi peringkat pertama, Atalia pasti gak akan masuk rumah sakit jiwa."

"Nak?" panggil pelan ibu.

"Jika kamu menanam sebuah pohon mangga bersama temanmu, apakah kamu akan meniru cara menanam temanmu?"

Stella terdiam dan bingung, apa maksud ibu dengan pohon mangga?

"Tidak."  jawab Stella.

"Begitulah hidup ini Nak."

"Biji pohon mangga ini takdir, tak bisa kamu rubah mangga menjadi jagung, karena itu sudah mutlak."

"Tapi bagaimana cara menanammu dan menanam temanmu, itulah yang bisa kau rubah. Kadang biji mangga temanmu bisa tumbuh daun dengan cepat, kadang pula biji manggamu bisa tumbuh buah lebih cepat."

Nasehat ibu, membuat Stella mencoba mencernanya.

"Maksud ibu, Stella itu mutlak, tapi bagaimana cara Stella dan teman Stella tumbuh itu berbeda-beda, begitu?" tanya Stella memastikan.

Ibu menganggukkan kepala. "Seperti itu kiranya."

"Tidak ada yang salah jika kamu sekarang menjadi tokoh utama, tapi di depan sana, orang lain pun akan jadi tokoh utama. Jadi, jangan merasa harus kamu selalu orangnya. Kamu tak sempurna, ingat itu yaaa." nasehat ibu membuat Stella tersenyum dan mengangguk.

Hatinya sekarang terasa lebih lega, ia menghela nafas dan menatap bintang malam ini yang tak muncul, dan sepertinya hujan akan segera datang.

Hidup telah berjalan selama belasan tahun, namun ia tak kunjung membawa perubahan. Hidupnya masih penuh kesusahan, apakah keajaiban akan datang?

Ia hanya berharap hidup dengan layak bersama kedua orangtuanya, tidak lebih dari sekedar itu doanya.

"Sudah malam, istirahatlah...,"

Stella menganggukkan kepala dan segera pergi ke dalam rumahnya untuk tidur. Ia membaringkan tubuhnya di tempat tidur, sambil melihat beberapa genteng yang kini telah banyak yang berlubang.

"Tuhan, orang tuaku telah memberikan yang terbaik untuk hidupku. Jadi, tolong izinkan aku merubah perekonomian keluargaku, di sisa umur kedua orang tuaku."

Batinku berbicara sambil menatap sekitar rumah, rumah yang orang bilang kumuh, tapi rumah ini terasa aman dan nyaman. Tapi, bagaimanapun hidup harus terus berjalan. Aku harus bisa membungkam mulut banyak orang.

Kita dan MerekaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang